Senin, 30 September 2019

Ulat Sirsak





ULAT SIRSAK

Hari Minggu Raisa berlibur ke rumah kakeknya. Dia berangkat hari Sabtu sore sepulang sekolah Diniyah diantar Abinya. Pagi-pagi sekali sekitar jam 4.30. Raisa sudah bangun dan ikut salat berjamaah dengan kakek dan nenenknya. Selesai salat dilanjutkan dengan membaca Al Quran diperhatikan neneknya. Sedangkan kakek membaca Al Quran dan menelaah arti dan kandungan ayatnya.

Seperti kebiasaan di rumahnya, Raisa selalu membantu ibunya untuk beres-beres rumah, menyapu dan cuci piring. Demikian juga ketika di rumah nenek, Raisa tidak canggung lagi tanpa disuruh Raisa melakukannya dengan senang hati. Sementara nenek memasak nasi dan lauk pauknya.

Matahari baru juga muncul sinarnya terasa hangat di badan yang kedinginan setelah mandi pagi. Kakek sudah siap dengan perlengkapannya. Memakai pakaian untuk ke Sawah lengkap dengan cetoknya. Golok diikatkan dipinggang, cangkul dipikulan bagian depan dan dibelakangnya sabit dan ceret air minum yang masih panas lengkap dengan cangkirnya. Dengan sigap dan semangat kakek pergi ke Sawah karena hari ini mau panen padi.
            
Setelah nasi dan lauk pauknya matang Raisa dan Nenek menyusul Kakek ke Sawah. Kami menyusuri jalan setapak lalu menyembangi sungai tanpa jembatan. Karena sungainya sedang surut akibat kemarau panjang.
            
         Setibanya di Sawah tampak kakek dengan tiga orang pegawai lainnya sedang bekerja. Satu orang yang sedang menyabit padi, satu orang lagi mengangkut hasil sabitan ketempat perontokan bulir padi, dan yang seorang lagi memukul-mukulkan padi yang sudah disabit supaya bulir padinya rontok. Sedangkan kakek membersihkan sisa-sisa daun padi yang tercecer dalam bulir padi lalu memasukkannya bulir padi yang sudah bersih dalam karung yang telah disediakan.
            
          Raisa yang menjingjing rantang sayuran, sedangkan nenek membawa bakul nasi dan peralatan makannya. Nenek langsung menata makanan di Saung (sejenis rumah tempat berteduh yang ada di sawah) yang beralaskan daun pisang.
“Ayo panggil kakeknya.” Nenek menyuruhku memanggil Kakek untuk makan.
“Ke Ayo makan.” Panggil Raisa berteriak supaya Kakek mendengar ajakannya.
“Ya!” sambil menoleh Kakek menjawab ajakan Raisa. Lalu Kakek mengajak teman-temannya untuk mencuci tangan dan makan.

Raisa makan bersama rasanya nikmat sekali setelah tadi kerja bantu-bantu nenek terus jalan capek sudah terasa lapar. Begitu makan bersama dengan pemandangan sawah yang menghampar diselingi semilir angin yang sepoi-sepoi terasa sejuk di menerpa kerudungRaisa.
            
          Selesai makan Raisa berjalan-jalan menyusuri pematang. Memanen rawit yang sudah matang, memetik daun kemangi untuk lalapan, ada juga kacang panjang yang di tanam di pematang sawah. Tiba di bawah pohon sirsak Raisa melihat ada yang matang. Lalu mencoba memanjat dan hendak mengambilnya.

         Baru juga beberapa tahap, Raisa memegang sesuatu yang kenyal dan besar. Raisa kaget dan replek Raisa melepaskan pegangannya dan jatuh. Raisa menangis dan minta tolong.
“Tolong...tolong....” suara Raisa meminta tolong
            
           Mendengar suara yang meminta tolong, tanpa pikir panjang Kakek langsung lari ke arah suara berasal menyusul Nenek dan seorang pegawai Kakek. Mereka khawatir terjadi apa-apa pada Raisa.
Setelah menemukan Raisa yang sedang menangis di bawah pohon sirsak kakek bertanya.
“Ada apa” tanya Kakek sambil terengah-engah setelah berlari.
“Aku jatuh dari pohon” Jawab Raisa sambil mennangis.
“Kamu manjat pohon sirsak dan jatuh? mana yang sakit” tanya kakek khawatir. Sambil mengangkat badan Raisa supaya berdiri dan membersihkan tanah-tanah yang menempel di baju dan badan Raisa.
“Iya aku mau mengambil sirsak yang matang, tapi tadi aku memegang sesuatu yang kenyal dan geli, aku kaget lalu melepaskan peganganku.” Jawab Raisa menjelaskan kejadiannya.
“Oh dimana?” tanya Kakek lagi.
“Di sana.” Raisa menunjuk tempat tadi memegang sesuatu.

Kakek  mengambil sesuatu yang menempel di pohon sirsak. Ternyata ulat yang besar dan berwarna hijau hampir sama dengan warna daunnya. Lalu Kakek menyuruh pegawainya untuk mengambil buah sirsak yangsudah matang.

Sesampainya di Saung nenek memotong-motong buah sirsak menjadi beberapa bagian. Raisa menikmati buah itu di bawah terik matahari siang yang panas.
“Eeeemmmmmm... nikmat juga memakan buah sirsak hasil panen langsung dari pohon, siang-siang panas begini.” batin Raisa menikmati buahnya.
Sekian

oooooooooooooooooooooooOOOoooooooooooooooooooooo

6 komentar:

  1. Ada typo mbak Raisa yang menjingjing rantang sayuran, harusnya menjinjing

    BalasHapus
  2. Opini saya sih dengan cerita yang cukup panjang, pokok permasalahan bisa di pertajam lagi agar pembaca bertanya-tanya dan ingin tahu kelanjutannya. Selebihnya OK

    BalasHapus
  3. Suka sirsak ... Daun n buahnya kaya manfaat 😁👍

    BalasHapus
  4. Klimaksnya kurang nendang bu Heni, mungkin bisa ditingkatkan dengan mendeskripsikan si ulat menggunakan semua indra.
    Misal, Raisa memegang sesuatu yang kenyal dan besar. Ada geliat menggelitik jarinya. Raisa kemudian mengerutkan dahi dan reflek melepaskan pegangannya dan "Bughhh," keras terdengar bedebam kemudian.

    Semacam itulah, Bu. Terus semangat

    BalasHapus

”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?”

  ”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?” (Part 2 tamat) Seminggu telah berlalu. Peserta didik kelas delapan kini kembali bertemu. Mereka memb...