VILA
DI UJUNG DESA
Di
Ujung desa di dekat sungai terdapat vila yang sudah tua, tidak ada yang
mengurusnya karena yang punya sudah meninggal dunia. Vila ini diwariskan pada
anaknya yang berencana mau menjualnya. Sudah sekian lama vila ini tak kunjung
terjual malah semakin tak karuan keadaannya. Semakin lama semakin tak ada orang
yang berminat membelinya. Belakangan malah tersebar berita vila ini ada
hantunya.
Penduduk desa yang berpikiran masih
sangat sederhana dan lugu. Sangat mudah dipengaruhi berita yang tak tentu
narasumbernya. Apalagi yang menyangkut kepercayaan yang sudah mendarah daging.
Tersebarnya cerita hantu di vila itu semakin bertambah takutlah semua warga
melewati vila itu, apalagi pada waktu malam hari.
Keadaan vila yang tidak terawat
sudah banyak ditumbuhi rumput liar. Air sungai yang bergemuruh di depan vila
menjadi musik yang menambah kesunyian malam. Suara-suara binatang malam
sesekali menambah keheningan malam.
Berbeda dengan Ustaz Ahmad yang tak
percaya adanya hantu. Beberapa kali dia mencoba menyakinkan warga menyatakan
bahwa tidak ada hantu. Beberapa kali juga dia berceramah di Masjid dan
Madrasah, baik saat pengajian ibu-ibu, bapak-bapak dan anak-anak serta
pengajian para pemuda. Tapi tak dapat menghapus ketakutan warga pada vila itu
sepenuhnya.
Karena vila itu tak berpenghuni dan
berada di ujung kampung ditambah lagi keberadaannya di dekat sungai. Menambah
rasa takut anak-anak untuk melewati vila itu. Ditambah lagi cerita-cerita Mang
Odang di warung kopi yang selalu melihat sesuatu di vila itu.
Semakin hari Ustaz Ahmad semakin
khawatir dengan ketakutan anak-anak pada hantu di vila itu. Ketakutan yang
berlebihan khawatir mengarah pada kekufuran. Dan hal itu tak mungkin dibiarkan
terus berkembang dan berkelanjutan. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi
perkembangan mental anak-anak asuhannya.
Setelah sekian lama berpikir lalu
Ustaz Ahmad membuat sebuah rencana. Maka pada sore itu diundanglah Pak Dahlan
ketua Hansip (Pertahanan Sipil) di desa itu dan Latif siswa SD kelas 6 anak
asuhannya, yang paling berani diantara teman-teman sebayanya.
Ustaz Ahmad memulai pembicaraan,
“Begini Pak Dahlan juga Latif mengapa saya undang ke sini. Saya sudah lama
merasa sangat khawatir dengan isu yang menyebar di masyarakat mengenai
keberadaan hantu di vila di ujung desa kita.
Saya takut anak-anak akan terus mempercayainya dan ini akan mengarah
pada hal-hal yang tidak baik. Ini harus segera diluruskan dan saya perlu bukti
untuk menyakinkan warga bahwa isu yang selama ini berkembang itu tidak benar
adanya.” Ustaz Ahmad menerangkan maksudnya.
“Terus
apa yang harus saya lakukan Pak?” tanya Latif belum faham dengan rencana Ustaz
Ahmad.
“Hem
Saya mengerti maksud Ustad, kita harus mencari bukti agar bisa meyakinkan warga
terutama anak-anak bahwa di vila itu tidak ada hantunya.” Pak Dahlan
menyeringai tanda faham maksud yang dibicarakan Ustaz Ahmad.
“Terus
rencananya bagaimana?” Tanya Pak Dahlan bersemangat.
Ustad
Akmad menerangkan rencana yang harus dijalankan oleh keduanya. Pak Dahlan
manggut-manggut. Latif pun menyeringai tanda faham apa yang harus dilakukannya.
“Jadi
kapan misi ini kita lakukan?” tanya Latif antusias. Dia ingin segera
membuktikan apa benar yang dibicarakan warga ada hantu di vila itu.
“Malam jumat sekarang.” jawab Ustaz
Ahmad. Latif yang tadi bersemangat agak ciut juga. Takut kalau hantu itu
benar-benar ada.
“Jangan takut kan nanti Bapak yang
menemani kamu.” Kata Pak Dahlan memahami kekhawatiran Latif.
“Nanti selain Saya berdoa di rumah
dan terus terjaga sampai mendapat kabar dari Pak Dahlan dan Latif, Saya akan
beri kamu Latif bekal doa supaya disimpan disaku baju yang akan kamu pakai.”
Ustaz Ahmad meyakinkan Latif. Setelah selesai perencanaan sore itu mereka pun
bubar.
***
Sebelum Magrib Latif sudah pamit
pada ibunya mau menginap di rumah Ustaz Dahlan. Dengan memakai kaos hitam
lengan panjang dan training hitam juga Latif berangkat. Kain sarung batik
menyilang dibahunya, tak lupa peci hitam bertengger di kepalanya. Bersama
teman-temannya dan warga lainnya tak lupa Pak Dahlan pun ikut salat berjamaah
di Masjid dengan Ustaz Ahmad sebagai imamnya.
Selesai salat Isya mereka bertiga
pulang ke rumah Ustaz Ahmad. Sebelum menjalankan misinya Latif dan Pak Dahlan
dijamu makan malam oleh istri Ustaz Ahmad. Baru sekitar pukul 9.00 dan segala
persiapan selesai keduanya berangkat.
Setibanya di depan vila, keduanya
berhenti. Mereka memperhatikan lingkungan sekitar, setelah dirasa aman baru
mereka memulai persiapan. Mereka berada dibawah pohon yang rindang tepat di
depan vila yang tadi pagi sudah disurvai oleh Pak Dahlan. Latif naik di pohon
itu dan mencari posisi yang bagus untuk melihat ke segala arah tanpa dapat
dilihat oleh orang lain. Sedangkan Pak Dahlan bersembunyi di bawah tapi bisa
melihat gerak gerik Latif dengan jelas.
Lama latif menunggu tak ada
tanda-tanda mencurigakan. Latif mulai lelah dan bosan, kakinya mulai pegal lama berdiri di pohon.
Ditambah nyamuk yang mengelilinginya tak henti-henti, udara malam pun semakin
dingin.
Ketika
berada diujung kesabarannya bulu kuduk Latif berdiri dia mencium sesuatu, kantuk
yang mulai menyerang hilang seketika. Baunya menyengat bau perapian kemenyan
semakin jelas terasa dihidungnya. Tangannya gemetar memegang kamera
mengaktifkannya untuk merekam. Tak berapa lama muncullah dari dalam vila kelap
kelip cahaya maju mendekati pohon besar yang rimbun di dekat pohon yang didiami
Latif. Semakin lama semakin dekat dan semakin jelas. Berjalan tertatih-tatih
sambil membawa perapian lalu diletakkan di bawah pohon besar setelah itu
kembali lagi dan masuk ke dalam. Latif merekamnya dengan jelas dari ujung
kepala sampai kakinya yang memakai sandal jepit dua warna. Termasuk dupa yang
disimpan dibawah pohon besar.
Setelah
dikira bukti yang diperlukan cukup. Latif turun dari pohon dilihatnya Pak
Dahlan tertidur dengan lelap. Latif tadinya tidak tega membangunkannya, tapi
dia sudah tidak tahan dengan nyamuknya. Latif membangunkan Pak Dahlan lalu
mereka pun pulang ke rumah Ustaz Ahmad.
Terima
kasih.
oooooooooooOOOooooooooooo
Mohon masukannya
BalasHapus