Jumat, 30 April 2021

Kurma

 


KURMA

PALING ENAK ITU KURMA TUNIS

 

Dari awal Ramadan kurma selalu menempati prioritas paling atas dalam list belanjaan Bunda. Hampir setiap buka dan sahur selalu menghias meja makan kami. Seakan menjadi makanan wajib seperti nasi yang tak pernah absen di meja makan. Bunda tak pernah menunggu toples kurma di meja makan kosong, selalu ada kuma cadangan di lemari makanan.

 

“Bun kenapa sih selalu mengharuskan Kami untuk memakan kurma setiap buka dan sahur?” Suatu hari Aku bertanya pada Bunda.

 

“Ya, selain karena dianjurkan oleh Rasulullah, Kakak kan tahu hadisnya. Juga karena kandungan gizinya tinggi. Dan berdasar pengalaman Bunda, kalau makan waktu buka kadarnya sedikit kebanyakan yang masuk adalah air. Kadang-kadang kalian kan susah makan. Makan kadang hanya waktu sahur saja. Itu pun sedikit. Nah untuk mengantisipasi kekurangan gizi kalian selama saum, maka Bunda mewajibkan kalian untuk makan kurma,  minimal tiga butir. Dengan makan kurma kalian akan merasa segar sepanjang hari, walaupun makan sedikit. Nah ini akan menjaga kualitas saum kalian. Tidak malas-malasan dalam beraktifitas dan melakukan ibadah. Jadi tidak ada alasan karena saum kalian hanya tiduruuur saja.” Jelas Bunda panjang kali lebar kali tinggi, eh he he he.

 

Ya benar kata Bunda, Aku selalu diharuskan memakan kurma. Kalau buka kebiasaan Kami segelas air putih ditambah tiga buah kurma.  Diselang salat Magrib berjamaah dulu, setelah salat baru deh boleh makan apa saja yang disuka. Tapi tetep sih ada batasan dari Bunda. Pernah suatu hari Bunda berkata.

 

“Semua makanan itu dari Allah,  selalu ada manfaat bagi tubuh. Apapun rasanya, mau pahit, manis, asin, atau kesat sekali pun. Selama makanan itu halal dan tidak bereaksi yang menyebabkan tubuh sakit. Apalagi sudah dihidangkan di meja makan. Maka kalian harus memakannya, tidak boleh pilih-pilih makanan,  mana yang disuka dan mana yang tak suka. Semua yang terhidang harus kalian coba. Hormati yang sudah memasaknya, dan syukuri pada yang sudah memberikan rizkinya.” Itu nasehat Bunda, bagaimana dalem nggak tuh maknanya. Huh membuat Aku tak banyak berkomentar.

 

Aku malah teringat nasihat Ayah. Suatu hari Ayah berkata begini “Bunda yang sudah capek-capek menyediakan makanan.  Memikirkan gizi yang terkandung dalam makanan agar terpenuhi nutrisi keluarga. Memutar otak memvariasikan menu supaya menggugah selera. Mencurahkan semua pikiran, waktu dan tenaga. Namun semuanya menjadi sia-sia. Ketika makanan yang diusahakan oleh Bunda untuk kita berakhir di tempat sampah. Coba bagaimana perasaan Bunda? Nyesek nggak sih.” Aku malah semakin merasa bersalah jika mengingat ini lagi.   

 

Memang sih Bunda tidak pernah marah walau makanannya berakhir di tempat sampah. Selalu tersenyum ramah menghadapi kelakuan Kami yang sedikit nyeleneh. Selalu berkata dengan lemah lembut ketika berinteraksi dengan Kami anak-anaknya. Walau sekali-kali Aku merasa Bunda itu cerewet dan sedikit pemaksa terutama soal makanan.

 

Pernah suatu hari pada bulan Ramadan juga. Dulu Aku tidak terlalu suka pada kurma, tapi Bunda selalu menawari supaya mencoba. Kalau tidak  dimakan langsung. Bunda membuatnya jadi minuman. Kurmanya diblender dan dicampur air dibiarkan beberapa jam jadi tinggal minum. Nah kalau sekarang yang jadi pavorit, kurma direndamnya dengan susu cair. Malah sekarang Aku membuatnya sendiri tidak oleh Bunda lagi. He he he he

 

Sejak nasihat Bunda dan Ayah itulah, sekarang Aku tak pernah memilih makanan. Selalu mencoba apa yang terhidang di meja makan. Aku jadi tahu berbagai rasa makanan. Dan semakin mensyukuri pada yang memberi rizki. Semakin menyadari bahwa proses adanya makanan di meja makan sangatlah panjang. Banyak tangan yang memberi jasa. Banyak tenaga yang tercurah di dalamnya.

 

Huh, bagaimana dengan kalian, masih adakah yang masih memilih makanan berdasar selera???

Heh jadi curhat Aku nih. Padahal tadinya Aku tuh mau membahas kandungan gizi yang terdapat pada kurma, Tapi sudahlah....


#KMP4diarpus

#KMP2021

#abadidalamfiksi

#NyiHeni

#Kurma


Rabu, 28 April 2021

Nuzulul Quran

 

NUZULUL QURAN

MALAM TURUNNYA WAHYU ALLAH KE LANGIT DUNIA

 

Kami baru saja selesai mengaji dan membaca doa mengakhiri bacaan hari ini. Tiba-tiba Bu Ustazah berbicara.

“Anak-anak masih ada waktu duapuluh menit sebelum waktu Asar. Kita diskusi dulu yu !” Ajak Bu ustazah  pada Kami yang masih membereskan peralatan masing-masing.

“Baik Bu” jawab Kami serempak.

“Nah yang laki-laki duduk sebelah kanan Ibu, yang perempuan duduk sebelah kiri Ibu. Kita duduk berhadapan dengan posisi melingkar. Tolong anak-anak yang sudah besar bantu Ibu mengatur lingkarannya.” Perintah Bu Ustazah pada Kami.

Aku ikut membantu membereskan posisi duduk anak-anak. Dan Aku sendiri duduk di ujung tengah bersebelahan dengan anak laki-laki. Tepat di depan berhadapan dengan Bu Ustazah.

“Kita mulai ya, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu.” Bu Ustazah memulai acara diskusi.

“Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuhu.” Jawab Kami serempak.

“Ada yang tahu istilah nuzulul Quran?” Tanya Bu Ustazah pada Kami.

“Turunnya Al Quran” Rendi menjawab pertanyaan Bu Ustazah.

“Betul kata Rendi, Nuzulul Quran adalah turunnya Al Quran. Lengkapnya begini, Nuzulul Quran berasal dari kata Nuzul  artinya menurunkan sesuatu dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Sedangkan Al Quran adalah Kitab suci umat Islam. Jika digabungkan Nuzulul Quran adalah peristiwa turunnya Al Quran dari Allah SWT melalui perantara Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW di muka bumi. “ Bu Ustazah menjelaskan panjang lebar.

Aku mendengarkan penjelasan Bu Ustazah sambil mencatat.  Untung Aku selalu membawa buku catatan dan pulpen di dalam tas gendongku. Jadi jika diperlukan sewaktu-waktu tinggal mengambil.

“Kapan pertama kali Al Quran turun” Bu Ustazah bertanya lagi.

“Tanggal 17 Ramadan.” Jawab anak-anak serempak hampir semuanya menjawab.

“Dimana pertama kali Al Quran diturunkan?” Bu Ustazah bertanya lagi.

“Di Guha Hira” kembali jawab anak-anak serempak.

“Surat apa dan berapa ayat Al Quran yang pertama turun?” Tanya Bu Ustazah lagi.

Anak-anak semuanya diam tidak ada yang menjawab pertanyaan Bu Ustazah.

“Surat Al Alaq ayat 1 sampai 5” Jawabku pelan ragu-ragu takut salah.

“Ya benar jawaban Alisyia, yaitu Surat Al Alaq ayat satu sampai lima.” Walaupun jawabanku pelan Bu Ustazah dapat mendengarnya, dan membenarkan jawabanku.

“Amalan apa saja yang dapat dilakukan pada malam Nuzulul Quran?” Tanya Bu Ustazah lagi.

“Memperbanyak membaca Al Quran” Jawab Rofik sambil mengacungkan tangan.

“Betul apalagi amalan pada malam Nuzulul Quran?” Bu Ustazah bertanya kembali sambil mengedarkan pandangannya melihat Kami semua.

“I’tikaf di Masjid, Bu”  jawab Ana yang duduk di sebelahku.

“Betul, I’tikaf di Masjid” Bu Ustazah membenarkan jawaban Ana.

“Satu lagi, apa kira-kira yang dapat dilakukan di malam Nuzulul Quran?” Ustazah bertanya kembali.

“Salat malam dan berdoa” jawabku mantap.

“Yes, betul semua. Jadi amalan yang dapat dilakukan pada malam Nuzulul Quran adalah pertama memperbanyak membaca Al Quran, kedua I’tikaf di Masjid sambil membaca Al Quran atau pun bersalawat, yang ketiga salat sunah malam dan berdoa. Nah itulah amalan yang dapat dilakukan pada malam Nuzulul Quran.” Jelas Bu Ustazah mengulas jawaban Kami tadi.

“Bu kalau perempuan boleh tidak i’tikaf di Masjid?” Tanya Alma sambil mengacungkan tangan.

“Boleh, perempuan juga boleh beri’tikaf di Masjid asal tidak sedang haid atau nifas.” Ustazah menjawab pertanyaan Alma.

“Tapi karena sekarang sedang pandemi covid-19, Ibu sarankan sebaiknya anak-anak di rumah saja bersama mama-mamanya. Biar bapak-bapak saja yang beri’tikaf di Masjid.” Saran Bu Ustazad pada Kami.

“Bu tadi mama membuat makanan agak banyak dari biasanya, katanya untuk yang beri’tikaf di Masjid. Maksudnya bagaimana Bu?” Tanya Ana penasaran.

“Eh maksudnya yang beri’tikaf kan terus membaca Al Quran, bersalawat dan salat malam, sepanjang malam. Kalau ada makanan, kalau mereka haus dan lapar bisa diselang dengan makan dan minum dulu di Masjid tanpa harus pulang dulu ke rumah untuk makan dan minum. Sehingga mereka konsentrasi dan tidak kelaparan atau kehausan dan terus beri’tikaf di Masjid.”  Jelas Ustazah dengan sangat jelas.

“Eh itu Pak Ustaz sudah di depan, berati sebentar lagi waktu Asar, Ibu tutup dulu diskusi hari ini, mudah-mudahan bermanfaat dan Kita sambung lagi dilain kesempatan. Mari kita akhiri dengan pembacaan Alhamdulillah bersama. Alhamdulillahillahi rrabil aalamiin. Billahi taufiq wal hidayah, wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuhu.” Tutup Bu Ustazah.

“Waalaikum salam warrahmatullahi wabarrakatuhu.” Jawab Kami semua. Lalu berkeliling mencium punggung tangan Bu Ustazah yang diawali oleh anak perempuan yang paling dekat dengan Bu Ustazah.

Lalu Kami pun bersiap untuk melaksanakan salat Asar berjamaah.

#KMP4diarpus

#KMP2021

#abadidalamfiksi

#NyiHeni

# NuzululQuran


Buka Bersama

 



BUKBER

KECERIAAN DI HARI YANG BERKAH

 

 

Seperti biasa bila hari Minggu Kami sekeluarga suka jalan kaki menyusuri jalan kereta api dari rumah sampai Pasar Parungkuda. Hampir setiap hari Minggu bila tidak ada keperluan yang mendesak. Begitu pun hari ini, Kami sudah dalam perjalanan menyusuri rel kereta api. Tiba-tiba ada getaran berasal dari tas gendong dipunggungku. Aku membuka tas dan melihatnya sepertinya telepon Bunda yang bergetar. Aku ambil dan melihat siapa yang menelepon. Tertera nama Kakek ada dalam nada panggil, aku mengeser ikon telepon berwarna hijau dan mendekatkan pada telingaku.

“Assalamualaikum, Kek. Ada apa” Aku menerima telepon

“...”

“Ada, sebentar Ais berikan ke Bunda.” Jawabku dalam telepon.

“Bun, Kakek mau bicara sama Bunda Katanya.”Beritahu ku pada Bunda. Bunda menerima telepon yang Aku berikan. Tak lama Bunda menutup telepon dan memberikannya lagi padaku untuk disimpan lagi dalam tas.

 

“Paman dan Bibi sekeluarga mau ke rumah Kakek. Kata Kakek sekalian saja kita kumpul dan mengadakan buka bersama di rumah Kakek.” Bunda memberi tentang rencana Kakek.

“Yey pasti ada Rafa dan Alma Aku sudah kangen pada keduanya.” Teriakku kegirangan.

“Yey pasti seru main bersama.” Heboh Adik sambil berjingkrak loncat-loncat.

Ayah dan Bunda hanya tersenyum melihat kehebohan Aku dan Adik karena senang akan kedatangan dua keponakan yang lucu-lucu.

 

Karena ada telepon dari Kakek perjalanan Kami tidak menempuh jalur yang biasa. Kami memotong jalan menempuh jalan setapak. Jalan yang lebih dekat menuju rumah Kakek. Jalur biasanya rata karena menyusuri rel kereta api, tapi jalur yang sekarang Kami tempuh berkelok ada tanjakan dan turunan lebih bervaryasi dan lebih menantang andrenalin. Waktu tempuh dan jarak kayanya hampir sama.

 

“Assalamualaikum” Hampir bersamaan Kami semuanya mengucap salam.

“Waalaikum salam” Jawab Kakek dan Nenek yang keluar dari pintu samping. Aku mencuci tangan di keran yang ada disamping garasi diikuti oleh Adik.

 

Baru juga mencium punggung tangan Kakek, terdengar suara klakson mobil depan rumah. Ternyata Paman dan Bibi baru sampai. Ayah membukakan pintu gerbang dan mobil langsung masuk halaman rumah Kakek yang luas. Setelah mencuci tangan baru Kami pun bersalaman satu sama lain.

 

Kami berempat anak-anak saling berkejaran satu sama lain mengungkapkan kegembiraan karena dapat berkumpul bersama. Paman dan Bibi memang rumahnya agak jauh. Mereka ke rumah Kakek kalau libur sekalian menginap. Kalau mereka menginap Aku dan Adik juga suka menginap. Sedangkan Ayah dan Bunda pulang kerumah.

 

Ketika sedang asyik berlarian di halaman, Paman memanggil.

“Hai ada yang mau ikut ke kebun Kakek nggak?” Tanya Paman pada kami.

Kami berpandangan satu sama lain dan serentak menjawab “Mauuuu”. Sambil berlarian mendekati Paman.

 

Kami semua berjalan ke kebun karena memang kebunnya dipinggir rumah Kakek. Di tengah kebun, Kakek membuat saung tempat istirahat dan tempat mengumpulkan hasil panen. Paman mengambil kelapa muda. Ayah mengambil buah nangka yang sudah matang dan wangi. Bunda dan Bibi mengambil daun singkokng, labu siam dan pare. Tomat dan cabe juga ada yang matang.

 

Aku dan Adik Alma mengambil daun singkong yang sudah kering sambil berlari-lari diantara pohon singkong. Kadang dikejar oleh Ahmad dan Rafa. Agak jauh dipinggir-pinggir kebun banyak rumput yang berbunga. Aku mengambil dan mengumpulkannya, lumayan agak banyak juga dapat satu genggam. Dan diberikan pada Adik Alma, Adik Alma membawanya berlarian dibawah jajaran pohon singkokng seperti membawa bendera bertiang.

 

Melihat Kakek sedang duduk di bale-bale saung Aku berlari mendekatinya diikuti Adik Alma.

“Kek tolong buatkan golek dari pelapah sngkong ini.”Pintaku sambil memberikan pelapah singkong yang tadi Aku ambil.

“Baiklah” Jawab Kakek sambil tersenyum dan menerima pelapah singkong kering yang aku berikan.

 

Dengan terampil Kakek membuat golek dari pelapah singkong. Setelah selesai diberikannya padaku.

 

“Mau, mau” Adik Alma menunjuk pada golek yang dibuat Kakek. Aku memberikannya pada Adik Alma. Dengan senang Adik Alma membawa golek buatan Kakek sambil berlarian.

“Kek buat lagi untukku.” Pintaku pada Kakek.

“Ambil lagi pelapah singkongnya ini tidak akan cukup.” Pinta Kakek. Aku berlari mengambil pelepah singkong yang kering untuk dibuat golek.

 

***

Setelah berbuka dengan kurma dan air putih. Kami salat Magrib berjamaah yang diimami oleh Kakek. Setelah itu baru kami makan bersama, duduk ditikar secara lesehan karena meja makan tidak cukup.

 

Waw menu berbuka hari ini lumayan lengkap, bubur sumsum dengan gula aren asli yang wangi dengan durian, Es buah kepala yang dicampur dengan nangka dan alpukat, pisang goreng, goreng jagung sayuran lengkap dengan sambel kacang, buntil daun singkong dan lalap labu siam kukus, tak lupa goreng ikan nila yang nyami.

 Suasana buka bersama seperti inilah yang selalu Aku rindukan disetiap Ramadan.

#KMP4diarpus

#KMP2021

#abadidalamfiksi

#NyiHeni

# Bukber


Selasa, 27 April 2021

MAsjid


 MASJID

TEMPAT KITA BERKELUH KESAH PADA ALLAH

 

Udara sudah menghangat disorot cahaya matahari yang bersinar terang. Embun didedaunan pun sudah mengering menguap diserap mentari pagi yang hangat. Cuaca hari ini mendukung untuk beraktifitas di luar.

 

“Bunda semprotan pembersih kaca dimana? Tanya Alisyia pada ibunya yang masih ada di kamar mandi.

 

“Ada di meja dekat lemari pendingin” Jawab Bunda tanpa menghentikan pekerjaannya yang masih mencuci.

 

“Memangnya mau apa?” Tanya Bunda lagi.

“Aku dan Adik mau ikut kerja bakti membersihkan Masjid seperi biasa setiap haru Jumat.” Kataku menjelaskan.

 

“Masya Allah, sekarang sudah hari Jumat lagi, lupa Aku, saking betah hidup di dunia sampai lupa sekarang hari apa.” Keluh Bunda menyesali kehilapannya.

 

“Pembersih kacanya ditambah lagi supaya penuh, biar kaca Masjidnya bersih semua.” Perintah Bunda padaku.

 

“Memang sabun cuci isi ulangnya disimpan dimana?” Tanyaku lagi.

“Ada di dekat lemari pendingin berdekatan dengan semprotannya.”Jawab Bunda  lagi.

 

Aku pun mengambil sabun cuci isi ulang yang dituduhkan. Menggunting plastiknya lalu memasukkannya ke dalam semprotan. Dan sisanya disimpan kembali ke tempatnya.

 

Aku berangkat bersama Adik menuju Masjid yang biasa kami pakai untuk mengaji. Aku membawa semprotan untuk mencuci kaca beserta kanebonya, sedangkan Adik membawa alat untuk mengepel lantai.

 

Sesampainya di Masjid, sudah banyak orang yang berdatangan. Di halaman Masjid sudah digelar karpet plastik untuk menjemur karpet bulu. Pak Usman dan Pak Karim yang sedang menggulung karpet Masjid, lalu dibawa keluar untuk dijemur di atas karpet plastik yang sudah digelar.

 

Sebagian orang ada yang sedang membersihkan rumput di samping Masjid yang tidak di plur tembok. Ana dan Rita sedang menyapu di dalam Masjid yang karpetnya baru saja di bawa keluar. Aku menghampiri Dina yang sedang memukul-mukul karpet dengan sapu lidi.

 

“Din, bantu Aku membersihkan kaca yu !” Ajakku pada Dina.

“Hayu, biar karpetnya kena sinar matahari dulu dan menguap debunya.” Tambah Dina.

“Dek, alat pel nya berikan pada Dani saja, supaya lebih cepat selesai. Adik bantuin kaka sama Dina. Sekalian bawakan kursi plastik untuk pijakan” Perintahku pada Adik.

 

Adik menurut lalu memberikan alat pel yang dibawanya dari rumah kepada Dani yang sedang memeras kain pel tanpa gagang.

 

“Kak pakai yang ini saja supaya cepat, Aku mau membantu Kakak membersihkan kaca.” Ucap Adik Ahmad sambil memberikan alat pelnya pada Dani. Lalu pergi menjauhi Dani mau mengambil kursi.

 

Aku membawa kursi plastik mendekati Kakak dan menyodorkan kursi yang dibawa.

“Kak ini kursinya” Tawar Adik padaku yang sudah menanti kursi yang dia bawa.

“Satu lagi buat Kak Dina” Pintaku pada Adik.

“Baiklah” Kata Adik menurut mengambil kursi lagi di gudang Masjid.

 

Kami membersihkan kaca bergotong royong. Aku yang menyemprotkan pembersih pada kaca. Disusul Dina yang mengelap dengan kanebonya. Karena Dina mengelapnya lumayan lama. Aku mencari lagi kanebo yang tidak dipakai lalu mencucinya.

 

“Dik, Adik bagian yang menyemprotkan sabunnya dari atas hingga bawah ya?” Kakak mau membantu Dina mengelapnya. Aku berganti tugas dengan Adik. Adik pun menurut.

 

Dina bagian mengelap kaca atas, sedangkan Aku mengelap kaca bagian bawah. Kami mulai membersihkan kaca bagian dalam lalu berlanjut di bagian bawah.

 

Hampir sekitar satu jam pekerjaan Kami pun selesai semuanya. Yang menyapu disusul dengan yang bagian mengepel. Demikian juga yang membersihkan rumput yang dilanjut dengan menyapu halaman. Kamar mandi dan tempat wudu pun sudah bersih. Tercium wangi karbol anti septik menguar dari lantai tempat wudu.

 

Ah tempat umat Islam berkeluh kesah, mengadu atau pun bersujud mengucap syukur kini sudah lebih nyaman, bersih dan wangi. Tinggal menunggu karpet yang masih dijemur, supaya kuman yang nyaman bersembunyi mati terkena sinar matahari.

 

“Pak Karim tugas Aku sudah selesai, mau permisi pulang.” Pamitku pada Pak Karim guru ngajiku.

 

“Oh iya boleh, tolong bawakan ini pada Bunda mu, bagian Bunda mencuci mukena minggu ini.” Jelas Pak Karim sambil memberikan tas plastik berisi mukena kotor.

 

“Oh iya, kalau begitu Kami permisi.” Jawabku menerima tas plastik yang diberikan. Tak lupa mencium punggung tangannya.

 

“Assalamualaikum” Ucapku meninggalkan Pak Karim diikuti teman-teman yang lain untuk pulang.

 

#KMP4diarpus

#KMP2021

#abadidalamfiksi

#NyiHeni

#MASJID 


Senin, 26 April 2021

Teh Hangat



TEH HANGAT

HANGATNYA KEBERSAMAAN

 

Azan Magrib baru saja berkumandang. Adik sudah tidak sabar akan langsung meminum air teh hangat didepannya. Tapi Bunda mengingatkan.  

“Adik...” Bunda menegur Adik.

“Eh maaf Bunda” Adik menyimpan kembali gelas yang telah diangkatnya.

“Ayo baca doa dulu, Allahumma lakasumtu wabika aamantu waalaa rizkikz aftortu birohmatika ya arhama rohimin.” Ayah memimpin doa buka puasa yang diaminkan oleh semuanya.

Aku membasahi bibir dan kerongkonganku dengan teh hangat yang menggoda. Dilanjutkan dengan buah kurma tiga biji sebagai sumber energi. Dan ini makanan favorit dalam bulan puasa, yang hampir setiap hari selalu hadir di meja, lengkap dengan sambel kacangnya. Tak asing lagi namanya diseluruh Indonesia yaitu karoket.

 

Setelah berbuka dengan teh hangat dan kurma, Aku pergi ke kamar mandi untuk  berwudu. Lalu masuk ke kamar yang dijadikan musala kecil di rumah. Ayah baru saja selesai berwudu. Kemudian Bunda dan Adik juga ikut mau salat berjamaah.

Yah, hari ini Ayah tidak ke Masjid karena baru sampai rumah beberapa menit sebelum Magrib. Ayah hanya sempat mandi saja dan berpakaian lalu beberapa menit kemudian terdengar azan Magrib.

 Setelah salat magrib baru kami sekeluarga makan nasi. Menu hari ini Bunda menyediakan goreng ikan air tawar bumbu kuning, rebus labu siam kecil dengan sambal tomat merah, tempe goreng orizinal dan kerupuk.

Ya Allah terima kasih atas rezekimu hari ini. Mudah-mudahan rezeki yang Aku makan hari ini, menjadi berkah dan energi Aku dalam beribadah terhadap-MU. Aamiin ya robbal aalamiin.


#KMP4diarpus

#KMP2021

#abadidalamfiksi

#NyiHeni

#Teh Hangat 


 

Minggu, 25 April 2021

Kolak


KOLAK

PISANG, SINGKONG DAN SEGENGGAM CINTA

 

“Assalamualaikum” ucapku dan Adik ketika turun dari ojek.

“Waalaikum salam” Jawab ibu yang muncul dari pintu dapur.

“Heh kok naik ojek, sudah dibayar belum?” Tanya Bunda tak biasanya Aku pulang dari rumah Kakek naik ojek.

“Iya Bun, Kata Nenek takut Aku keberatan bawa pisang, sama ubi juga kolang-kaling. Sudah dibayar tadi, Nenek yang bayarin.” Jelasku pada Bunda.

“Terima kasih Bang.” Kataku dan Bunda ketika Abang ojek meninggalkan rumah.

“Banyak sekali bawaannya. Wah berat ini” Kata Bunda sambil menjinjing tas plastik ke dapur.

“Iya kata nenek tolong buatkan kolak yang banyak terus nanti bagikan ke Masjid untuk jemaah yang berbuka di Masjid”. Kataku menjelaskan pada Bunda.

“Wah kalau begitu harus cepat dong.” Kata Bunda sambil membuka tas plastiknya.

“Kakak bantuin deh supaya cepat selesai, sebentar menyimpan tas dulu ke kamar.” Kataku lalu berjalan ke kamar mau menyimpan tas. Tak lama kembali lagi ke dapur.

“Eh ambil dulu baskon plastik ukuran sedang tiga buah dan pisau” Pinta Bunda setelah aku kembali ke dapur. Aku menurut, lalu mengambil baskom di rak, dan pisau di tempat sendok.  Dan membawanya kehadapan Bunda.

“Kakak cuci dulu tangannya.” Perintah Bunda lagi.

“Sudah, barusan sebelum mengambil baskom.” Jawabku menjelaskan.

“Bagus kalau begitu. Ini kolang-kaling di potong tiga seperti ini, dan simpan di baskom yang ini.” Bunda memberi contoh.

“Bunda mau mencuci ubi jalar dan mengukusnya.” Kata Bunda sambil membawa ubi jalar ke tempat cucian.

“Semuanya Bun?” Tanyaku masih sambil memotong kolang-kaling.

“Ya, kalau sudah selesai kasih ke Bunda.

 

Tak perlu waktu lama kolang-kaling yang aku potong pun sudah selesai.

“Nih Bun sudah selesai,” Kataku sambil membawa kolang-kaling yang sudah dipotong ke hadapan Bunda.

“Ehmm Bunda lagi mengangkat rebus ubi, panas ini. Tolong Kakak langsung cuci saja kolang-kalingnya lalu tiriskan.” Aku mengerti lalu melakukan apa yang Bunda intruksikan.

“Sudah Bun apalagi” tanyaku lagi.

“Sekarang iris pisangnya sebesar ini bulat-bulat tempatnya yang ini.” Kata Bunda memberi petunjuk apa yang harus lakukan. “Sambil menunggu ubi jalarnya dingin.” Bunda mengambil ubi jalar yang sudah dikukus dan menyimpannya dihadapanku.

“Terus sekarang apalagi?” Tanyaku  pada Bunda kala sudah selesai memotong pisang.

“Itu ubinya dikupas kulit tipisnya dibuang, setelah itu dihaluskan supaya lembut.” Kata Bunda lagi. Aku pun menurut mengikuti intruksi Bunda.

“Bun sudah selesai nih.” Aku memberikan ubi yang sudah dihaluskan.

“Simpan dulu disitu biar nanti Bunda yang menguleni, Sekarang Kakak tolong ambilkan daun pandan di pojok halaman empat lembar saja.” Pinta Bunda padaku.

Aku berjalan keluar mengambil daun pandan sesuai petunjuk Bunda. Lalu kembali lagi dan memberikan empat embar daun pandan.

“Nah sekarang Kakak bentuk adonan ubi ini jadi bulat-bulat seperti kelereng. Hasilnya nanti seperti ini” Bunda memberi contoh cara membulatkan adonan. Kedua tanganku pun sibuk mengerjakan apa yang dicontohkan Bunda. Membuat bulatan-bulatan adonan ubi sebesar kelereng.  

“Bun apa sih awalnya hapalan Kakak yang hari ini? suka lupa lagi awalnya.” Tanyaku.

“Lihat saja catatannya” Perintah Bunda tak langsung memberitahuku.

“Iih kan catatannya ada di saku Bun, tangannya kotor ini lagi megang adonan ubi.” Sesalku agak sedikit muram.

“Wata aaman ...” Bunda tidak melanjutkan bacaannya.

“Aku tahu, aku tahu, Wata aman daa gushhatin waa aadaban aliiman” Aku memotong perkataan Bunda dan melanjutkan menghapal ayat ke tiga belas surat Mujjamil. Dan Aku terus mengulang-ulang hapalanku.

“He he he” Bunda tersenyum melihat ku.

“Aku mau bantu, aku mau bantu.” Adik Ahmad lari setelah mematikan televisinya. Mungkin bosan nonton televisi atau acaranya tidak ada yang menarik.

“Eh cuci tangan dulu” Kataku mengingatkan. “Jangan lupa pakai sabun” Kataku lagi.

Adik menurut mencuci tangannya dengan sabun, dan membilasnya ditempat cuci piring.

Baru juga tangannya mau mengambil adonan. “Baca Bismillah dulu Dek !” kataku lagi. Setelah membaca bismillah Adik bergabung denganku membulat-bulatkan adonan ubi hingga selesai.

“Bun sudah selesai nih, terus mau dibagaimanakan ini.” Tanyaku pada Bunda.

“Pertama-tama panaskan air dalam panci, setelah mendidih masukkan bulatan tadi sedikit-demi sedikit dan pelan-pelan. Setelah bulatannya mengapung angkat dan tiriskan sampai semuanya matang.”

“Langkah kedua rebus kolang-kaling yang tadi sudah diiris sampai airnya mendidih, lalu masukkan gula merah asli yang sudah diiris berikut daun pandang yang sudah dicuci.”

“Setelah gula larut baru masukkan pisang yang tadi sudah diiris, tunggu sebentar, lalu masukkan bulatan ubi yang tadi disisihkan, sambil terus diaduk supaya bulatan ubinya tidak menyatu dan gulanya menyerap.”

“Setelah itu baru masukkan santannya sambil diaduk supaya santannya tidak pecah. Jangan lupa beri sedikit garam. Setelah mendidih matikan kompornya. Selesai deh”

 

“Yah ini centongnya ketinggalan nanti susah di sana membaginya.” Teriakku pada Ayah yang sudah berangkat ke Masjid membawa kolak untuk buka bersama.

“Dik ambil centongnya tuh.” Pinta Ayah pada Adik yang belum jauh dari rumah. Adik kembali lagi mengambil centong dan Aku masukkan centong ke dalam tas plastik yang di dalamnya ada gelas dan sendok plastik untuk kolak nanti di Masjid.

Selamat berbuka

 

#KMP4diarpus

#KMP2021

#abadidalamfiksi

#NyiHeni

#Kolak 


 

Sabtu, 24 April 2021

Tadarus

 


TADARUS

MEMBACA, MEMAKNAI DAN MENGAMALKAN

 

Hai Diary ! bertemu lagi denganku Alisyia Putri Iskandar.

Ramadan tahun ini aku ingin mewujudkan beberapa rencana. Rencana yang ku susun tahun ini adalah khatam Al Quran selama bulan Ramadan, hapal Surat Al Muzammil sebanyak 20 ayat, menabung minimal Rp 100 ribu untuk sodaqah di Hari Raya Idul Fitri pada sepuluh orang anak yatim, dan terus bisa berbagi cerita pengalaman di bulan Ramadan ini, selama sebulan penuh untuk teman-teman yang senang membaca dimana pun berada.

 

Aku membaca lagi tulisan tanganku yang ada di buku diari. Alhamdulillah sampai hari ke dua belas bulan Ramadan ini target tadarusku masih aman. Aku bersyukur karena Ayah memberikan trik bagaimana agar targetku tercapai.

Yah, awalnya aku malu ketika Ayah bertanya apa targetku dalam bulan Ramadan ini. Aku tidak memberitahunya karena takut targetku tidak tercapai. Aku bermaksud memberitahukannya nanti saja kalau sudah tercapai targetnya.

Tapi Ayah memotivasiku bahwa Aku harus mempunyai target apa yang akan dicapai ke depan. Dan target itu harus dibagi-bagi langkah demi langkah. Dan tentukan berapa lama waktunya. Aku mengingat kembali obrolanku dengan Ayah di awal bulan Ramadan ini.

Dua belas hari ke belakang

Pada awalnya Aku bingung bagaimana cara memberitahukan targetku pada Ayah. Ya sudah, Aku berikan saja tulisan di buku diariku pada Ayah. Ayah terlihat bingung mengapa Aku memberikan buku diariku.

“Baca saja yang ini.” Pintaku pada Ayah sambil menunjukkan tulisannya. Walau masih bingung ayah tetap menerima buku diariku. Lalu membaca tulisan yang Aku tunjukkan.

“Wah bagus ini, kau harus merealisasikannya.” Tak lama Ayah berkata dengan nada kegirangan.

“Terus langkah-langkah yang akan kamu lakukan apa saja untuk mewujudkan targetmu itu?” Tanya Ayah padaku yang masih bingung tak mengerti maksud Ayah.

“Ya gitu aja, baca Al Quran tiap hari, menghapalkan ayatnya, nabung dan menulis.” Kataku seadanya.

“Oke ayah beri tip supaya kamu bisa mencapai target harian. Dan tentu saja otomatis dapat mencapai target secara keseluruhan.” Kata Ayah antusis.

“Ambil kursi dan kertas HVS di meja kerja Ayah!” Pintanya padaku.

Aku menurut, lalu ke ruang kerja Ayah dan mengambil apa yang dipinta Ayah. Tak lama Aku sudah kembali mendekat dengan membawa kursi dan kertas.

“Ayo duduk sini dekat Ayah.” Pinta Ayah sambil menarik tubuhku dan mendudukannya di kursi yang tadi aku bawa. Dan Aku pun duduk dekat Ayah di depan meja belajar ku yang kecil.

Ayah mengambil pulpen di tempat pencilku yang sudah terbuka.

“Target pertama khatam baca Al Quran ini kan ada 30 zuz, berarti minimal harus satu zuz sehari.” Kata Ayah menjelaskan sambil menulis di kertas HVS yang tadi Aku bawa.

“Nah dalam sehari kamu akan membacanya berapa kali? Kemungkinan 4 kali saja sesudah salat fardu, sebab kalau salat Magrib kan buka dan persiapan salat Isya waktunya sebentar pula.” Kata Ayah sambil menuliskan satu zuz dibagi empat.

“Nah sekarang kamu lihat dalam setiap zuz ada berapa ayat, lalu dibagi empat setelah itu kamu tandai di dalam Al Qurannya.” Kata Ayah lagi. Walau masih bingung Aku memperhatikan penjelasan Ayah.

“Coba sekarang ambil Al Quran yang akan kamu pakai.” Pinta Ayah lagi. Aku pun mengambil Al Quran yang ada di rak meja belajarku. Lalu memberikannya pada Ayah.

“Contoh ini zuz pertama kan surat Al Baqarah ini ada berapa ayat.” Ayah membuka Al Quran lalu melihat akhir zuz pertama.

“Nih lihat ada 141 ayat, dibagi 4 jadi setiap kali kamu membaca Al Quran minimal 35 ayat. Kalau surat Al Fatihah jangan dihitung sebab setiap kamu mulai membaca Al Quran pasti membaca surat Al Fatihah dulu kan?” Jelas ayah lagi.

“Nah sekarang sebagai persiapan kamu beri tanda setiap 35 ayat dengan kertas memo tempel warna, kemudian kamu beri nomor kertas perekatnya hari pertama dengan angka satu, berarti ada empat. Hari kedua dengan angka dua dan seterusnya. Ini akan memudahkan kamu mencapai target.” Jelas Ayah lagi.

“Oh nanti kalau misalnya hari pertama sesudah salat Isya membaca cuma mencapai 30 surat, sedangkan target 35, berarti kertasnya memo perekatnya dipindah ke angka 30, dilanjutkan lagi nanti setelah salat subuh sampai mencapai target.” Jelasku mulai mengerti maksud Ayah.

“Nah itu pinter.” Puji Ayah sambil mengusap puncak kepalaku.

“Tapi bisa kurang bisa juga lebih, tergantung situasi dan kondisi.” Tambah Ayah.

“Maksudnya?” Tanyaku bingung.

“Misalkan, sesudah subuh targetkan 35 ayat, tapi baru 20 ayat mati listrik kan otomatis berhenti. Nah nanti jadwalnya kan Duhur, bisa saja Kakak membacanya sesudah salat Duha sambil menunggu kelas dalam jaringan dibuka. Kalau Duha kan seger sudah mandi sudah siap untuk belajar, bisa saja membacanya melebihi target yang 15 yang belum selesai tadi, ditambah target Duhur sudah selesai diwaktu Duha. Bisa saja kan? Jadi jadwalnya pleksible tapi memenuhi target. Paham?” Jelas Ayah panjang lebar.

“Oke Aku mengerti, terima kasih Ayahku yang the Best.” Kataku sambil mengacungkan kedua ibu jari pada Ayah.

“Heh, kerjakan itu dulu satu-satu, target yang lain nanti kita bicarakan lagi.” Perintah Ayah sambil mengusap puncak kepalaku dan berlalu meninggalkan Aku di kamar.

Aku melanjutkan menandai Al Quran yang akan Aku pakai tadarus dengan kertas memo berperekat. Mudah-mudahan targetku tercapai, yah wakau baru target membacanya saja mudah-mudahan ke depannya bisa meningkat. 

#KMP4diarpus

#KMP2021

#abadidalamfiksi

#NyiHeni

#Tadarus 


BIG WHY BLOGGER

    Bercerita tentang ngeblog banyak alasan yang masing-masing pribadi menulis blog. Berbagai latar belakang dan tujuan yang menggerakkan ...