Minggu, 24 November 2019

Ulasan Ebook 1


Ulasan Ebook  Novel Full Love Not Full Hourse Karya Anisa Swedia



Unsur Instrinsik
1.      Tema:  tentang cinta seorang mahasiswa yang amnesia menjadi rumit tatkala menyepakati kontrak cinta dengan kakak dari sahabatnya.
2.      Latar
a.       Latar tempat, Cerita Full Love Not Full Hourse berlatar tempat di Jakarta dengan segala pergaulan kotanya dikalangan mahasiswa dan mengusaha kalangan atas. Dengan latar belakang pendidikan  keluaran Universitas Luar Negeri para tokohnya.
b.      Latar waktu banyak menceritakan saat Kim (Tokoh utama) amnesia dan sedikit latar pada saat sebelum amnesia sehingga Kim sangat ingin sekali mengetahui kehidupannya sebelum amnesia.
c.       Latar suasana yang sajikan berakhir bahagia. Peran utama dan kekasih kontraknya yang sekaligus kakak sahabatnya mencoba menerima dan menikmati keadaan yang terjadi pada kenyataan yang dihadapinya.

3.      Tokoh dan Penokohan
a.       Nadia Kimar Ayunda Maulana (Kim), Mahasiswa baru menyelesaikan skripsinya,
b.      Jelita Ibrani (artis papan atas), artis terkenal
c.       Mia Purnama Azri Sahabat Jelita Ibrani
d.      Ahmad Reza Sutrisno,  
e.       Roy (Teman kuliah Kim)
f.       Raden Handi Putra Sasongko, kakak sahabat Kim yang mengontrak menjadi pacarnya.  
g.      Dania sahabat dekat Kim.
h.      Tamara Ayunda Gerandine Kekasih Handi

4.      Alur cerita
Alur yang pengarang ambil untuk bercerita dalam cerita ini adalah alur campuran. Dimana pengarang menceritakan kejadian atau peristiwa terkadang juga menceritkan kejadian atau peristiwa dimasa lalu.

5.      Sudut pandang
Dalam cerita ini sudut pandang yang dipakai adalah sudut pandang orang ketiga diluar cerita yang serba tahu.

6.      Amanat
Lika-liku dalam dunia asmara tapi tetap saja manusia hanya berencana sedangkan kepastiannya ada pada Tuhan yang Maha Kuasa. Sang Maha Pembolak-balik hati manusia.   

Kebahasaan
1.      Masih banyak kata yang salah ketik.
2.      Ada dua nama yang berbeda untuk satu tokoh.
3.      Penggunaan hurup kapital perlu diperbaiki lagi.


Bab 1 Gara-gara Drakor
Kim dikerjai oleh ibunya yang memasang jam tangan dan gawainya dua jam lebih cepatdari waktu aslinya. Malamnya, karena merasa sudah menyelesaikan tugasnya Kim menonton drama korea sampai larut malam. Karena merasa sudah kesiangan Kim mencari-cari dosen yang akan menandatangani skripsinya takut sudah pulang dan skripsinya tidak ditandatangani. Sialnya Dania sahabatnya juga sama mengerjainya dengan membiarkan Kim pontang panting naik turun tangga memcari dosennya. Padahal lip yang asalnya rusak sudah dapat digunakan kembali dari dua hari lalu.

Bab 2 Roy
Saat Kim dan Dania menunggu dosen yang akan menandatangani skripsinya dari jauh Roy memperhatikan Kim. Sambil tersenyum Roy mencoba mendekati keduanya dan mengajak mereka untuk ikut naik ke Bromo. Dania langsung antusias menerima ajakannya. Sedangkan Kim masih berpikir mengenai biayanya mengingat banyak keperluan yang harus dilunasinya. Akhirnya dengan segala upaya Roy mengajak Kim dan Dania ikut segala biaya dan perizinan Roy yang mengurus.

Bab 3 Kecelakaan
Sepulang dari Kampus, baru saja Kim mau merebahkan badannya ditempat tidur, tiba-tiba ada bayangan tubuh laki-laki didepan rumahnya mengetuk pintu. Ternyata kakaknya yang laki-laki yang sudah berumah tangga dan mempunyai anak satu. Kakaknya mau pinjam uang untuk karena anaknya sakit sedangkan ia tidak mempunyai uang sedikit pun. Keduanya lalu berangkat dengan motor kakaknya belum sampai di tujuan keduanya mendapat kecelakaan. Kim pingsan dan kakaknya meninggal.

      Bab 4 An Accident
Keadaan Kim dirumah sakit tidak membaik, dalam keadaan pingsan Kim bertemu dengan papa dan kakaknya yang sudah meninggal. Papa dan Kakaknya menemuinya tapi akhirnya Kim ditingal sendiri. Sedangkam papa dan kakaknya dibawa cahaya yang bersinar. Ketika siuman dari pingsannya Kim tidak ingat kejadian yang menimpanya. Kim merasa dirinya anak kelas 11 SMA dan berpacaran dengan Reza. Dokter mempelajari dan mengamati semua perkembangan Kim. Mama Kim sangat khawatir melihat keadaan anaknya.
Bab 5 Kim? Kim Tae hee?
 Dengan niat membantu melunasi hutang sahabatnya Kim yang koma di Rumah Sakit, Dania mau bekerja di Perusahaan papanya. Pekerjaan Dania bagus dan rajin sehingga papanya senang dan bermaksud mau menjadikan Dania derektur dari perusahaannya. Dania sedang berbincang dengan keluarganya mengenai penerus direksi perusahaannya. Ketika datang kakaknya dari Singapur. Kakak Dania bernama Hendi .... yang sudah bekerja menjadi dokter di Rumah Sakit Singapura. Ikut ke Rumah Sakit miliknya tempat dimana Kim dirawat. Hendi yang mengikuti perkembangan Kim merasa unik terhadap Kim. Kim amnesia tapi dia hapal beberapa nama tokoh drakor yang sering ditontonnya. Dia juga masih ingat dasar-dasar istilah dalam akuntansi.

Bab 6 Dokter Muda Hendi
Hendi pindah kerja dari Rumah Sakit Singapura ke Rumah Sakit milik bapaknya di Jakarta menjadi dokter. Dan Hendi banyak berinteraksi dengan Kim sahabat adiknya. Hendi mulai meneliti dan mengadakan terapi terhadap pikiran Kim yang amnesia. Kim tak mengingat siapa pun termasuk mamanya sendiri.

Bab 7 Pacar Kontrak
Dari Rumah Sakit Kim pulang ke rumah kontrakannya. Kim kehilangan pekerjaannya karena terjadi insiden antara Dania dengan Bosnya Kim yang sudah ditangani polisi. Gaji ibunya yang bekerja di Koprasi juga tidak seberapa. Sementara Kim bertekad mengembalikan keuangan yang dipakai untuk merawatnya pada Dania. Kim tak mau memakai uang orang lain secara Cuma-Cuma. Sifatnya yang suka kerja keras dan mandiri serta tidak mau merepotkan orang lain semuanya sangat dikagumi oleh Handi kakak Dania dokter muda yang sekaligus merawatnya. Secara sepontan Handi menawarkan pada Kim untuk menjadi pacar kontraknya. Yang disetujui oleh Mama dan juga Dania.

Bab 8 Look Like  Princeand Princess
Handi yang mengontrak Kim menjadi kekasihnya datang ke pesta pernikahan mantannya yang artis yaitu Jelita Ibrani. Handi mengontrak Kim karena kekasihnya masih diluar negeri sedang kuliah yang tidak mungkin datang di pesta itu. Sementara Handi tidak mungkin datang sendiri ke pesta pernikahan mantannya ini. Maka Handi datang bersama Kim yang sudah didandani dan memakai baju dari butik khusus.
Karena memang dasarnya cantik, begitu didandani Kim dan Handi bagai raja dan ratunya di pesta itu. Bahkan sang pengantin pun kalah pamor. Kim dan Hadi menjadi perhatian seluruh pengunjung pesta dari pertama datang dengan jaguar. Pesonanya memikat para awak media baik cetak maupun digital. Hal ini menimbulkan kecemburuan dari sang pengantin hingga terjadi insiden.



Bab 9 At Wedding Party
Kim tidak percaya dengan keadaan dirinya sekarang yang bagaikan cinderella. Dengan tatanan mike up dan busana dari butik terkenal. Datang menghadiri pesta pernikahan artis terkenal mendampingi cowok keren disampingnya. Kim merasa dalam mimpi begitu turun dari Jaguar disambut ratusan kilatan blit yang mengarah padanya.

Bab 10 Kiss At Party
Ketika terjadi insidens antara Jelita dan Handi. Untuk menyelamatkan harga dirinya dan Handi, Kim memerankan aksinya dengan sempurna. Kim mencium kekasihnya dengan lembut dan dibalas oleh Handi dengan penuh kelembutan. Tentu saja hal ini membuat panas Jelita yang dari dulu sangat menantikan ciuman Handi. Begitu juga awak media menangkap moment ini dengan berbagai kilatan blits.

Bab 11 Putus
Hampir semua media masa hari itu memuat foto ciuman Handi dengan Kim di pesta pernikahan Jelita Ibrani. Geraldine menelepon langsung dan mempertanyakan beritanya. Handi dan Geraldine akhirnya menyatakan hubungan mereka menjadi putus. 

Untuk selanjutnya baca saja langsung ya supaya lebih seru ....

Jumat, 15 November 2019

Ulasan Cerita


Sabtu, 16 November 2019
Hai hai teman-teman
Tugas pertama di pekan pertama setelah masuk keluarga ODOP adalah membuat ulasan dari sebuah cerita yang telah dibaca. Kelas fiksi yang saya pilih ini menjadi arena belajar lanjutan setelah kurang lebih dua bulan belajar menulis. Mudah-mudahan saya bisa terus belajar untuk menempa diri dan memotivasi generasi muda agar bisa berkarya untuk generasi berikutnya.

Ulasan Cerita Ngodop.Com
Seorang Lelaki Yang  Sedang Bermimpi
tentang Dirinya yang  Sedang Bermimpi
Karya: Achmad Ikhtiar


Cerita Achmad Ikhtiar yang dimuat dalam blog ngodop.com edisi 1 Maret 2019 ini. Saya akan mencoba mengulas unsur dari cerita tersebut.

a.       Tema
Tema yang diangkat cukup sederhana, sebuah mimpi. Tokoh ‘Aku’ memperhatikan tingkah dirinya yang ada dalam mimpinya yang membeli mimpi. Saya dalam menyelami cerita ini cukup mengernyitkan dahi, merenung beberapa saat sampai akhir cerita yang tak terduga.

b.      Latar
Latar tempat dari cerita ini ada di Pedesaan atau pinggiran kota. Terlihat dari ke inginan bapak yang mau memelihara kerbau di sebidang tanah yang ada dibelakang rumahnya. Dan Tiupan angin dan pemandangan yang dilewati kiri-kanan sawah yang hijau.

Latar suasana yang diungkapkan bahagia terlihat dari bahagia melihat Narti yang bahagia karena dilamar, bahagia ketika bapak sudah dibelikan kerbau dan bahagia ketika Emak sudah daftar ke agen perjalanan haji. Tapi kebahagian itu lenyap berganti jadi kecewa, ketika melihat Narti yang berboncengan dengan mantan kekasihnya. Ketika kerbau bapak dicuri dan saat agen perjalanan haji tempat Emak mendaftar tutup dan teleponnya tak diangkat-angkat.

c.       Tokoh dan Penokohan
Tokoh Utama adalah ‘Aku’ menjadi pusat cerita. ‘Aku’ yang bermimpi mendapat lorte lumayan banyak dan  dibelikan untuk membeli mimpi, untuk membahagiakan orang-orang yang dicintainya. Tokoh ‘Aku’ berwatak protagonis terlihat dengan merasa bahagia ketika melihat orang-orang yang dicintainya berbahagia. Dan menjadi anak yang berbakti pada orang tuanya dengan mengabulkan mimpi-mimpi kedua orang tuanya.
Tokoh pendukung  pertama Narti sabar, cerdas dan keibuan. Namun tidak setia tergambar ketika sudah dilamar berboncengan dengan mantan kekasihnya. Kedua bapak yang bertanggung jawab memperhatikan kesejahteraan keluarga dengan lambang mempunyai kerbau sebagai lambang kemakmuran di pedesaan. Ketiga Emak yang agamis yang bercita-cita pergi ke Baitullah dan mencium hajar aswad.


d.      Alur
Cerita ini alurnya alur campuran yang menceritakan mimpi memenangkan lotre kemudian menjadi kaya dan membahagiakan orang-orang yang dicintainya sebagai anak pada orang tuanya dan sebagai kekasih pada calon istrinya. Tapi diakhir dikejutkan dengan tokoh ‘Aku’ yang baru dilahirkan.

e.       Sudut Pandang
Sudut pandang cerita ini sudut pandang orang pertama sebagai tokoh utama yang ditandai dengan adanya kata ganti ‘Aku’ yang ada dalam cerita.

f.       Amanat
Amanat dalam cerita ini sangat jelas tersurat agar anak yang baru dilahirkannya menjadi anak yang berbakti pada kedua orang tuanya dan berbahagia sampai dewasa. Terlihat dengan mewujudkan cita-cita kedua orang tuanya dan setia pada kekasihnya dengan menepati janji untuk menikah dan membentuk keluarga sakinah, mawaddah warrahmah. Tapi jelas kebahagiaan tak dapat dibeli harta hanya salah satu alat untk mewujudkan kebahagiaan itu sendiri.

Demikianlah ulasan yang dapat saya sampaikan. Secara pribadi saya merasa terkagum-kagum membaca cerita ini. Walaupun temanya sederhana tapi bisa dirangkai dalam bahasa yang apik dan harus pelan-pelan untuk bisa mencernanya. Dan sarat dengan amanat yang positif ciri khas sebagai pendidik.


Jangan lupa baca cerpennya ya di ngodop.com



Minggu, 03 November 2019

VILA DI UJUNG DESA





VILA DI UJUNG DESA

Di Ujung desa di dekat sungai terdapat vila yang sudah tua, tidak ada yang mengurusnya karena yang punya sudah meninggal dunia. Vila ini diwariskan pada anaknya yang berencana mau menjualnya. Sudah sekian lama vila ini tak kunjung terjual malah semakin tak karuan keadaannya. Semakin lama semakin tak ada orang yang berminat membelinya. Belakangan malah tersebar berita vila ini ada hantunya.

            Penduduk desa yang berpikiran masih sangat sederhana dan lugu. Sangat mudah dipengaruhi berita yang tak tentu narasumbernya. Apalagi yang menyangkut kepercayaan yang sudah mendarah daging. Tersebarnya cerita hantu di vila itu semakin bertambah takutlah semua warga melewati vila itu, apalagi pada waktu malam hari.

            Keadaan vila yang tidak terawat sudah banyak ditumbuhi rumput liar. Air sungai yang bergemuruh di depan vila menjadi musik yang menambah kesunyian malam. Suara-suara binatang malam sesekali menambah keheningan malam.

            Berbeda dengan Ustaz Ahmad yang tak percaya adanya hantu. Beberapa kali dia mencoba menyakinkan warga menyatakan bahwa tidak ada hantu. Beberapa kali juga dia berceramah di Masjid dan Madrasah, baik saat pengajian ibu-ibu, bapak-bapak dan anak-anak serta pengajian para pemuda. Tapi tak dapat menghapus ketakutan warga pada vila itu sepenuhnya.

            Karena vila itu tak berpenghuni dan berada di ujung kampung ditambah lagi keberadaannya di dekat sungai. Menambah rasa takut anak-anak untuk melewati vila itu. Ditambah lagi cerita-cerita Mang Odang di warung kopi yang selalu melihat sesuatu di vila itu.

            Semakin hari Ustaz Ahmad semakin khawatir dengan ketakutan anak-anak pada hantu di vila itu. Ketakutan yang berlebihan khawatir mengarah pada kekufuran. Dan hal itu tak mungkin dibiarkan terus berkembang dan berkelanjutan. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi perkembangan mental anak-anak asuhannya.

            Setelah sekian lama berpikir lalu Ustaz Ahmad membuat sebuah rencana. Maka pada sore itu diundanglah Pak Dahlan ketua Hansip (Pertahanan Sipil) di desa itu dan Latif siswa SD kelas 6 anak asuhannya, yang paling berani diantara teman-teman sebayanya.

            Ustaz Ahmad memulai pembicaraan, “Begini Pak Dahlan juga Latif mengapa saya undang ke sini. Saya sudah lama merasa sangat khawatir dengan isu yang menyebar di masyarakat mengenai keberadaan hantu di vila di ujung desa kita.  Saya takut anak-anak akan terus mempercayainya dan ini akan mengarah pada hal-hal yang tidak baik. Ini harus segera diluruskan dan saya perlu bukti untuk menyakinkan warga bahwa isu yang selama ini berkembang itu tidak benar adanya.” Ustaz Ahmad menerangkan maksudnya.

“Terus apa yang harus saya lakukan Pak?” tanya Latif belum faham dengan rencana Ustaz Ahmad.

“Hem Saya mengerti maksud Ustad, kita harus mencari bukti agar bisa meyakinkan warga terutama anak-anak bahwa di vila itu tidak ada hantunya.” Pak Dahlan menyeringai tanda faham maksud yang dibicarakan Ustaz Ahmad.

“Terus rencananya bagaimana?” Tanya Pak Dahlan bersemangat.

Ustad Akmad menerangkan rencana yang harus dijalankan oleh keduanya. Pak Dahlan manggut-manggut. Latif pun menyeringai tanda faham apa yang harus dilakukannya.

            “Jadi kapan misi ini kita lakukan?” tanya Latif antusias. Dia ingin segera membuktikan apa benar yang dibicarakan warga ada hantu di vila itu.

            “Malam jumat sekarang.” jawab Ustaz Ahmad. Latif yang tadi bersemangat agak ciut juga. Takut kalau hantu itu benar-benar ada.

            “Jangan takut kan nanti Bapak yang menemani kamu.” Kata Pak Dahlan memahami kekhawatiran Latif.

            “Nanti selain Saya berdoa di rumah dan terus terjaga sampai mendapat kabar dari Pak Dahlan dan Latif, Saya akan beri kamu Latif bekal doa supaya disimpan disaku baju yang akan kamu pakai.” Ustaz Ahmad meyakinkan Latif. Setelah selesai perencanaan sore itu mereka pun bubar.

***
            Sebelum Magrib Latif sudah pamit pada ibunya mau menginap di rumah Ustaz Dahlan. Dengan memakai kaos hitam lengan panjang dan training hitam juga Latif berangkat. Kain sarung batik menyilang dibahunya, tak lupa peci hitam bertengger di kepalanya. Bersama teman-temannya dan warga lainnya tak lupa Pak Dahlan pun ikut salat berjamaah di Masjid dengan Ustaz Ahmad sebagai imamnya.

            Selesai salat Isya mereka bertiga pulang ke rumah Ustaz Ahmad. Sebelum menjalankan misinya Latif dan Pak Dahlan dijamu makan malam oleh istri Ustaz Ahmad. Baru sekitar pukul 9.00 dan segala persiapan selesai keduanya berangkat.

            Setibanya di depan vila, keduanya berhenti. Mereka memperhatikan lingkungan sekitar, setelah dirasa aman baru mereka memulai persiapan. Mereka berada dibawah pohon yang rindang tepat di depan vila yang tadi pagi sudah disurvai oleh Pak Dahlan. Latif naik di pohon itu dan mencari posisi yang bagus untuk melihat ke segala arah tanpa dapat dilihat oleh orang lain. Sedangkan Pak Dahlan bersembunyi di bawah tapi bisa melihat gerak gerik Latif dengan jelas.

            Lama latif menunggu tak ada tanda-tanda mencurigakan. Latif mulai lelah dan bosan,  kakinya mulai pegal lama berdiri di pohon. Ditambah nyamuk yang mengelilinginya tak henti-henti, udara malam pun semakin dingin.

Ketika berada diujung kesabarannya bulu kuduk Latif berdiri dia mencium sesuatu, kantuk yang mulai menyerang hilang seketika. Baunya menyengat bau perapian kemenyan semakin jelas terasa dihidungnya. Tangannya gemetar memegang kamera mengaktifkannya untuk merekam. Tak berapa lama muncullah dari dalam vila kelap kelip cahaya maju mendekati pohon besar yang rimbun di dekat pohon yang didiami Latif. Semakin lama semakin dekat dan semakin jelas. Berjalan tertatih-tatih sambil membawa perapian lalu diletakkan di bawah pohon besar setelah itu kembali lagi dan masuk ke dalam. Latif merekamnya dengan jelas dari ujung kepala sampai kakinya yang memakai sandal jepit dua warna. Termasuk dupa yang disimpan dibawah pohon besar.

Setelah dikira bukti yang diperlukan cukup. Latif turun dari pohon dilihatnya Pak Dahlan tertidur dengan lelap. Latif tadinya tidak tega membangunkannya, tapi dia sudah tidak tahan dengan nyamuknya. Latif membangunkan Pak Dahlan lalu mereka pun pulang ke rumah Ustaz Ahmad.

Terima kasih.  


oooooooooooOOOooooooooooo

Sabtu, 02 November 2019

BIOGRAFI ISNANIA




BIOGRAFI ISNANIA PJ ODOP 7 GRUP ADELAIDE

Sebelumnya aku tak mengenalnya tapi karena ada tantangan terakhir dari ODOP aku mencoba mencari tahu tentang mu. Direkomendasi oleh Bu Mutia Savitri seorang PJ yang sebelumnya telah ku kenal dan membimbingku untuk berani menulis dan ikut komunitas ODOP. Aku memberanikan diri untuk bertanya dan meminta izin untuk membuatkan biografinya.

Gadis cantik ini mempunyai nama lengkap Isnania, sahabat dan rekan kerjanya biasa memanggilnya Nia sedangkan keluarga mempunyai panggilan sayang yakni Ayuk Nia. Nia pertama menghirup oksigen dunia di Palembang kota yang terkenal dengan empek-empeknya ini dan selalu mensyukuri kelahirannya setiap tanggal 10 September.

Nia yang masih berstatus singgel ini putri dari seorang ayah bernama Iskandar dan ibu bernama Angkut.  Anak kedua dari  lima bersaudara ini, menempuh pendidikan tingkat Sekolah Dasar di SD 010 Mandau selama enam tahun sejak tahun 1996 sampai dengan 2002. Dilanjutkan ke SMPN 03 Mandau selama tiga tahun dari tahun 2002 sampai dengan 2005. Sedangkan tingkat SLTA bersekolah di SMAN 02 Mandau. Selama tiga tahun dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008. Lalu melanjutkan kuliah mengambil D3 Perbankan Syariah Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011.

Nia yang mempunyai hobi mengintif dibelakang kamera ini, tapi belum kutemukan jejaknya di facebook, instagram dan blog aksinya di depan kamera. Cita-citanya sebagai penulis sudah mulai dirintis terlihat dari karyanya antara lain Antologi Motivasi (The Dreams Diary III - 2018), Antologi Cerpen (Untukmu Aku Akan Bertahan - 2018), Tiga Cerpen di XPresi/Zetizen Riau Pos (Januari 2014, April 2014, dan Mei 2016). Satu cerpen di Majalah Hadila Solo (Mei 2019). Dan sekarang bekerja di RSUD KEC. MANDAU

Selain menjadi penulis, lajang kelahiran 10 September ini bercita-cita menjadi Pengusaha  sekaligus Pakar Ekonomi, dengan motto yang sangat agamis yaitu “Karena-Nya, dan untuk-Nya, Aku hidup” yang patut untuk diteladani.

     “Ingatlah ... DIA-Sang Maha Segalanya, ‘kan selalu bersamamu.” itulah pesan yang disampaikannya dalam mengakhiri biografi ini. Untuk yang penasaran mengenai karyanya bisa dilihat diakun pribadinya  Isnania (FB) @isnania_nurhidayatunnisa (IG)  www.nurhidayatunnisa.com

Terima kasih

Sukabumi, 3 November 2019
Penulis Nyi Heni dari grup Tokyo


Jumat, 01 November 2019

MUSAWARAH





MUSYAWARAH

Paman bergegas meninggalkan rumah Pak Lurah kembali berjalan dengan tergesa menuju rumah Mang Adul.

“Assalamualaikum,” Paman mengucap salam di depan pintu rumah Mang Adul yang tertutup.

“Waalaikum salam.” suara istri Mang Adul yang menjawab dari dalam.

“Eh Paman Kandi, mau ke bapak? bapaknya di belakang lagi memberi makan kambing.” kata istri Mang Adul.

“Oh kalau begitu saya nyusul ke belakang saja.” pinta Paman sambil melangkah menuju belakang rumah.

“Assalamualaikum,” Paman mengucap salam pada Mang Adul.

“Waalaikum salam.” Jawab Mang Adul keheranan. Sambil menerima uluran tangan Paman mengajak salaman.

“Tak biasanya, sepertinya ada hal yang penting.” kata Mang Adul sambil menuju bale-bale (tenpat istirahat setelah lelah bekerja) dekat kandang kambing diikuti oleh Paman.

“Iya begini... (Paman menceritakan kejadian yang menimpa Alisa).  Jadi kedatangan saya ke sini mau menjual kambing Mang Adul. Barangkali Mamang bisa membantu saya.” jelas Paman.

“Oh jelas kalau membantu pasti saya mau membantu apalagi ini untuk anak yatim. Tapi masalahnya uang yang saya punya kemarin sore sudah ditransfer untuk membayar kuliah anak saya. Ya kalau seratus dua ratus mungkin ada. Tapi kalau satu juta saya belum punya.” jawab Mang Adul penuh penyesalan tidak dapat membantu.

“Oh begitu ya? Baiklah Mang, saya tidak lama permisi dulu, saya juga belum ngasih makan kambing. Maaf ya pagi-pagi telah merepotkan.” Pamit Paman sambil bersalaman.

“Tidak merepotkan kok, cuma maaf saya sangat menyesal belum bisa membantu. Sabar ya Paman, mudah-mudahan secepatnya dapat diselesaikan.” Kata Mang Adul sambil bersalaman dan menepuk-nepuk pundak Paman dengan  tangan kirinya.

Paman meninggalkan rumah Mang Adul, bergegas menuju rumahnya mengingat banyak pekerjaan yang harus dia lakukan hari itu.

Sore sepulang dari Ladang dan Sawah, seakan tanpa merasa lelah Paman berkeliling kampung. Menemui orang yang dianggap mampu, untuk menawarkan kambing atau menggadai sawahnya. Demikian juga pagi setelah salat subuh sebelum pergi ke ladang. Paman kembali berkeliling menawarkan kambingnya dan tanahnya. Tapi belum satu pun yang sanggup membeli kambingnya atau menggadai sawahnya. Hingga tak terasa waktu yang dijanjikan tinggal sehari lagi.

Sabtu sore, Paman dan Bibi sedang duduk di depan rumahnya. Alisa dan Raka sedang bermain di halaman Masjid. Bibi semakin cemas, pikirannya melayang membayangkan apa yang akan terjadi pada Alisa,  jika suaminya tidak dapat memenuhi janji. Badan Bibi merinding berusaha mengusir bayangan buruknya. Bulir bening dari netranya tak dapat ditahan lagi, seakan berebut berlomba ingin lebih dahulu keluar.

Demikian juga dengan Paman, matanya sayu kelelahan, kulit keningnya berkerut karena berpikir keras. Usaha yang dilakukannya setiap hari belum ada kabar yang mencerahkan. Sementara waktu terus berjalan mempersempit ruang gerak dan kesempatan.

Derrrrtt

Suara geter telepon dari Hp Paman yang disimpan di meja bergetar. Paman segera mengambilnya dan melihat nama yang tertera di telepon ternyata Pak Lurah.

“Halo Assalamualaikum.” Paman memberi salam.

“Iya, iya, iya siap, terima kasih.” hanya itu yang terdengar oleh Bibi ketika Paman menerima telepon.

“Dari siapa Pak?” Bibi penasaran ingin tahu Paman menerima telepon dari siapa.

“Dari Pak Lurah, katanya setelah salat magrib berjamaah ada hal yang ingin dibicarakan mengenai penyelesaian masalah Alisa.” Paman menjelaskan.  

“Oh begitu, Mama boleh ikut?” tanya Bibi penasaran ingin tahu.

“Emmm Alisa dan Raka sudah berangkat ke Masjid pasti mereka ikut salat berjamaah. Sebaiknya Mama ikut salat berjamaah terus nanti pulang duluan bawa mereka supaya mereka tidak menguping apa yang dibicarakan. Kasihan Alisa kalau mengetahui permasalahannya melibatkan orang lain. Jangan sampai nanti dia malu dan tidak percaya diri karena masalah ini.” Paman menjelaskan.

“Oh baiklah kalau begitu, ayo kita siap-siap.” Ajak Bibi pada Paman.

Selesai salat magrib, ibu-ibu dan anak-anak yang ikut berjamaah pulang terlebih dahulu. Pengajian anak-anak malam itu diliburkan karena Ustaz Ahmad guru ngaji di Masjid itu ada keperluan.

Malam itu di Masjid Al Hikmah ada sekitar 20 orang laki-laki yang ikut berjamaah. Tidak seperti biasanya mereka salat di Masjid itu, tapi karena mereka mendapat undangan dari Pak Lurah. Setelah semua berkumpul membentuk lingkaran di depan mimbar Pak Lurah mulai berbicara.

“Bapak-bapak yang saya hormati, terima kasih telah memenuhi undangan saya untuk hadir pada malam ini di sini. Adapun maksud saya mengundang bapak sekalian ada masalah dari Paman Kandi mengenai anak adiknya bernama Alisa. Untuk lebih jelasnya saya persilahkan pada Paman Kandi untuk menceritakan kembali kronologis kejadiannya.” Pak Lurah mempersilahkan Paman untuk berbicara.

“Terima kasih Pak Lurah, terima kasih juga pada bapak-bapak yang sudah hadir di sini, sebelumnya saya mohon maaf karena permasalahan keponakan saya semuanya jadi direpotkan. Kronologis kejadiannya seperti ini... (Paman menceritakan kembali kejadian yang menimpa Alisa sampai pada kesepakatan dengan Orang asing yang dibawa ayah Alisa). Demikianlah persoalan yang saya hadapi saya ada kambing dan tanah di belakang rumah kalau diantara bapak-bapak ada yang berkenan menolong saya silahkan. Saya juga sudah berkeliling menawarkan tapi sampai sejauh ini belum ada yang bisa menjamin. Di sini juga sudah ada beberapa yang sudah saya datangi dan mengetahui persoalan yang saya hadapi. Paman Kandi mengakhiri ceritanya.

“Terima kasih Paman Kandi demikianlah persoalan yang dihadapinya. Untuk selanjutnya saya serahkan pada Ustaz  Rizki untuk memberikan tausiah berkaitan dengan persoalan ini.” Pak Lurah mempersilahkan pada Ustaz Rizki.

Ustaz Rizki memberikan tausiah panjang lebar yang didengarkan oleh warga dengan hidmat. Dilanjutkan dengan diskusi yang dipimpin oleh Pak Lurah sampai acara selesai.

Keesokan harinya Paman Kandi dan Bibi serta Alisa dan Raka pergi menengok rumah Alisa. Selain membersihkan makam ibu Alisa, juga membersihkan rumah Alisa yang sudah lama tak ditengoknya. Ketika sedang bersih-bersih terdengar suara motor berhenti di depan rumah. Terlihat Ayah Alisa dan orang asing temannya turun dari motor. Alisa lari memeluk Pamannya. Badannya menggigil ketakutan. Dengan lembut Paman memeluknya dan mengusap rambutnya, dengan telaten membersihkan air mata Alisa sambil menenangkan.

“Tenang tidak apa-apa, mereka tidak akan mengambilmu ada Paman di sini. Paman yang bertanggung jawab” kata Paman menenangkan Alisa.

“Silahkan masuk!” dengan ramah Bibi mempersilahkan kedua orang itu masuk. Tampak keheranan dari wajah ayah Alisa melihat-lihat sekeliling ruang rumahnya. Walau peralatannya masih sama tapi terlihat rapi dan bersih.

Setelah menyuguhkan air minum dan kue seadanya Bibi permisi keluar dulu. Bibi menelepon Ustaz Rizki memberitahu kalau tamunya sudah datang. Tak berapa lama ada motor berhenti dan itu Ustaz Rizki yang datang. Keduanya masuk ke dalam.

Dengan sombong orang Asing itu menagih janji Paman Kandi. Paman Kandi dengan tenang memperkenalkan Ustaz Rizki dan mempersilahkan Ustaz Rizki berbicara mewakili keluarganya.

Kira-kira sebelum duhur Pertemuan itu selesai. Dengan sesenggukan dan bersujud-sujud  Ayah Alisa dan Orang Asing itu meminta maaf pada semuanya tak lama mereka pun pergi meninggalkan kumpulan itu.

            “Paman dan Bibi Saya mewakili warga yang semalam menitipkan uang ini, untuk selanjutnya saya serahkan pada Paman dan Bibi untuk keperluan keluarga terutama Alisa. Saya titip dan percayakan Alisa ada dalam pengasuhan Paman dan Bibi sampai dia dewasa berikut tanah dan rumah ini. Dan ini surat legalitas tanda adopsi jika sewaktu-waktu diperlukan yang sudah ditandatangani ayahnya. Dan In Sya Allah jika ada rezeki saya akan bantu setiap bulannya untuk menambah biaya sekolah Alisa.” kata Ustaz Rizki menyerahkan uang yang tadinya akan diserahkan pada Orang Asing tadi.

            “Terima kasih Ustaz, terima kasih atas bantuan semuanya.” kata Paman sambil menangis dipelukan Ustaz Rizki. Ustaz Rizki menepuk-nepuk pundak Paman Kandi. Lalu bersalaman pada semuanya.

            Sepeninggalan Ustaz Rizki, Paman Kandi, Bibi, Raka dan Alisa, keempat orang itu sesenggukan menangis sambil berpelukan. Melepaskan kegembiraan yang tak terhingga setelah selama seminggu menanggung beban yang sangat berat yang menghimpit hidupnya, dan pontang-panting mencari solusinya.

            Paman dan Bibi merasa lega sambil menatap surat yang ditandatangani Ayah Alisa.

Selesai.

oooooooOOOoooooo

BIG WHY BLOGGER

    Bercerita tentang ngeblog banyak alasan yang masing-masing pribadi menulis blog. Berbagai latar belakang dan tujuan yang menggerakkan ...