KURMA
PALING ENAK ITU
KURMA TUNIS
Dari
awal Ramadan kurma selalu menempati prioritas paling atas dalam list belanjaan
Bunda. Hampir setiap buka dan sahur selalu menghias meja makan kami. Seakan
menjadi makanan wajib seperti nasi yang tak pernah absen di meja makan. Bunda
tak pernah menunggu toples kurma di meja makan kosong, selalu ada kuma cadangan
di lemari makanan.
“Bun kenapa sih selalu
mengharuskan Kami untuk memakan kurma setiap buka dan sahur?” Suatu hari Aku
bertanya pada Bunda.
“Ya,
selain karena dianjurkan oleh Rasulullah, Kakak kan tahu hadisnya. Juga karena
kandungan gizinya tinggi. Dan berdasar pengalaman Bunda, kalau makan waktu buka
kadarnya sedikit kebanyakan yang masuk adalah air. Kadang-kadang kalian kan
susah makan. Makan kadang hanya waktu sahur saja. Itu pun sedikit. Nah untuk
mengantisipasi kekurangan gizi kalian selama saum, maka Bunda mewajibkan kalian
untuk makan kurma, minimal tiga butir.
Dengan makan kurma kalian akan merasa segar sepanjang hari, walaupun makan
sedikit. Nah ini akan menjaga kualitas saum kalian. Tidak malas-malasan dalam
beraktifitas dan melakukan ibadah. Jadi tidak ada alasan karena saum kalian
hanya tiduruuur saja.” Jelas Bunda panjang kali lebar kali tinggi, eh he he he.
Ya
benar kata Bunda, Aku selalu diharuskan memakan kurma. Kalau buka kebiasaan Kami
segelas air putih ditambah tiga buah kurma. Diselang salat Magrib berjamaah dulu, setelah
salat baru deh boleh makan apa saja yang disuka. Tapi tetep sih ada batasan
dari Bunda. Pernah suatu hari Bunda berkata.
“Semua
makanan itu dari Allah, selalu ada
manfaat bagi tubuh. Apapun rasanya, mau pahit, manis, asin, atau kesat sekali
pun. Selama makanan itu halal dan tidak bereaksi yang menyebabkan tubuh sakit. Apalagi
sudah dihidangkan di meja makan. Maka kalian harus memakannya, tidak boleh
pilih-pilih makanan, mana yang disuka
dan mana yang tak suka. Semua yang terhidang harus kalian coba. Hormati yang
sudah memasaknya, dan syukuri pada yang sudah memberikan rizkinya.” Itu nasehat
Bunda, bagaimana dalem nggak tuh maknanya. Huh membuat Aku tak banyak
berkomentar.
Aku
malah teringat nasihat Ayah. Suatu hari Ayah berkata begini “Bunda yang sudah
capek-capek menyediakan makanan. Memikirkan
gizi yang terkandung dalam makanan agar terpenuhi nutrisi keluarga. Memutar
otak memvariasikan menu supaya menggugah selera. Mencurahkan semua pikiran,
waktu dan tenaga. Namun semuanya menjadi sia-sia. Ketika makanan yang diusahakan
oleh Bunda untuk kita berakhir di tempat sampah. Coba bagaimana perasaan Bunda?
Nyesek nggak sih.” Aku malah semakin merasa bersalah jika mengingat ini lagi.
Memang
sih Bunda tidak pernah marah walau makanannya berakhir di tempat sampah. Selalu
tersenyum ramah menghadapi kelakuan Kami yang sedikit nyeleneh. Selalu berkata
dengan lemah lembut ketika berinteraksi dengan Kami anak-anaknya. Walau
sekali-kali Aku merasa Bunda itu cerewet dan sedikit pemaksa terutama soal
makanan.
Pernah
suatu hari pada bulan Ramadan juga. Dulu Aku tidak terlalu suka pada kurma,
tapi Bunda selalu menawari supaya mencoba. Kalau tidak dimakan langsung. Bunda membuatnya jadi
minuman. Kurmanya diblender dan dicampur air dibiarkan beberapa jam jadi
tinggal minum. Nah kalau sekarang yang jadi pavorit, kurma direndamnya dengan
susu cair. Malah sekarang Aku membuatnya sendiri tidak oleh Bunda lagi. He he
he he
Sejak
nasihat Bunda dan Ayah itulah, sekarang Aku tak pernah memilih makanan. Selalu
mencoba apa yang terhidang di meja makan. Aku jadi tahu berbagai rasa makanan. Dan
semakin mensyukuri pada yang memberi rizki. Semakin menyadari bahwa proses
adanya makanan di meja makan sangatlah panjang. Banyak tangan yang memberi
jasa. Banyak tenaga yang tercurah di dalamnya.
Huh,
bagaimana dengan kalian, masih adakah yang masih memilih makanan berdasar
selera???
Heh
jadi curhat Aku nih. Padahal tadinya Aku tuh mau membahas kandungan gizi yang
terdapat pada kurma, Tapi sudahlah....
#KMP4diarpus
#KMP2021
#abadidalamfiksi
#NyiHeni
#Kurma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar