JEMBATAN
DARURAT
Hari Minggu
saatnya ada di rumah, untung hari ini tidak ada jadwal keluar seperti pergi
undangan atau keperluan lain yang mengharuskan keluar. Bisa seharian di rumah
rasanya sesuatu banget. Selain mengerjakan pekerjaan harian di rumah, kadang
aku merubah posisi perabotan rumah dan aksi bersih-bersih sehingga tampak
seperti suasana baru.
Ketika memindahkan buku-buku koleksi yang ada di lemari. Ada
buku lama yang tak berjilid halamannya sudah bercecer tidak utuh lagi, sudah
banyak halaman yang hilang. Aku simpan di meja belajar dan sekarang aku ketik
ulang inti ceritanya.
Ada
seekor kancil yang kehausan. Ia pergi ke tebat di dalam hutan. Seperti yang
selalu ia lakukan setiap hari. Kebetulan di tepi tebat ada seekor harimau yang
mau minum juga. ketika keduanya berpandangan haus mereka menjadi hilang. Harimau
menjadi lapar, sedangkan kancil menjadi takut.
Mata harimau bersinar-sinar, ia ingin segera menerkam kancil.
Melihat keadaan demikian kancil sadar bahwa ia dalam bahaya. Cepat-cepat ia
berbalik dan lari. Perdu disuruk, bukit di daki, lembah dituruni dan jurang
dilompati. Harimau mengejar dengan geramnya. Karena tubuh harimau besar
terpaksa harimau harus mencari jalan lain. Akibatnya jarak mereka semakin jauh.
Tibalah kancil ditepi sungai, sungainya lebar dan dalam.
Terlihat di dalam sungai ada buayanya. Sambil berjalan kancil berpikir ‘apa yang harus aku lakukan’. Kancil
berada dalam posisi ‘lepas dari mulut
harimau sekarang jatuh ke mulut buaya’.
Buaya yang ada dalam air menyembulkan kepalanya dan
berkata, “Pucuk dicinta ulam tiba. Dari tadi aku menunggu barangkali ada katak
lalu, sekedar penghilang laparku, sekarang kancil datang, sungguh adil Tuhan.”
Mendengar
kata-kata buaya kancil bersikap tetap tenang, laluberkata,” Benar sekali apa
yang kau katakan, aku datang ke sini untuk kamu. Karena aku tahu kamu perlu
makan. Aku telah merasa cukup hidup di dunia ini. Aku berdoa
agar aku segera mati. Supaya matiku bermanfaat. Aku pun datang padamu. Tapi aku
ragu engkau di sini tanpa teman.”
“Terima kasih kau berniat baik. Apa kau ragu karena aku
tak berteman? Aku akan merasa senang dengan gadingmu. Engkau akan ku anggap
pahlawan karena berjasa menghilangkan ku dari lapar.” jawab buaya.
“Dengar
dulu baik-baik, aku rela kau makan sekarang juga, tetapi bagaimana dengan sisa
tubuhku? Itulah sebabnya aku bingung. tubuhku ini tampaknya kecil, tetapi boleh
kau saksikan nanti kau makan bersama temanmu berpuluh-puluh ekor, aku belum
yakin dagingku akan habis” jawab kancil membuat siasat.
“Jangan
membual kawan, sekali ku ngangakan mulutku, lenyaplah engkau ke perutku” buaya
memberikan alasan.
“Silahkan
coba, tetapi tanggung jawab sendiri akibatnya. Begitu tubuhku terluka,
begitupula tubuhku membesar. Makin dilukai makin bertambah besar. Kuanjurkan
kau tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Panggillah teman-temanmu sebanyak-banyaknya,
lima puluh,seratus atau lebih, aku tak peduli. Asal kau tahu, buatlah luka
sebanyak-banyaknya agar dagingku banyak juga dan cukup untuk seberapa banyak
teman-temanmu” kancil menyakinkan buaya.
Mendengar
cerita kancil buaya semakin yakin. Teringat pula pada teman-temannya di dasar
sungai yang jumlahnya cukup banyak. Buaya pun berkata pada calon mangsanya.
“Baiklah akan ku
panggil teman-temanku sebanyak-banyaknya biar kami makan besar kali ini.”
Buaya menyelam ke dasar sungai, tak lama bermunculan
buaya-buaya di atas air. Berpuluh-puluh jumlahnya. Sementara kancil dengan
tenang berdiri di tepian sungai.
“Tidak ada lagi
temanmu? Biarlah kukira cukup segini juga. Sekarang aku ingin tahu berapa
jumlah kalian. Berjejerlah selebarsungai ini agar aku mudah untuk menghitungnya.”
perintah kancil.
Buaya menuruti perintah kancil, mereka berbanjar dari
tepi yang satu ke tepi yang lain. Sedangkan sisanya berbanjar di belakangnya.
“Kami telah siap
silahkan hitung” pinta buaya yang sudah berbanjar.
Kancil melompat dari
punggung buaya, dipukul-pukulnya kepala buaya dengan kakinya kuat-kuat. Kancil
melompat dari punggung buaya yang satu ke punggung buaya lainya sambil
berteriak.
“Satu, dua, ... dua
puluh ... tiga puluh...... dan seterusnya.” hingga sampai ke seberang sungai
lalu melompat ke tanah dan naik ke atas lalu berpaling dan berkata.
“Cukup banyak juga
kalian, aku senang, sekarang aku sudah sampai darat, ayo siapa yang berani
kejar aku sampai dapat” ujar kancil sambil berlari meninggalkan buaya yang
bengong mendengar kata-kata kancil.
“Wah kita ditipu, dasar
penipu, bagaimana kita bisa mengejar dia” kata seekor buaya.
Ketika buaya
sedang membicakan kancil. Datanglah seekor harimau bertanya.
“Adakah kalian melihat
kancil? Aku ingin memakan dia.” ujar harimau dengan kesal.
“Itu dia mengapa kami
berkumpul di sini, kami disuruh berbaris, ternyata kami dibuatnya jembatan
dengan punggung kami, sekarang dia aman di seberang sana” jelas buaya pada
harimau.
Harimaupun tak
menjawab. Ia kembali masuk ke hutan rimba.
Sekian
ooooooooooooooooOOOoooooooooooooooooo
Mohon masukannya
BalasHapusTulisannya rapi, Nyi
BalasHapusDan sekarang cernak kok langka ya, pdhl ank2 butuh buku2 bacaan sumber teladan
Ayo kita tulis cernak biar anak-anak tidak kehilangan ceritanya dengan cerita
HapusHmm sepertinya kisah kancil bisa dijadikan filosofi bisnis. Hehehee
BalasHapusJadi penasaran mau tahu filosofi bisnisnya
BalasHapus