ULAT
SIRSAK
Hari
Minggu Raisa berlibur ke rumah kakeknya. Dia berangkat hari Sabtu sore sepulang
sekolah Diniyah diantar Abinya. Pagi-pagi sekali sekitar jam 4.30. Raisa sudah
bangun dan ikut salat berjamaah dengan kakek dan nenenknya. Selesai salat
dilanjutkan dengan membaca Al Quran diperhatikan neneknya. Sedangkan kakek
membaca Al Quran dan menelaah arti dan kandungan ayatnya.
Seperti
kebiasaan di rumahnya, Raisa selalu membantu ibunya untuk beres-beres rumah,
menyapu dan cuci piring. Demikian juga ketika di rumah nenek, Raisa tidak
canggung lagi tanpa disuruh Raisa melakukannya dengan senang hati. Sementara
nenek memasak nasi dan lauk pauknya.
Matahari
baru juga muncul sinarnya terasa hangat di badan yang kedinginan setelah mandi
pagi. Kakek sudah siap dengan perlengkapannya. Memakai pakaian untuk ke Sawah
lengkap dengan cetoknya. Golok diikatkan dipinggang, cangkul dipikulan bagian
depan dan dibelakangnya sabit dan ceret air minum yang masih panas lengkap
dengan cangkirnya. Dengan sigap dan semangat kakek pergi ke Sawah karena hari
ini mau panen padi.
Setelah
nasi dan lauk pauknya matang Raisa dan Nenek menyusul Kakek ke Sawah. Kami
menyusuri jalan setapak lalu menyembangi sungai tanpa jembatan. Karena
sungainya sedang surut akibat kemarau panjang.
Setibanya di Sawah tampak kakek
dengan tiga orang pegawai lainnya sedang bekerja. Satu orang yang sedang
menyabit padi, satu orang lagi mengangkut hasil sabitan ketempat perontokan
bulir padi, dan yang seorang lagi memukul-mukulkan padi yang sudah disabit
supaya bulir padinya rontok. Sedangkan kakek membersihkan sisa-sisa daun padi
yang tercecer dalam bulir padi lalu memasukkannya bulir padi yang sudah bersih dalam
karung yang telah disediakan.
Raisa yang
menjingjing rantang sayuran, sedangkan nenek membawa bakul nasi dan peralatan
makannya. Nenek langsung menata makanan di Saung
(sejenis rumah tempat berteduh yang ada di sawah) yang beralaskan daun pisang.
“Ayo panggil kakeknya.”
Nenek menyuruhku memanggil Kakek untuk makan.
“Ke Ayo makan.” Panggil
Raisa berteriak supaya Kakek mendengar ajakannya.
“Ya!” sambil menoleh Kakek menjawab ajakan Raisa.
Lalu Kakek mengajak teman-temannya untuk mencuci tangan dan makan.
Raisa
makan bersama rasanya nikmat sekali setelah tadi kerja bantu-bantu nenek terus
jalan capek sudah terasa lapar. Begitu makan bersama dengan pemandangan sawah
yang menghampar diselingi semilir angin yang sepoi-sepoi terasa sejuk di
menerpa kerudungRaisa.
Selesai makan Raisa berjalan-jalan
menyusuri pematang. Memanen rawit yang sudah matang, memetik daun kemangi untuk
lalapan, ada juga kacang panjang yang di tanam di pematang sawah. Tiba di bawah
pohon sirsak Raisa melihat ada yang matang. Lalu mencoba memanjat dan hendak mengambilnya.
Baru
juga beberapa tahap, Raisa memegang sesuatu yang kenyal dan besar. Raisa kaget
dan replek Raisa melepaskan pegangannya dan jatuh. Raisa menangis dan minta
tolong.
“Tolong...tolong....”
suara Raisa meminta tolong
Mendengar suara yang meminta tolong,
tanpa pikir panjang Kakek langsung lari ke arah suara berasal menyusul Nenek
dan seorang pegawai Kakek. Mereka khawatir terjadi apa-apa pada Raisa.
Setelah
menemukan Raisa yang sedang menangis di bawah pohon sirsak kakek bertanya.
“Ada
apa” tanya Kakek sambil terengah-engah setelah berlari.
“Aku
jatuh dari pohon” Jawab Raisa sambil mennangis.
“Kamu
manjat pohon sirsak dan jatuh? mana yang sakit” tanya kakek khawatir. Sambil
mengangkat badan Raisa supaya berdiri dan membersihkan tanah-tanah yang
menempel di baju dan badan Raisa.
“Iya
aku mau mengambil sirsak yang matang, tapi tadi aku memegang sesuatu yang
kenyal dan geli, aku kaget lalu melepaskan peganganku.” Jawab Raisa menjelaskan
kejadiannya.
“Oh
dimana?” tanya Kakek lagi.
“Di
sana.” Raisa menunjuk tempat tadi memegang sesuatu.
Kakek mengambil sesuatu yang menempel di pohon
sirsak. Ternyata ulat yang besar dan berwarna hijau hampir sama dengan warna
daunnya. Lalu Kakek menyuruh pegawainya untuk mengambil buah sirsak yangsudah
matang.
Sesampainya
di Saung nenek memotong-motong buah sirsak menjadi beberapa bagian. Raisa
menikmati buah itu di bawah terik matahari siang yang panas.
“Eeeemmmmmm...
nikmat juga memakan buah sirsak hasil panen langsung dari pohon, siang-siang
panas begini.” batin Raisa menikmati buahnya.
Sekian
oooooooooooooooooooooooOOOoooooooooooooooooooooo
Mohon masukannya
BalasHapusAda typo mbak Raisa yang menjingjing rantang sayuran, harusnya menjinjing
BalasHapusOpini saya sih dengan cerita yang cukup panjang, pokok permasalahan bisa di pertajam lagi agar pembaca bertanya-tanya dan ingin tahu kelanjutannya. Selebihnya OK
BalasHapusInformatif, mba heni. Thank you
BalasHapusSuka sirsak ... Daun n buahnya kaya manfaat 😁👍
BalasHapusKlimaksnya kurang nendang bu Heni, mungkin bisa ditingkatkan dengan mendeskripsikan si ulat menggunakan semua indra.
BalasHapusMisal, Raisa memegang sesuatu yang kenyal dan besar. Ada geliat menggelitik jarinya. Raisa kemudian mengerutkan dahi dan reflek melepaskan pegangannya dan "Bughhh," keras terdengar bedebam kemudian.
Semacam itulah, Bu. Terus semangat