Sabtu, 21 September 2019

Kisah dari Balik Jendela Kelas




                                          Ulasan Buku Kisah Dari Balik Jendela Kelas

Teman-teman adakah diantara teman-teman yang sudah membaca buku kumpulan kisah “Dari Balik Jendela Kelas” karya Iip Syarif Hidayat dan kawan-kawan? Jika sudah teman-teman pasti setuju dengan pendapat yang akan dikemukakan. Bagi yang belum baca coba cari dan nikmati serta buktikan benarkah apa yang saya kemukakan.

Kumpulan Kisah Dibalik Jendela Kelas adalah kisah yang menceritakan pengalaman di sekolah. Ada Mozza anak kelas 3 SD yang merasa sedih karena tidak ada lagi kakaknya yang biasa menemaninya belajar. Kakaknya pindah rumah mengikuti suaminya. Ada Bimbim yang suka bermain bola kertas di kelas tanpa diketahui guru. Dan sangat senang belajar dengan ibu Tantri yang cantik.

Selanjutnya Wawang Santika menceritakan pengalamannya yang harus mengajar anak dari wanita yang telah merusak rumah tangga orang tuanya. Membacanya saja terasa sesak di dada.

Zia ulhaq  menceritakan kisahnya yang selalu menjadi sasaran keisengan Qamal. Qamal orangnya periang dan gokil. Keisengannya membuat Zee marah, jengkel dan malu. Hampir setiap hari dia menulis I Love Yau di papan tulis, atau menaiki kursi guru dan dengan lantang mengatakan Zee I Love Yau. Pada awalnya Zee merasa terganggu tapi kemudian dianggap biasa saja sampai suatu hari Qamal memberikan surat cintanya dan menunggu jawabannya.

Reni Nilawati yang dengan sabar menghadapi kenakan anak didiknya dengan harapan anak didiknya dapat membawanya ke surga. Acbar Deni melalui Taman Bacaan Masyarakat yang didirikannya mengantarkannya bertemu dengan gadis cantik yang tuna rungu kemudian mendorongnya untuk belajar bahasa isyarat agar dapat mendekati gadis cantik di Taman Bacaannya.

Lilis Wulansari dengan anak-anak asuhannya mendobrak tradisi juara hanya untuk sekolah favorit. Dengan semangat dan kegigihannya ibu Lilis dan anak-anak didiknya mengalahkan berbagai keterbatasan dan cemooh rekan-rekannya mengantarkan anak-anaknya untuk mendapatkan juara.

Topi Cinderella karya Puple Rose mengisahkan anak SMA yang sudah saling tertarik, tapi merasa tidak berdaya karena perjodohan kedua orang tuanya. Selanjutnya bertemu kembali di acara reunian. Yommi Maryam dalam Berseteru dengan Rindu mengisahkan seorang murid laki-laki tingkat SLTA yang mencintai gurunya. Endang Giri Yanti menceritakan perjalanannya mengantarkan anak didiknya mengapai cita-citanya menjadi dokter. Dinie Tanti menceritakan kisah anak SMP kelas 8 yang kehilangan gairah belajarnya karena kecanduan game. Haney Agoestiny diam-diam menyekolahkan anak berkebutuhan khusus yang disembunyikan ibunya dengan berbagai resiko yang dihadapinya. Sampai suatu hari dia mendapat surat undangan untuk menghadiri wisudanya.

Fatimah Zahra mengisahkan pergaulan anak SMA yang terbebani dengan target orang tuanya menyebabkan anak stres dan berusaha menjadi yang terbaik di kelasnya dengan berbagai cara. Tapi akhirnya redam dengan ketulusan dan kekompakkan yang mengantarkan bahagia untuk semuanya.  
Zyl Furqani menceritakan kisah cinta dibangku sekolah yang berakhir dengan perpisahan karena harus melanjutkan pendidikan ke Mesir.

Indonesa di dadaku Malaysia diperutku, itulah semboyan anak-anak Tenaga Kerja Indonesia. Iip Syarip Hidayat menceritakan penomena yang terjadi anak-anak Indonesia yang berada di Malaysia. Menanamkan rasa nasionalisme pada negara Indonesia sedangkan mereka tak pernah berkunjung sekali pun ke Indonesia. Sedangkan dalam Kisah Seorang Sumarni Iip menceritakan anak yang sering mengambil barang orang lain dan menjadi peminta-minta karena kebiasaan.

Wahyuni Indriyani mengisahkan tentang remaja labil yang rentan dengan pergaulan masa kini, dan diperkuat dengan ketidakharmonisan keluarga. Dan yang terakhir adalah Mutia Rahmat mengisahkan tokoh Husni yang dengan segudang kenakalannya selalu diberi motivasi dan perlindungan oleh Pak Rahmat akhirnya kembali ke sekolah mencari Pak Rahmat setelah berhasil menjadi seorang Polisi.

Demikianlah kisah-kisah di sekolah dengan berbagai lika-likunya yang ditulis oleh penulis-penulis handal dengan berbagai pengalamannya. Dengan bahasa sederhana yang mudah dipahami menginsfirasi bagaimana seorang guru menghadapi siswa-siswinya mengantarkan mereka ke gerbang kesuksesan. Kisah ini sebaiknya dibaca oleh anak-anak sekolah dengan dinamika yang dialaminya. Juga oleh guru supaya menjadi cermin bagaimana ketulusan seorang guru mendidik anak-anak didiknya dapat menghantarkan mereka ke gerbang kesuksesan.  

Mudah-mudahan berkenan

1 komentar:

”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?”

  ”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?” (Part 2 tamat) Seminggu telah berlalu. Peserta didik kelas delapan kini kembali bertemu. Mereka memb...