GEMPA
BUMI
Nyi
Heni
Raisa dan
teman-temannya baru saja selesai salat Asar berjamaah. Biasanya mereka jajan
makanan ringan sambil bermain di halaman sekolah. Hari ini ternyata hujan turun rintik-rintik anak-anak tidak terlalu berkeliaran di halaman. Mereka berkumpul sebagian ada
yang di kelas ada juga yang di emperan kelas yang terlindung dari air hujan.
Ada pula yang masih di depan Masjid, mereka merasa malas jajan malah
berlari-larian sambil bercanda.
“Fan kita main bekel
yu” Raisa mengajak Fani bermain.
“Ayo, ayo mana
bekelnya?” Fani antusias diajak main oleh Raisa. Raisha mengambil bekel di tas
sekolahnya. Sedangkan Fani menggeser kursi supaya tempat untuk mereka main agak
luas. Fani memilih tempat di pojokan menghadap ke tembok supaya bila bolanya
jatuh tidak terlalu jauh mengambilnya sebab terhalang tembok.
Setelah Raisa dan Fani
duduk dibawah, Fani menyimpan bekel dan bolanya dilantai lalu mereka melakukan
suit.
“Ayo suit dulu” Ajak
Raisa.
“Satu, dua, tiga.”
Raisa mengomando. Tangan Fani dan Raisa turun berbarengan. Raisa memasang ibu
jari, sedangkan Fani jari telunjuk.
“Wah aku main duluan”
kata Raisa setelah tahu dia yang menang sambil mengambil bekel. Sedangkan Fani
menunggu dan memperhatikan Raisa bermain.
Ketika mereka sedang
asyik bermain tiba-tiba bumi bergoyang asalnya pelan lama-lama makin kuat.
Teman-teman mereka berlarian keluar sampai menumpuk di pintu sambil
membaca tahlil. Melihat pintu penuh Raisa menarik tangan Fani mereka tidak lari
keluar, mereka jongkok di pojok dan menarik meja sehingga posisinya berada
dibawah meja.
Mereka berpegangan
sambil membaca surat-surat pendek yang mereka hapal dan kalimat-kalimat
toyyibah. Tangannya bergetar, jantungnya berdebar, mereka berpegangan erat
saling menguatkan. Pigura hiasan dinding
yang dipajang berjatuhan ada juga beberapa yang jatuh ke meja di atas
kepala mereka. Fani semakin takut tangannya terasa dingin dipegang Raisa kepala
Fani beradu dengan kepala Raisa mereka memejamkan mata tidak berani melihat apa
yang terjadi.
Ketika terdengan diluar
sudah banyak yang ngobrol dan ada yang memanggil-manggil nama mereka.
“Fani, Raisa, Fani,
Raisa” Ustad Ramdhan memanggil.
“Ya Ustaz kami di sini.”
jawab Raisa mencoba menjawab. Ustaz Romdhan
mendekati mereka.
“Ayo keluar keadaan
sudah aman” Ustaz Romdhan menyuruh mereka keluar dari bawah meja. Setelah keluar
dari bawah meja Ustaz Ramdhan memeluk keduanya dan membimbingnya keluar kelas.
Sesampainya di luar Fani
dan Raisha disambut Ustazah Qori didudukan di kursi yang kosong dan diberi minum.
Setelah minum dan istirahat sesaat barulah
Raisha sadar bagaimana keadaan adiknya.
"Gib, Gibran" Raisa berteriak memanggil adiknya.
"Ya aku di sini" Jawab Gibran sambil menyerahkan tas kakaknya yang tadi diberikan oleh Ustaz Romdhan padanya.
"Oh syukurlah." Raisa duduk kembali sambil mengusap dada lalu menerima tas yang diberikan adiknya dan menggendongnya.
Raisha baru sadar lalu mengarahkan pandangannya ke sekitar, ternyata banyak teman-temannya yang terluka lecet karena berdesakan dan
terjatuh saat keluar gedung. Semuanya sudah dibersihkan dan diobati. Ada
genting gedung Madrasah yang jatuh dan berantakan dibawah. Ada tembok kamar
mandi Masjid yang retak besar. Warung Mang Udin penjual mie ayam ambruk. Barang
dagangan Teh Mimin yang berantakan di bawah dan banyak lagi akibat gempa.
Tak berapa lama setelah
kejadian gempa banyak orang tua yang datang dan menjemput anaknya. Tak berapa lama berserang Abi pun muncul menjemputnya.
ooooooooooooooooooOOOooooooooooooooooo
Mohon masukannya
BalasHapus"Barang dagangan Teh Mimin jatuh berantakan" mgkn lbh enak begitu 🙏😊 maaf
BalasHapusSlalu ada sja bencana 😔
BalasHapusAda beberapa tanda titik/koma yang seharusnya ada ya kak ... Tetap semangat 😊💪
BalasHapus