Jumat, 30 April 2021

Kurma

 


KURMA

PALING ENAK ITU KURMA TUNIS

 

Dari awal Ramadan kurma selalu menempati prioritas paling atas dalam list belanjaan Bunda. Hampir setiap buka dan sahur selalu menghias meja makan kami. Seakan menjadi makanan wajib seperti nasi yang tak pernah absen di meja makan. Bunda tak pernah menunggu toples kurma di meja makan kosong, selalu ada kuma cadangan di lemari makanan.

 

“Bun kenapa sih selalu mengharuskan Kami untuk memakan kurma setiap buka dan sahur?” Suatu hari Aku bertanya pada Bunda.

 

“Ya, selain karena dianjurkan oleh Rasulullah, Kakak kan tahu hadisnya. Juga karena kandungan gizinya tinggi. Dan berdasar pengalaman Bunda, kalau makan waktu buka kadarnya sedikit kebanyakan yang masuk adalah air. Kadang-kadang kalian kan susah makan. Makan kadang hanya waktu sahur saja. Itu pun sedikit. Nah untuk mengantisipasi kekurangan gizi kalian selama saum, maka Bunda mewajibkan kalian untuk makan kurma,  minimal tiga butir. Dengan makan kurma kalian akan merasa segar sepanjang hari, walaupun makan sedikit. Nah ini akan menjaga kualitas saum kalian. Tidak malas-malasan dalam beraktifitas dan melakukan ibadah. Jadi tidak ada alasan karena saum kalian hanya tiduruuur saja.” Jelas Bunda panjang kali lebar kali tinggi, eh he he he.

 

Ya benar kata Bunda, Aku selalu diharuskan memakan kurma. Kalau buka kebiasaan Kami segelas air putih ditambah tiga buah kurma.  Diselang salat Magrib berjamaah dulu, setelah salat baru deh boleh makan apa saja yang disuka. Tapi tetep sih ada batasan dari Bunda. Pernah suatu hari Bunda berkata.

 

“Semua makanan itu dari Allah,  selalu ada manfaat bagi tubuh. Apapun rasanya, mau pahit, manis, asin, atau kesat sekali pun. Selama makanan itu halal dan tidak bereaksi yang menyebabkan tubuh sakit. Apalagi sudah dihidangkan di meja makan. Maka kalian harus memakannya, tidak boleh pilih-pilih makanan,  mana yang disuka dan mana yang tak suka. Semua yang terhidang harus kalian coba. Hormati yang sudah memasaknya, dan syukuri pada yang sudah memberikan rizkinya.” Itu nasehat Bunda, bagaimana dalem nggak tuh maknanya. Huh membuat Aku tak banyak berkomentar.

 

Aku malah teringat nasihat Ayah. Suatu hari Ayah berkata begini “Bunda yang sudah capek-capek menyediakan makanan.  Memikirkan gizi yang terkandung dalam makanan agar terpenuhi nutrisi keluarga. Memutar otak memvariasikan menu supaya menggugah selera. Mencurahkan semua pikiran, waktu dan tenaga. Namun semuanya menjadi sia-sia. Ketika makanan yang diusahakan oleh Bunda untuk kita berakhir di tempat sampah. Coba bagaimana perasaan Bunda? Nyesek nggak sih.” Aku malah semakin merasa bersalah jika mengingat ini lagi.   

 

Memang sih Bunda tidak pernah marah walau makanannya berakhir di tempat sampah. Selalu tersenyum ramah menghadapi kelakuan Kami yang sedikit nyeleneh. Selalu berkata dengan lemah lembut ketika berinteraksi dengan Kami anak-anaknya. Walau sekali-kali Aku merasa Bunda itu cerewet dan sedikit pemaksa terutama soal makanan.

 

Pernah suatu hari pada bulan Ramadan juga. Dulu Aku tidak terlalu suka pada kurma, tapi Bunda selalu menawari supaya mencoba. Kalau tidak  dimakan langsung. Bunda membuatnya jadi minuman. Kurmanya diblender dan dicampur air dibiarkan beberapa jam jadi tinggal minum. Nah kalau sekarang yang jadi pavorit, kurma direndamnya dengan susu cair. Malah sekarang Aku membuatnya sendiri tidak oleh Bunda lagi. He he he he

 

Sejak nasihat Bunda dan Ayah itulah, sekarang Aku tak pernah memilih makanan. Selalu mencoba apa yang terhidang di meja makan. Aku jadi tahu berbagai rasa makanan. Dan semakin mensyukuri pada yang memberi rizki. Semakin menyadari bahwa proses adanya makanan di meja makan sangatlah panjang. Banyak tangan yang memberi jasa. Banyak tenaga yang tercurah di dalamnya.

 

Huh, bagaimana dengan kalian, masih adakah yang masih memilih makanan berdasar selera???

Heh jadi curhat Aku nih. Padahal tadinya Aku tuh mau membahas kandungan gizi yang terdapat pada kurma, Tapi sudahlah....


#KMP4diarpus

#KMP2021

#abadidalamfiksi

#NyiHeni

#Kurma


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?”

  ”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?” (Part 2 tamat) Seminggu telah berlalu. Peserta didik kelas delapan kini kembali bertemu. Mereka memb...