Jumat, 23 April 2021

Tidur


TIDUR

KITA REHAT SEJENAK

 

Aku baru saja selesai belajar di aplikasi Classroom. Ada tiga kelas untuk hari ini yaitu bahasa Indonesia, IPS dan Agama. Kelas Agama tadi ada penambahan waktu, karena banyak yang bertanya mengenai hadis yang menjelaskan bahwa tidurnya orang berpuasa adalah ibadah.

Guru Agama tadi membahas amalan sunah yang dilakukan pada bulan Ramadan. Kesepuluh amalan sunah dalam bulan Ramadan itu adalah:

1.      1. Makan sahur (Bersantap sahurlah kalian, karena dalam sahur itu ada keberkahan)

2.      2. Menyegerakan berbuka sebelum salat Magrib

3.      3. Membaca doa  sebelum dan sesudah berbuka

4.      4. Mandi besar dari junub, haid dan nifas sebelum terbit fajar agar menunaikan ibadah dalam keadaan 

         (Ini untuk orang dewasa)

5.     5.  Menahan  lisan dari perkataan tidak berguna.

6.     6.  Menahan diri dari hal yang tak sejalan dengan hikmah puasa

7.      7. Memperbanyak sedekah

8.      8. Memperbanyak i’tikaf di Masjid

9.      9. Menghatamkan Al Quran selama sebulan Ramadan.

10.  10. Istiqomah menjalankan amalan Ramadan dan dilanjutkan di bulan berikutnya.

 

Terus tadi si Rahman bertanya: “Apa betul tidurnya orang berpuasa adalah ibadah, katanya ada hadisnya.  

 

“Tidurnya orang berpuasa adalah ibadah. Diamnya adalah tasbih. Doanya adalah doa yang mustajab. Pahala amalannya pun akan dilipatgandakan.”  Guru agamaku membacakan hadisnya. Lalu menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan tidur disini bukan berarti tidur dari setelah subuh sampai waktunya buka puasa tanpa aktifitas yang positip.

 

Yang dimaksud dengan tidur di sini adalah istirahat sejenak sebelum melanjutkan aktifitas lagi. Karena banyak kegiatan di malam hari seperti taraweh, tadarus, sahur dan menghapal ayat Al Quran yang dilakukan di malam hari. Maka jam tidur menjadi sedikit, ditambah dengan puasa jadi energi berkurang belum ada lagi asupan. Sehingga badan menjadi lemas dan cepat lelah.

 

Disitulah orang berpuasa tidur untuk istirahat agar badan kembali segar untuk beraktifitas lagi. Biasanya dilakukan setelah salat Duhur dan bangun kembali sebelum waktu Asar.

 

Itulah kesimpulan yang dapat aku simak dari guru agama tadi.

Setelah menutup laptop ku, rasanya penat dan pegal terasa di badanku. Kulirik jam dinding yang menempel di tembok kamar, baru menunjukkan pukul 11.45. Masih ada waktu untuk santai sebelum salat Duhur, pikirku.

 

Kurebahkan badan di tempat tidur sambil memainkan telepon pintarku membuka aplikasi Happy Color Fan yaitu aplikasi mewarnai gambar yang sering aku lakukan jika ada waktu luang. Belum juga satu gambar bunga yang kuwarnai selesai, sudah terdengar kumandang azan Duhur di telepon pintarku.  

 

Konsentrasiku terganggu dari mendengarkan azan, karena terdengar ada suara tangisan di luar. Aku beranjak dari rebahan dan berjalan menuju pintu dan membukanya. Ternyata Adik yang menangis. Aku menuntun Adik masuk dan duduk di kursi makan. Aku menuntun Adik masuk dan duduk di kusri makan. Tak berselang lama Bunda menyusul masuk sambil membawa tas plastik, sepertinya belanjaan sayuran di warung dekat rumah.

 

“Adik kenapa Bun?” Tanyaku pada Bunda yang baru saja masuk.

“Jatuh tadi di jalan.” Jawab Bunda sambil menyimpan belanjaan.

“Kak ambilkan kotak P3K untuk mengobati lukanya.”Pinta Bunda padaku. Aku kembali ke ruang tengah mengambil kotak P3K.

“Adik ayo cuci dulu lukanya.” Ajak Bunda pada Adik yang masih terisak. Bunda menuntun Adik ke kamar mandi. Lalu mencuci lukanya hingga kotoran dan darah di kaki adik bersih.

“Jatuh dimana Bun?” Tanyaku lagi menghampiri dan menyodorkan kotak obat.

 

“Tadi lagi main dengan temannya.  Melihat Bunda lewat mau ke Warung,  dia menyusul ikut ke Warung. Dia minta dibelikan kelereng. Matanya terus melihat kelereng tidak melihat jalan. Lalu kakinya menginjak batu dan terpeleset jadi juntai deh.” Kata Bunda diselingi canda. Sambil tangannya dengan terampil  melap kaki Adik dengan tisu. Setelah kering baru di obati dengan betadine.

 

Adik tersipu malu dan menyembunyikan senyumnya, kala Bunda menyebut “juntai deh.” Adik duduk di kursi ruang makan, Ibu memberinya susu hangat untuk berbuka dan sebuah pisang ambon. Aku menemaninya sambil meniup-niup luka di kakinya.

 

“Baca doa dulu Dek !” Kataku mengingatkan kala Adik mau meminum susunya.

“Allahuma laka shumtu wabika amantu wa’ala rizqika Afthartu birohmatika yaa arhama rrohimin.” Walau masih ada sisa-sisa isakan Adik tetap membaca doa buka puasa dilanjutkan dengan doa mau makan.

 

Adik meminum susunya sampai tandas. Lalu membuka pisang dan memakannya secara perlahan. Bunda datang lagi dari dapur, ditangannya membawa nasi goreng dan air putih untuk Adik.

“Masih sakit?” Tanya Bunda pada Adik.

“Sekarang tidak terlalu sakit” Jawabnya setelah menelan kunyahan pisangnya.

“Kalau begitu bisa makan sendiri ya? Bunda sama Kakak mau salat duhur dulu.” Kata Bunda lagi. Adik mengangguk tanda mengiyakan.

 

“Anak pintar” puji Bunda sambil mengusap puncak kepala Adik.

“Yu Kak salat duhur dulu.”   Bunda mengajak ku salat duhur berjamaah.

Aku dan Bunda melaksanakan salat duhur bersama. Dilanjutkan dengan membaca Al Quran.

 

#KMP4diarpus

#KMP2021

#abadidalamfiksi

#NyiHeni

#Tidur  


 

1 komentar:

”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?”

  ”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?” (Part 2 tamat) Seminggu telah berlalu. Peserta didik kelas delapan kini kembali bertemu. Mereka memb...