TADARUS
MEMBACA,
MEMAKNAI DAN MENGAMALKAN
Hai Diary ! bertemu lagi denganku
Alisyia Putri Iskandar.
Ramadan
tahun ini aku ingin mewujudkan beberapa rencana. Rencana yang ku susun tahun
ini adalah khatam Al Quran selama bulan Ramadan, hapal Surat Al Muzammil
sebanyak 20 ayat, menabung minimal Rp 100 ribu untuk sodaqah di Hari Raya Idul
Fitri pada sepuluh orang anak yatim, dan terus bisa berbagi cerita pengalaman
di bulan Ramadan ini, selama sebulan penuh untuk teman-teman yang senang
membaca dimana pun berada.
Aku
membaca lagi tulisan tanganku yang ada di buku diari. Alhamdulillah sampai hari
ke dua belas bulan Ramadan ini target tadarusku masih aman. Aku bersyukur karena
Ayah memberikan trik bagaimana agar targetku tercapai.
Yah,
awalnya aku malu ketika Ayah bertanya apa targetku dalam bulan Ramadan ini. Aku
tidak memberitahunya karena takut targetku tidak tercapai. Aku bermaksud
memberitahukannya nanti saja kalau sudah tercapai targetnya.
Tapi
Ayah memotivasiku bahwa Aku harus mempunyai target apa yang akan dicapai ke
depan. Dan target itu harus dibagi-bagi langkah demi langkah. Dan tentukan
berapa lama waktunya. Aku mengingat kembali obrolanku dengan Ayah di awal bulan
Ramadan ini.
Dua belas hari ke belakang
Pada
awalnya Aku bingung bagaimana cara memberitahukan targetku pada Ayah. Ya sudah,
Aku berikan saja tulisan di buku diariku pada Ayah. Ayah terlihat bingung
mengapa Aku memberikan buku diariku.
“Baca
saja yang ini.” Pintaku pada Ayah sambil menunjukkan tulisannya. Walau masih
bingung ayah tetap menerima buku diariku. Lalu membaca tulisan yang Aku tunjukkan.
“Wah
bagus ini, kau harus merealisasikannya.” Tak lama Ayah berkata dengan nada
kegirangan.
“Terus
langkah-langkah yang akan kamu lakukan apa saja untuk mewujudkan targetmu itu?”
Tanya Ayah padaku yang masih bingung tak mengerti maksud Ayah.
“Ya
gitu aja, baca Al Quran tiap hari, menghapalkan ayatnya, nabung dan menulis.”
Kataku seadanya.
“Oke
ayah beri tip supaya kamu bisa mencapai target harian. Dan tentu saja otomatis
dapat mencapai target secara keseluruhan.” Kata Ayah antusis.
“Ambil
kursi dan kertas HVS di meja kerja Ayah!” Pintanya padaku.
Aku
menurut, lalu ke ruang kerja Ayah dan mengambil apa yang dipinta Ayah. Tak lama
Aku sudah kembali mendekat dengan membawa kursi dan kertas.
“Ayo
duduk sini dekat Ayah.” Pinta Ayah sambil menarik tubuhku dan mendudukannya di
kursi yang tadi aku bawa. Dan Aku pun duduk dekat Ayah di depan meja belajar ku
yang kecil.
Ayah
mengambil pulpen di tempat pencilku yang sudah terbuka.
“Target
pertama khatam baca Al Quran ini kan ada 30 zuz, berarti minimal harus satu zuz
sehari.” Kata Ayah menjelaskan sambil menulis di kertas HVS yang tadi Aku bawa.
“Nah
dalam sehari kamu akan membacanya berapa kali? Kemungkinan 4 kali saja sesudah
salat fardu, sebab kalau salat Magrib kan buka dan persiapan salat Isya
waktunya sebentar pula.” Kata Ayah sambil menuliskan satu zuz dibagi empat.
“Nah
sekarang kamu lihat dalam setiap zuz ada berapa ayat, lalu dibagi empat setelah
itu kamu tandai di dalam Al Qurannya.” Kata Ayah lagi. Walau masih bingung Aku
memperhatikan penjelasan Ayah.
“Coba
sekarang ambil Al Quran yang akan kamu pakai.” Pinta Ayah lagi. Aku pun
mengambil Al Quran yang ada di rak meja belajarku. Lalu memberikannya pada
Ayah.
“Contoh
ini zuz pertama kan surat Al Baqarah ini ada berapa ayat.” Ayah membuka Al
Quran lalu melihat akhir zuz pertama.
“Nih
lihat ada 141 ayat, dibagi 4 jadi setiap kali kamu membaca Al Quran minimal 35
ayat. Kalau surat Al Fatihah jangan dihitung sebab setiap kamu mulai membaca Al Quran pasti membaca surat Al Fatihah dulu kan?” Jelas ayah lagi.
“Nah
sekarang sebagai persiapan kamu beri tanda setiap 35 ayat dengan kertas memo
tempel warna, kemudian kamu beri nomor kertas perekatnya hari pertama dengan angka
satu, berarti ada empat. Hari kedua dengan angka dua dan seterusnya. Ini akan
memudahkan kamu mencapai target.” Jelas Ayah lagi.
“Oh
nanti kalau misalnya hari pertama sesudah salat Isya membaca cuma mencapai 30 surat,
sedangkan target 35, berarti kertasnya memo perekatnya dipindah ke angka 30,
dilanjutkan lagi nanti setelah salat subuh sampai mencapai target.” Jelasku mulai
mengerti maksud Ayah.
“Nah
itu pinter.” Puji Ayah sambil mengusap puncak kepalaku.
“Tapi
bisa kurang bisa juga lebih, tergantung situasi dan kondisi.” Tambah Ayah.
“Maksudnya?”
Tanyaku bingung.
“Misalkan,
sesudah subuh targetkan 35 ayat, tapi baru 20 ayat mati listrik kan otomatis
berhenti. Nah nanti jadwalnya kan Duhur, bisa saja Kakak membacanya sesudah
salat Duha sambil menunggu kelas dalam jaringan dibuka. Kalau Duha kan seger
sudah mandi sudah siap untuk belajar, bisa saja membacanya melebihi target yang
15 yang belum selesai tadi, ditambah target Duhur sudah selesai diwaktu Duha.
Bisa saja kan? Jadi jadwalnya pleksible tapi memenuhi target. Paham?” Jelas
Ayah panjang lebar.
“Oke
Aku mengerti, terima kasih Ayahku yang the
Best.” Kataku sambil mengacungkan kedua ibu jari pada Ayah.
“Heh,
kerjakan itu dulu satu-satu, target yang lain nanti kita bicarakan lagi.”
Perintah Ayah sambil mengusap puncak kepalaku dan berlalu meninggalkan Aku di
kamar.
Aku melanjutkan menandai Al Quran yang akan Aku pakai tadarus dengan kertas memo berperekat. Mudah-mudahan targetku tercapai, yah wakau baru target membacanya saja mudah-mudahan ke depannya bisa meningkat.
#KMP4diarpus
#KMP2021
#abadidalamfiksi
#NyiHeni
#Tadarus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar