EMAK
Emak
adalah sebutan Asep pada ibunya. Emak orangnya sangat sabar. Sejak ditinggal ayahnya
Asep hidup berdua dengan emaknya. Untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari
Emak bekerja serabutan. Kadang ada tetangga yang menyuruh mencuci atau
membantu-bantu pekerjaan di dapur. Kadang ada juga yang menyuruh bekerja di
Sawah atau Kebun.
“Asep
... Asep... Bangun!” Emak membangunkan Asep. Sudah beberapa kali Emak
membangunkan Asep sejak sebelum Subuh tadi, tapi Asep belum juga bangun.
“Sep...
Kasep ayo bangun sayang!” dengan telaten dan sabar Emak kembali membangunkan Asep dengan masih memakai mukena
setelah salat subuh. Tapi yang dibangunkan malah menarik kembali selimutnya.
Sambil
masak menyiapkan sarapan Emak bulak-balik membangunkan Asep yang tadi menarik
kembali selimutnya. Dengan sabar Emak memanggil-manggil Asep supaya bangun dan
Salat Subuh.
“Ayo
bangun sayang sudah siang ayo Salat Subuh dulu.” Emak masih membujuk Asep.
“Berisik
ah aku masih ngantuk.” Asep malah menutup telinganya dengan bantal.
“Astagfirullah,
Ayo nak Kasep bangun dulu Salat Subuh dulu.” Emak masih sabar membangunkan
Asep.
“Ah
berisik.” jawab Asep sambil melempar selimutnya dengan kasar lalu pergi ke
kamar mandi.
“Astagfirullahaladzim.”Emak
istigfar sambil mengurut dada. Kemudian membereskan tempat tidur Asep yang
berantakan.
888
Asep
dan teman-temannya sedang nongkrong sambil makan jajanan di Gajebo dekat Kantin
sekolah.
“Maaf
Kak, numpang lewat.” Kata seorang gadis
cantik sambil sedikit membungkukkan badannya.
Asep
melongo melihat gadis cantik kulitnya bersih dengan senyum yang menawan
bukannya menggeser kakinya yang menghalangi jalan.
“Hai
sadar!” kata Ardi sambil mengusap muka Asep yang masih bengong melongo melihat
pemandangan yang menakjubkan. Jantungnya berdegub keras, hatinya berdebar-debar
salah tingkah dibuatnya.
“Eh
si... Silahkan....” Kata Asep terbata suaranya hilang, tenggorokannya terasa
kering, sambil menggeser kakinya yang menghalangi jalan.
“Siapa
anak tadi perasaan aku baru ketemu?” tanya Asep pada teman-temannya.
“La
iyalah kamu ngak pernah ketemu, kamu kan masuk siang, dan pulang sebelum
waktunya.” Kata Ardi meledek Asep. Dikatakan seperti itu Asep nyengir kuda dia
mengakui kelemahannya.
Tadinya
Asep ingin banyak bertanya pada teman-temannya mengenai gadis itu. Tapi Asep
gengsi, Asep khawatir bukannya mendapat jawaban malah ia jadi bahan ejekan teman-temannya.
Baru
juga melangkah ke kelas untuk mencari tahu informasi mengenai gadis tadi. Bel
dengan nyaring berbunyi menandakan waktu istirahat telah usai. Dan sampai
waktunya pulang sekolah Asep tidak bertemu lagi dengan gadis tadi. Serta belum
mendapatkan informasi apapun mengenai gadis tadi.
Malam
ini Asep susah tidur dia teringat kejadian siang tadi. Cantik sekali gadis tadi,
senyumnya sangat memesona, lesung pipit kecil di dekat bibirnya mempermanis
senyumnya. “Aku harus mencari tahu siapa dia dan dimana rumahnya.” pikir Asep
dalam hati. Asep gelisah ingin segera pagi dan ingin segera tahu siapa gadis
tadi.
Tak
seperti biasanya pagi ini Asep sudah berada di sekolah, pakaiannya rapi, rambutnya
masih basah sisa-sisa mandi tadi, wajahnya cerah senyum selalu tersungging
dibibirnya. Teman-temannya heran dengan keberadaan Asep pagi-pagi seperti ini.
“Wai
ada angin apa pagi-pagi sudah ada di Sekolah? sudah insaf nih ceritanya? ”
Andri meledek Asep temannya, heran dengan keberadaannya pagi ini. Asep hanya
nyengir kuda diledek temannya. Asep tak menghiraukan perkataan temannya Asep
langsung ke kelas menyimpan tas dan mengeluarkan zuz amma untuk mengikuti
tadarusan bersama di halaman sekolah.
Pak
Agus memberi pengumumam agar anak-anak kumpul di Halaman Sekolah. Anak-anak
mulai membaca surat-surat pendek dalam Zuz Amma, dilanjutkan dengan tausiah yang diberikan
oleh Pak Agus Romdhani.
“Anak-anak
jika kalian ingin diridhoi oleh Allah, maka kalian terlebih dahulu harus berada
dalam ridho orang tua. Seorang anak wajib berusaha membuat orang tuanya rido
terhadap apa yang dilakukannya. Sama halnya anak juga wajib mencari rido Allah.”
“Dan
seorang anak hendaklah berbuat baik pada kedua orang tuanya yakni dengan
berbakti, mengasihi, dan lemah lembut pada keduanya. Jangan sekali- kali
berkata “Ah” atau membangkang terhadap kedua orang tua. Hendaknya seorang anak
merendahkan diri terhadap orang tuanya, berkata sopan dan hidmat. Dan selalu
mendoakan keduanya supaya Allah menyayangi orang tua kita seperti halnya mereka
menyayangimu diwaktu kecil”.
Demikianlah
tausiah yang diberikan Pak Agus yang dapat ditangkap oleh Asep. Asep tertunduk
dan matanya berkaca-kaca tapi buru-buru dilap oleh lengan bajunya. Selama
berada di sekolah Asep lebih banyak diam tak banyak bicara. Dia lupa pada
niatnya tadi pagi berangkat mau ketemu gadis cantik yang kemarin menyapanya.
Sepulang
sekolah Asep mendapati Emaknya baru selesai salat duhur. Emak masih memakai
mukena dan duduk berdoa. Tak menunggu lama Asep langsung sujud dihadapan
Emaknya memohon maaf dan ampunan sambil terisak.
“Maafkan
Asep Mak, Asep telah durhaka pada Emak, telah berkata kasar dan tak pernah
mendengarkan nasihat Emak, mulai sekarang Asep akan menuruti segala nasehat
Emak dan akan sekolah dengan giat dan jujur.” Kata Asep disela-sela isak tangisnya.
“Iya
Emak maafkan, yang lalu biarlah berlalu, ayo kita perbaiki kedepannya.” Jawab
Emak sambil menciumi kepala Asep dan membelai rambut dan punggung Asep. Emak
mengangkat badan Asep dan memeluknya dengan penuh kasih sayang.
Sekian.
ooooooooooooooooooOOOoooooooooooooooooo
Mohon Kritkannya
BalasHapusGajebo= gazebo, juj= juz Amma. Dan ada beberapa tanda koma yang perlu ditambahkan. 😊🙏👍
BalasHapusKeren keren tulisan Buhen
BalasHapusKalau ada kaitanya kepergian ayah dengan sifat Asep di awal-awal paragraf mungkin lebih masuk.
BalasHapus