Jumat, 27 September 2019

Gajah dan Ayam Jantan





GAJAH DAN AYAM JANTAN


            Warna kuning keemasan semburat jingga di cakrawala. Mentari mulai lelah ingin kembali keperaduannya. Seperti halnya burung-burung yang beterbangan menempuh perjalanan panjang hari itu. Ingin kembali ke sarang setelah kenyang mencari makan melintas di langit bersih.
           
Senja itu  Ayam Jantan berjalan berkokok sambil mengais-ngaiskan kakinya ke tanah mencari biji-bijian. Setelah menemukannya lalu dipatuk dengan paruhnya lalu berkokok.
“Ku ku kuruk... ku ku kuruyuk.....!!!” Ayam Jantan berkokok.
“Hus jangan berisik ah” tegur gajah yang dari tadi berjalan beriringan.
“Ku ku kuruyuk...ku ku kuruyuk...!!!” Ayam Jantan lebih berisik lagi.
“Hus apa sih yang ingin kamu katakan?” tanya gajah pada Ayam Jantan.
“Aku ingin bertanding denganmu” tantang Ayam pada Gajah.
“Bertanding apa” tanya gajah lagi belum mengerti.
“Maksudnya siapa diantara kita yang makannya lebih banyak? Kamu atau Aku?” Kata Ayam memperjelas keinginannya.
“Tentu saja aku,” sahut Gajah sambil membuat suara gaduh dan mengibas-ngibaskan belalainya.
“Aku memang tidak bisa bisa makan lebih banyak jika dibandingkan denganmu, Gajah. Tetapi aku bisa mematuk dengan cepat.”
“Baiklah, besok kita bertanding di Padang dekat sungai. Disana banyak rumput dan tumbuhan padi-padian.”kata Gajah sambil menunjuk tempat yang dimaksud dengan belalainya.

Untuk menentukan pemenang mereka minta bantuan hewan lain, seperti harimau, kijang, jerapah, kera, kancil dan sebagainya. Pertandingan itu akan dilaksanakan besok pagi. Setelah matahari terbit.
Gajah dan Ayam Jantan mempersiapkan diri untuk pertandingan besok pagi. Semalaman Gajah dan Ayam Jantan tidak bisa tidur. Malam terasa lambat. Lama kelamaan ahkirnya mereka pun tidut.

Gajah terbangun ketika mendengar kokok ayam dari kejauhan. Dengan angkuh Ayam Jantan berjalan sambil mengingatkan gajah.
“Saatnya kita bertanding, kawan,” kata Ayam Jantan mengingatkan dengan angkuhnya.
“Ya aku mengerti!” jawab Gajah sambil pergi beriringan menuju padang yang ada di dekat sungai.
Harimau membuka acara memberitahukan maksud mereka berkumpul di Padang tersebut. “Kawan-kawan, kita berkumpul di sini untuk menyaksikan pertandingan antara Gajah dan Ayam Jantan. Kitalah yang menentukan siapa diantara mereka yang dapat makan lebih banyak.” kata Harimau.
“Ya kami siap,” hewan lain menanggapi dengan serempak.
“Gajah dan Ayam Jantan juga sudah siap?” tanya Harimau.
Gajah dan Ayam mengangguk.
“Baiklah mari kita mulai, satu, ...dua,....tiga....” Harimau memberi aba-aba.
Gajah dan Ayam Jantan mulai makan. Mereka makan sebanyak-banyaknya hingga kekenyangan.
“Aduh perutku sakit kekenyangan, rasanya seperti mau meletus.” kata Gajah mengeluh. Dia merebahkan tubuhnya lalu tertidur. 


Sementara Ayam Jantan masih terus mematuk-matuk biji-bijian dengan cepat sekali. Sesekali berkokok membuat hewan-hewan lain tidak senang. Sebab Ayam Jantan itu terlihat begitu sombong.
“Hai kamu jangan sombong Ayam Jantan.” kata ular mengingatkan. tapi tidak dipedulikan oleh Ayam Jantan.


Ketika hari sudah sore Gajah baru terbangun dari tidurnya. Gajah mencoba makan lagi tapi perutnya masih terasa sakit.
“Oh aku tidak bisa melanjutkan perlombaan ini perutku sakit sekali.” kata Gajah menyerah. Sambil memandang teman-teman binatang lainnya yang sedang menyaksikan perlombaan itu.

Ayam Jantan berteriak kegirangan. “Horee... aku yang keluar sebagai pemenangnya. Akulah yang paling luar biasa di hutan ini.” kata Ayam Jantan bangga. Ayam Jantan mengepak-ngepakkan sayapnya lalu berkokok. kembali mematuk-matuk biji-bijian.

Binatang lain sudah melarangnya untuk tidak mematuk-matuk lagi biji-bijian tapi tidak dipedulikan oleh Ayam Jantan. Ayam Jantan seperti kesulitan bernapas, tenggorokannya seperti ada yang menyumbat. Seketika mukanya menjadi merah.
“Tolong aku “Kata ayam Jantan dengan kesakitan yang menderanya. 

Hewan lain segera mendekat memberi pertolongan. Ayam Jantan keburu tersungkur ke tanah, berkelejoran sesaat, lalu kehabisan napas dan tersungkur mati.



Pesan moral yang disampaikan. Janganlah sombong akibatnya mencelakakan diri sendiri. Dan dalam segala sesuatu jangan berlebihan. Orang yang berlebihan kadang melakukan sesuatu yang tidak masukakal dan diluar batas kemampuan.

15 komentar:

  1. Pembeda paragraf sedikit membingungkan ibu

    BalasHapus
  2. Bu Heni, coba biar lebih rapi, yg kalimat dialog dikasih jarak. Jadi biar jadi paragraf baru, supaya lebih rapi.

    Semangat, BUu Heni ...

    BalasHapus
  3. Sayang ya, Bu. Coba si ayam di potong aja, trus buat sambal jadi deh ayam geprek😘

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya kalau endingnya ada manusia, daripada mati sia-sia mending dipotong dibuat ayam serundeng juga maknyos he he

      Hapus
  4. Setanpun dilaknat Alloh krn sombong, semoga kt sll mjd hamba yg tawadlu'

    BalasHapus
  5. Hmm fabel dengan pesan moral cukup klasik tapi menyentuh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pesan moral untuk anak-anak, terima kasih telah berkinjung

      Hapus

”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?”

  ”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?” (Part 2 tamat) Seminggu telah berlalu. Peserta didik kelas delapan kini kembali bertemu. Mereka memb...