Rabu, 04 Desember 2019

Ulasan Tokoh Utama


Ulasan Tokoh Utama Novel Hanyalah Santri Karya Nainay

Tokoh utama Novel “Hanyalah Santri” karya Nainay ini bernama Ahmad Nuzulur Rahman. Anak yang duduk di  kelas 6 Sekolah Dasar ini bersama teman-temannya saling menyemangati dan belajar bersama dalam menghadapi Ujian Nasional. Tidak hanya belajar kadang-kadang mereka juga bercanda dan bermain bersama.

Ahmad Nuzulur Rahman biasa dipanggil Rahman oleh keluarga dan teman-temannya. Dalam menghadapi ujian Rahman berusaha memeras otak untuk dapat menyelesaikan Ujiannya. Walaupun di hari pertama mengalami ketegangan tapi Rahman dapat menyelesaikan ujiannya dengan tuntas.

Ketika rekreasi dengan teman-teman dan gurunya dalam rangka perpisahan kelas. Rahman memimpin teman-temannya naik semua wahana yang ada dalam tempat wisata itu. Rahman juga mengusulkan untuk berfoto bersepuluh bersama wali kelasnya sebagai kenang-kenangan.

Rahman walaupun baru kelas 6 Sekolah Dasar tapi dia sudah mandiri. Segala keperluan dirinya selalu dia persiapkan sendiri tanpa mengandalkan lagi disiapkan ibunya. Dia sudah biasa mencuci, mensetrika baju yang akan dipakainya. Begitu pun dengan mencuci sepatunya sendiri.

Rahman juga anak soleh rajin beribadah, salat lima waktu tidak pernah dia tinggalkan. Demikian juga dengan ibadah lainnya, seperti puasa, dia berpuasa sudah sampai magrib dan tidak bolong selama satu bulan penuh sejak kelas satu Sekolah Dasar.

Di Sekolah Rahman juga termasuk anak pintar. Selalu menjadi rengking pertama di setiap kelasnya. Dan pada saat acara perpisahan kelas 6 pun, Rahman tetap menjadi yang terbaik diantara teman-temannya. Tentu saja hal ini sangat membanggakan kedua orang tuanya.

Saat di atas panggung untuk menerima penghargaan siswa terbaik angkatan tahun itu. Rahman berkata pada ayah ibunya bahwa Rahman tidak bisa berbuat banyak untuk membalas semua jasa-jasa ayah bundanya. Rahman hanya bisa memberikan prestasi. Anggaplah ini kado dari Allah untuk Ayah Bunda, yang disambut oleh ayah bundanya dengan tangis bahagia.

Rahman harus ridho menerima keinginan orang tuanya yang mengharuskannya melanjutkan belajar di Pesantren. Walaupun Rahman kurang menerima dan tidak sesuai dengan keinginannya. Dengan berbagai alasan yang dikemukakan Rahman tetap tidak bisa merubah keyakinan orang tuanya, bahwa pendidikan yang terbaik bagi Rahman adalah di Pesantren. Orang tua Rahman keduannya dengan berbagai cara dan dengan sabar, terus meyakinkan dan memberikan masukan agar Rahman mau belajar di Pesantren.

Dengan berbagai pengalaman yang pernah dialaminya saat di Pesantren. Ibu Rahman menceritakan pengalaman dirinya dan teman-teman yang bisa dijadikan teladan oleh anaknya. Sedikit demi sedikit Rahman mau menerima untuk jauh dari orang tuanya belajar di Pesantren.

Walaupun terbiasa mandiri untuk segala keperluan pribadinya. Tapi untuk jauh dari orang tua terasa gamang bagi Rahman. Banyak berbagai pikiran negatif menyusup kedalam hatinya. Rahman merasa tidak siap untuk hidup jauh dari kedua orang tuanya. Rahman merasa dibuang dan dikucilkan seakan dihukum dari kesalahan yang pernah dibuatnya. Rahman merasa orang tuanya tidak menyayanginya lagi.

Dengan kesabaran dan keyakinan kedua orang tuanya yang tak dapat dibantah oleh Rahman. Akhirnya Rahman mau menjalani tes dan berbagai persiapan masuk pesantren. Rahman mulai meyakinkan dirinya bahwa semuanya dapat dia jalani secara perlahan. Walaupun pada awalnya mungkin sulit, dengan keyakinan dan tekadnya Rahman berharap bisa melewati masa-masa sulit tersebut dengan selamat.

Rahman mulai menikmati hari-hari kebersamaannya berkumpul dengan keluarga. Sebelum akhirnya dia benar-benar jauh dari kedua orang tua dan saudaranya. Rahman mulai menyiapkan mental dan emosional agar nanti dia benar-benar siap dan bisa jauh dari keluarganya.

#RWC6
#OneDayOnePost
#Lutfiyulianto(Iyan)
#Safitri MutiaAgustin
#Isnania

1 komentar:

”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?”

  ”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?” (Part 2 tamat) Seminggu telah berlalu. Peserta didik kelas delapan kini kembali bertemu. Mereka memb...