Jumat, 16 April 2021

Ngabuburit



NGABUBURIT

KEGIATAN POSITIF MENJELANG BUKA PUASA

 

“Assalamualaikum, Kakek, Nenek.” Salamku serempak dengan Adik.

“Waalaikum salam” Jawab Kakek dan Nenek hampir bersamaan. Lalu Aku dan Adik mencium punggung tangan keduanya bergantian.

 

“Kek ngabuburit yu?” Kata Adik langsung mengajak Kakek dengan antusias.

“Eh pulang ngaji langsung ke sini? Pamit dulu sama Bunda nggak?” Tanya Kakek.

“Sudah tadi, malah Bunda yang nyuruh untuk ngabuburit ngajak Kakek.” terangku pada Kakek dan Nenek.

 

“Memangnya mau ngabuburit kemana?” Tanya Kakek lagi penasaran.

“Kek, mengapa disebut ngabuburit sih, memang waktu jaman Kakek kecil suka ngabuburit juga?” Tanyaku ingin tahu bukannya menjawab pertanyaan Kakek.

“Heh duduk sini, nanti Kakek jelaskan.” Kakek menyuruh kami duduk. Kami pun duduk di sopa depan, lalu Kakek mematikan televisi yang tadi ditontonnya.

Ngabuburit itu berasal dari bahasa Sunda. Asal kata burit artina waktu dur bedug magrib atawa waktu sakedeng deui kana magrib. Ngabuburit dalam bahasa Sunda ngadagoan burit dina bulan puasa bari jalan-jalan ( menunggu Azan Magrib untuk berbuka pada bulan Ramadan). Ngabuburit sekarang sudah ada di KBBI revisi 5 burit artinya sore. Ngabuburit dalam bahasa Indonesia jadi mengabuburit artinya menjelang waktu buka puasa pada bulan Ramadan. Anak-anak biasanya dengan bermain, jalan-jalan, atau mencari takjil, atau mendatangi pasar kuliner. (KBBI V).” Kakek menjelaskan panjang lebar.

 

“Kek, kalau waktu Kakek kecil kalau ngabuburit suka kemana?” Tanya Adik ingin tahu.

“Wah waktu kakek kecil kalau ngabuburit biasanya bermain. Permainan yang paling sering dimainkan adalah main layang-layang di sepanjang jalan rel kereta api. Apalagi kalau sawah disekitar tempat itu sudah panen. Anak-anak lebih leluasa mengambil layangan putus kalau dalam bahasa Sunda disebut ngaronce. Itu yang paling seru berburu layangan putus.” Jelas Kakek dengan mata berbinar mengenang masa kecilnya.

 

“Apa senangnya berburu layangan putus.” Tanyaku pada Kakek.

“Nah itu ada pilosofinya. Kalau orang yang selalu menang dalam berburu layangan putus. Orang itu dikatakan sehat pisiknya karena harus beradu lari cepat dengan yang lain. Napasnya kuat, banyak akal sebab banyak layangan yang nyangkut di pohon sehingga harus berpikir bagaimana cara mendapatkan layangan dan layangannya tidak rusak, nah itu memerlukan kesabaran. Terus kita harus legowo artinya kita harus menerima dengan ikhlas bisa layangan yang kita kejar tapi pada akhirnya di dapatkan orang lain. Banyak yang berkelahi gara-gara berebut layangan putus. Memang sih harganya tidak seberapa. Tapi usaha dan gengsinya itu lain, kalau layangan yang kita terbangkan hasil buatan sendiri atau dapat berburu dibandingkan dapat beli.” Jelas Kakek dengan berbinar.

 

“Kek memang Kakek mahir main layangan.” Tanya Adik lagi ingin tahu.

“Wah jangan ditanya, mulai dari membuat layangan, menaikkan layangannya, berburu layangan putus sampai memilih mana layangan yang bagus dan layangan yang kurang bagus, itu mah Kakek ahlinya.” Kata Kakek sambil menepuk dada.

 

“Wah seru dong Kek, ajarin Adik yu bermain layangan ke jalan kereta.” Ajak Adik penasaran.

“Yah harus beli dulu dong layangannya, kalau membuat layangan sekarang tidak ada bahannya harus beli dulu.” Kata Kakek menjelaskan.

 

“Yu Kek beli yu.” Ajak Adik antusias sambil menarik-narik tangan Kakek mengajak pergi.

“Ayo kalian tunggu di depan, Kakek mau mengeluarkan dulu motornya, sekalian pamit ke Nenek.” Jawab Kakek sambil pergi ke dapur menemui Nenek.

“Ye” Aku dan Adik bersorak senang. Kemudian berlarian ke depan menunggu Kakek mempersiapkan motornya.

 

Tak lama Kakek datang mendorong motor dari pintu garasi. Lalu menstaternya dan memakai helm.

“Pamit dulu sama Nenek sekalian ambil helm kalian di garasi.” Perintah Kakek padaku dan Adik.

 “Nek, berangkat dulu ya mau ngabuburit dulu sama Kakek.” Pamitku dan Adik.

“Iya jangan ke-Magriban nanti Kakeknya ingetin kalau sudah jam 6.45 ajak pulang. Kakek kalau main layangan suka kebablasan. Nanti bukanya disini kita mau sekalian buka bersama. Ayah sama Bunda mu juga nanti nyusul ke sini.”

“Oke, kita pamit, Assalamualaikum, dadah.” Pamitku sambil melambaikan tangan.

“Walaikum salam” Jawab nenek sambil menutup pintu.

 

#KMP4diarpus

#KMP2021

#abadidalamfiksi

#NyiHeni

#Ngabuburit

 

1 komentar:

”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?”

  ”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?” (Part 2 tamat) Seminggu telah berlalu. Peserta didik kelas delapan kini kembali bertemu. Mereka memb...