Minggu, 03 November 2019

VILA DI UJUNG DESA





VILA DI UJUNG DESA

Di Ujung desa di dekat sungai terdapat vila yang sudah tua, tidak ada yang mengurusnya karena yang punya sudah meninggal dunia. Vila ini diwariskan pada anaknya yang berencana mau menjualnya. Sudah sekian lama vila ini tak kunjung terjual malah semakin tak karuan keadaannya. Semakin lama semakin tak ada orang yang berminat membelinya. Belakangan malah tersebar berita vila ini ada hantunya.

            Penduduk desa yang berpikiran masih sangat sederhana dan lugu. Sangat mudah dipengaruhi berita yang tak tentu narasumbernya. Apalagi yang menyangkut kepercayaan yang sudah mendarah daging. Tersebarnya cerita hantu di vila itu semakin bertambah takutlah semua warga melewati vila itu, apalagi pada waktu malam hari.

            Keadaan vila yang tidak terawat sudah banyak ditumbuhi rumput liar. Air sungai yang bergemuruh di depan vila menjadi musik yang menambah kesunyian malam. Suara-suara binatang malam sesekali menambah keheningan malam.

            Berbeda dengan Ustaz Ahmad yang tak percaya adanya hantu. Beberapa kali dia mencoba menyakinkan warga menyatakan bahwa tidak ada hantu. Beberapa kali juga dia berceramah di Masjid dan Madrasah, baik saat pengajian ibu-ibu, bapak-bapak dan anak-anak serta pengajian para pemuda. Tapi tak dapat menghapus ketakutan warga pada vila itu sepenuhnya.

            Karena vila itu tak berpenghuni dan berada di ujung kampung ditambah lagi keberadaannya di dekat sungai. Menambah rasa takut anak-anak untuk melewati vila itu. Ditambah lagi cerita-cerita Mang Odang di warung kopi yang selalu melihat sesuatu di vila itu.

            Semakin hari Ustaz Ahmad semakin khawatir dengan ketakutan anak-anak pada hantu di vila itu. Ketakutan yang berlebihan khawatir mengarah pada kekufuran. Dan hal itu tak mungkin dibiarkan terus berkembang dan berkelanjutan. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi perkembangan mental anak-anak asuhannya.

            Setelah sekian lama berpikir lalu Ustaz Ahmad membuat sebuah rencana. Maka pada sore itu diundanglah Pak Dahlan ketua Hansip (Pertahanan Sipil) di desa itu dan Latif siswa SD kelas 6 anak asuhannya, yang paling berani diantara teman-teman sebayanya.

            Ustaz Ahmad memulai pembicaraan, “Begini Pak Dahlan juga Latif mengapa saya undang ke sini. Saya sudah lama merasa sangat khawatir dengan isu yang menyebar di masyarakat mengenai keberadaan hantu di vila di ujung desa kita.  Saya takut anak-anak akan terus mempercayainya dan ini akan mengarah pada hal-hal yang tidak baik. Ini harus segera diluruskan dan saya perlu bukti untuk menyakinkan warga bahwa isu yang selama ini berkembang itu tidak benar adanya.” Ustaz Ahmad menerangkan maksudnya.

“Terus apa yang harus saya lakukan Pak?” tanya Latif belum faham dengan rencana Ustaz Ahmad.

“Hem Saya mengerti maksud Ustad, kita harus mencari bukti agar bisa meyakinkan warga terutama anak-anak bahwa di vila itu tidak ada hantunya.” Pak Dahlan menyeringai tanda faham maksud yang dibicarakan Ustaz Ahmad.

“Terus rencananya bagaimana?” Tanya Pak Dahlan bersemangat.

Ustad Akmad menerangkan rencana yang harus dijalankan oleh keduanya. Pak Dahlan manggut-manggut. Latif pun menyeringai tanda faham apa yang harus dilakukannya.

            “Jadi kapan misi ini kita lakukan?” tanya Latif antusias. Dia ingin segera membuktikan apa benar yang dibicarakan warga ada hantu di vila itu.

            “Malam jumat sekarang.” jawab Ustaz Ahmad. Latif yang tadi bersemangat agak ciut juga. Takut kalau hantu itu benar-benar ada.

            “Jangan takut kan nanti Bapak yang menemani kamu.” Kata Pak Dahlan memahami kekhawatiran Latif.

            “Nanti selain Saya berdoa di rumah dan terus terjaga sampai mendapat kabar dari Pak Dahlan dan Latif, Saya akan beri kamu Latif bekal doa supaya disimpan disaku baju yang akan kamu pakai.” Ustaz Ahmad meyakinkan Latif. Setelah selesai perencanaan sore itu mereka pun bubar.

***
            Sebelum Magrib Latif sudah pamit pada ibunya mau menginap di rumah Ustaz Dahlan. Dengan memakai kaos hitam lengan panjang dan training hitam juga Latif berangkat. Kain sarung batik menyilang dibahunya, tak lupa peci hitam bertengger di kepalanya. Bersama teman-temannya dan warga lainnya tak lupa Pak Dahlan pun ikut salat berjamaah di Masjid dengan Ustaz Ahmad sebagai imamnya.

            Selesai salat Isya mereka bertiga pulang ke rumah Ustaz Ahmad. Sebelum menjalankan misinya Latif dan Pak Dahlan dijamu makan malam oleh istri Ustaz Ahmad. Baru sekitar pukul 9.00 dan segala persiapan selesai keduanya berangkat.

            Setibanya di depan vila, keduanya berhenti. Mereka memperhatikan lingkungan sekitar, setelah dirasa aman baru mereka memulai persiapan. Mereka berada dibawah pohon yang rindang tepat di depan vila yang tadi pagi sudah disurvai oleh Pak Dahlan. Latif naik di pohon itu dan mencari posisi yang bagus untuk melihat ke segala arah tanpa dapat dilihat oleh orang lain. Sedangkan Pak Dahlan bersembunyi di bawah tapi bisa melihat gerak gerik Latif dengan jelas.

            Lama latif menunggu tak ada tanda-tanda mencurigakan. Latif mulai lelah dan bosan,  kakinya mulai pegal lama berdiri di pohon. Ditambah nyamuk yang mengelilinginya tak henti-henti, udara malam pun semakin dingin.

Ketika berada diujung kesabarannya bulu kuduk Latif berdiri dia mencium sesuatu, kantuk yang mulai menyerang hilang seketika. Baunya menyengat bau perapian kemenyan semakin jelas terasa dihidungnya. Tangannya gemetar memegang kamera mengaktifkannya untuk merekam. Tak berapa lama muncullah dari dalam vila kelap kelip cahaya maju mendekati pohon besar yang rimbun di dekat pohon yang didiami Latif. Semakin lama semakin dekat dan semakin jelas. Berjalan tertatih-tatih sambil membawa perapian lalu diletakkan di bawah pohon besar setelah itu kembali lagi dan masuk ke dalam. Latif merekamnya dengan jelas dari ujung kepala sampai kakinya yang memakai sandal jepit dua warna. Termasuk dupa yang disimpan dibawah pohon besar.

Setelah dikira bukti yang diperlukan cukup. Latif turun dari pohon dilihatnya Pak Dahlan tertidur dengan lelap. Latif tadinya tidak tega membangunkannya, tapi dia sudah tidak tahan dengan nyamuknya. Latif membangunkan Pak Dahlan lalu mereka pun pulang ke rumah Ustaz Ahmad.

Terima kasih.  


oooooooooooOOOooooooooooo

1 komentar:

”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?”

  ”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?” (Part 2 tamat) Seminggu telah berlalu. Peserta didik kelas delapan kini kembali bertemu. Mereka memb...