Selasa, 24 September 2019

Si Lurik Kehilangan



SI LURIK KEHILANGAN

Cerita dari lagu “Tek kotek kotek”

Si Lurik bergembira, telurnya sepuluh ekor menetas semua. Kecil-kecil bulunya bagus ada yang putih, yang merah, dan ada juga yang lurik. Anak-anak si lurik berlari kian kemari meniru induknya yang mengais tanah mencari cacing. Kalau ada cacing bergerak berebutlah anak ayam mematuk cacing berlari, bembira dan bernyanyi. Cit...cit...cit... cit ...cit.

Lurik pun bernyanyi gembira karena anak-anaknya lincah, lucu dan sehat semua. (Tek kotek kotek, anak aku ada sepuluh, semuanya ada sepuluh, semuanya gemuk-gemuk).
Anak-anaknya berlarian mendapatkan induknya sambil bernyanyi, (Cit, cit, cit, cit, perut kami sudah kenyang, makan cacing banyak sekali).

Suatu pagi lurik mengembangkan sayapnya dan mengaiskan kakinya ke belakang dan ke depan. Anak-anak berkumpul bernaung dibawah tubuh induknya. Lurik mulai memberikan pelajaran tentang jenis makanan yang enak.

“Anak-anak kali ini engkau akan ku carikan makanan yang enak. Besok lusa bila kau sudah besar harus mencari makan sendiri. Jika kamu menggunakan kakimu untuk mengais tanah, tancapkan kakimu ke tanah, jika ada yang bergerak cepat tangkap dengan paruhmu. Makanlah sekenyang-kenyangnya, yang pertama bangun dialah yang makan cacing pertama kali, bangunlah pagi-pagi, udara pagi sehat untuk tubuh.”

Seminggu kemudian lurik memberikan pelajaran baru tentang makanan enak yaitu jagung muda. Warnanya putih atau kuning, bentuknya bulat tersimpan rapi, berbaris-baris rasanya manis sekali, isaplah airnya baru kamu telan. 

Pembicaraan lurik dan anak-anaknya didengar musang. Musang mengintai anak-anak ayam sejak lama. Musang bersembunyi di semak-semak menunggu anak-anak ayam itu mendekatinya.

Anak ayam berlari bercerai berai mencari makanan yang diceritakan induknya. Anak ayam datang mendekati tempat musang, musang menyeringai memperlihatkan giginya yang berjajar rapi dan putih.
“Hore hore kita dapat, kita dapat,” teriak anak-anak ayam bersorak gembira menemukan yang dicarinya.

“Anak-anak yang manis, benar ini jangung untukmu disana masih banyak kalian tidak perlu mencari ditempat yang jauh, tapi dengan syarat tidak boleh diceritakan pada induk kalian, kalau induk kalian tahu maka akan dimakannya sampai habis dan kalian tidak mendapatkannya” bujuk musang mengelabui anak-anak ayam.

“Kalian lihat pintunya sangan sempit jadi kalian jangan berebut masuk, kalian boleh menginap satu orang satu hari dan kalian bisa makan sepuasnya.” kata musang sambil membuka mulutnya ternganga.

“Nah sekarang siapa yang ingin lebih dulu masuk?” tanya musang pada anak-anak ayam.
“Aku yang paling besar yang sulung” Kata anak ayam yang paling besar.
“Baiklah, pada saat pintu terbuka kamu masuk, bila pintu tertutup kamu berteriak keras cit, cit, cit sebagai tanda aku harus mengunci pintu.” musang memberi penjelasan pada anak-anak ayam.

Musang membuka mulutnya  lalu masuk anak ayam dan berbunyi cit, cit, cit kemudian musang menutup lagi mulutnya.

“Nah anak-anak untuk sekarang selesai pelajaran hari ini sekarang pulanglah tapi ingat jangan sampai tahu induk kalian.” musang memberikan perintah.

Anak ayam yang kesembilan sudah kembali pada induknya. Lurik merasa kehilangan dan bertanya pada anak-anaknya.
“Dimana satu lagi”
“Sedang makan jagung”
“Dimana”.
“Di gudang”

Sampai sore hari anaknya tidak pulang, lurik menangis.
Tek kotek kotek kotek
Anak aku ada sepuluh
Mati satu  tinggal sembilan


Begitulah terjadi selama sepuluh hari. Lurik termenung dan sedih anaknya tak satu pun tersisa, lurik menangis.
Tek kotek kotek
Anak aku ada sepuluh
Tek kotek kotek
tiap hari hilanglah satu
Tek kotek kotek
Anak aku habis semua
Tek kotek kotek
Siapakah itu pencurinya


Tiba-tiba dibalik semak terdengar suara
Tek kotek kotek
Anak ayam kumakan habis
Tek kotek kotek
sekarang tinggal induknya

 Mendengar suara itu si lurik lari sambil berkotek minta tolong. Kini lurik tahu siapa yang mencuri anak-anaknya ternyata seekor musang.

Nah demikianlah cerita tentang anak ayam yang ada nyanyiannya tadi. Nilai moralnya anak-anak harus nurut pada orang tua sebab orang tua sangat sayang pada anak-anaknya. Orang tua tidak mau kehilangan anak-anaknya.

ooooooooooooooOOOooooooooooooooo

8 komentar:

  1. Balasan
    1. Ya disesuaikan dengan nyanyiannya he he , terima kasih telah berkunjung 🙏🙏🙏

      Hapus
  2. Duh, dulu punyak Edel ayam.corak ini, ka.

    BalasHapus
  3. Untuk bernostalgia bisa memelihara lagi barangkali he he he, terima kasih telah berkunjung 🙏🙏🙏

    BalasHapus
  4. Kasin sekali si induk kehilangan anak2nya

    BalasHapus
  5. Hmm,lagu2 jaman dulu selalu punya pesan moral yg mendalam, 😍 suka bgt

    BalasHapus
  6. Lagu kesukaan tole ini. Eh, sadis gak ya? Suka dengan kesedihan induk ayam?

    BalasHapus

”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?”

  ”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?” (Part 2 tamat) Seminggu telah berlalu. Peserta didik kelas delapan kini kembali bertemu. Mereka memb...