SI LURIK KEHILANGAN
Cerita dari lagu “Tek kotek kotek”
Si
Lurik bergembira, telurnya sepuluh ekor menetas semua. Kecil-kecil bulunya
bagus ada yang putih, yang merah, dan ada juga yang lurik. Anak-anak si lurik
berlari kian kemari meniru induknya yang mengais tanah mencari cacing. Kalau
ada cacing bergerak berebutlah anak ayam mematuk cacing berlari, bembira dan
bernyanyi. Cit...cit...cit... cit ...cit.
Lurik
pun bernyanyi gembira karena anak-anaknya lincah, lucu dan sehat semua. (Tek
kotek kotek, anak aku ada sepuluh, semuanya ada sepuluh, semuanya gemuk-gemuk).
Anak-anaknya
berlarian mendapatkan induknya sambil bernyanyi, (Cit, cit, cit, cit, perut
kami sudah kenyang, makan cacing banyak sekali).
Suatu
pagi lurik mengembangkan sayapnya dan mengaiskan kakinya ke belakang dan ke
depan. Anak-anak berkumpul bernaung dibawah tubuh induknya. Lurik mulai
memberikan pelajaran tentang jenis makanan yang enak.
“Anak-anak
kali ini engkau akan ku carikan makanan yang enak. Besok lusa bila kau sudah
besar harus mencari makan sendiri. Jika kamu menggunakan kakimu untuk mengais
tanah, tancapkan kakimu ke tanah, jika ada yang bergerak cepat tangkap dengan
paruhmu. Makanlah sekenyang-kenyangnya, yang pertama bangun dialah yang makan
cacing pertama kali, bangunlah pagi-pagi, udara pagi sehat untuk tubuh.”
Seminggu
kemudian lurik memberikan pelajaran baru tentang makanan enak yaitu jagung
muda. Warnanya putih atau kuning, bentuknya bulat tersimpan rapi,
berbaris-baris rasanya manis sekali, isaplah airnya baru kamu telan.
Pembicaraan
lurik dan anak-anaknya didengar musang. Musang mengintai anak-anak ayam sejak
lama. Musang bersembunyi di semak-semak menunggu anak-anak ayam itu
mendekatinya.
Anak
ayam berlari bercerai berai mencari makanan yang diceritakan induknya. Anak ayam
datang mendekati tempat musang, musang menyeringai memperlihatkan giginya yang
berjajar rapi dan putih.
“Hore
hore kita dapat, kita dapat,” teriak anak-anak ayam bersorak gembira menemukan
yang dicarinya.
“Anak-anak
yang manis, benar ini jangung untukmu disana masih banyak kalian tidak perlu
mencari ditempat yang jauh, tapi dengan syarat tidak boleh diceritakan pada
induk kalian, kalau induk kalian tahu maka akan dimakannya sampai habis dan
kalian tidak mendapatkannya” bujuk musang mengelabui anak-anak ayam.
“Kalian
lihat pintunya sangan sempit jadi kalian jangan berebut masuk, kalian boleh
menginap satu orang satu hari dan kalian bisa makan sepuasnya.” kata musang
sambil membuka mulutnya ternganga.
“Nah
sekarang siapa yang ingin lebih dulu masuk?” tanya musang pada anak-anak ayam.
“Aku
yang paling besar yang sulung” Kata anak ayam yang paling besar.
“Baiklah,
pada saat pintu terbuka kamu masuk, bila pintu tertutup kamu berteriak keras
cit, cit, cit sebagai tanda aku harus mengunci pintu.” musang memberi
penjelasan pada anak-anak ayam.
Musang
membuka mulutnya lalu masuk anak ayam
dan berbunyi cit, cit, cit kemudian musang menutup lagi mulutnya.
“Nah
anak-anak untuk sekarang selesai pelajaran hari ini sekarang pulanglah tapi
ingat jangan sampai tahu induk kalian.” musang memberikan perintah.
Anak
ayam yang kesembilan sudah kembali pada induknya. Lurik merasa kehilangan dan
bertanya pada anak-anaknya.
“Dimana
satu lagi”
“Sedang
makan jagung”
“Dimana”.
“Di
gudang”
Sampai
sore hari anaknya tidak pulang, lurik menangis.
Tek
kotek kotek kotek
Anak
aku ada sepuluh
Mati
satu tinggal sembilan
Begitulah
terjadi selama sepuluh hari. Lurik termenung dan sedih anaknya tak satu pun
tersisa, lurik menangis.
Tek
kotek kotek
Anak
aku ada sepuluh
Tek
kotek kotek
tiap
hari hilanglah satu
Tek
kotek kotek
Anak
aku habis semua
Tek
kotek kotek
Siapakah
itu pencurinya
Tiba-tiba
dibalik semak terdengar suara
Tek
kotek kotek
Anak
ayam kumakan habis
Tek
kotek kotek
sekarang
tinggal induknya
Mendengar suara itu si lurik lari sambil
berkotek minta tolong. Kini lurik tahu siapa yang mencuri anak-anaknya ternyata
seekor musang.
Nah
demikianlah cerita tentang anak ayam yang ada nyanyiannya tadi. Nilai moralnya
anak-anak harus nurut pada orang tua sebab orang tua sangat sayang pada
anak-anaknya. Orang tua tidak mau kehilangan anak-anaknya.
ooooooooooooooOOOooooooooooooooo
Mohon masukannya
BalasHapusOo begitu y bu kisahnya 👍😁
BalasHapusYa disesuaikan dengan nyanyiannya he he , terima kasih telah berkunjung 🙏🙏🙏
HapusDuh, dulu punyak Edel ayam.corak ini, ka.
BalasHapusUntuk bernostalgia bisa memelihara lagi barangkali he he he, terima kasih telah berkunjung 🙏🙏🙏
BalasHapusKasin sekali si induk kehilangan anak2nya
BalasHapusHmm,lagu2 jaman dulu selalu punya pesan moral yg mendalam, 😍 suka bgt
BalasHapusLagu kesukaan tole ini. Eh, sadis gak ya? Suka dengan kesedihan induk ayam?
BalasHapus