TAKJIL
AKHIRNYA
“Alisaaa”
“Alisaaa” Suara teman-teman Alisyia
memanggil dari luar rumah. Bunda yang masih mengaji mengakhiri bacaannya dengan
Sodaqollahu Adhiim, lalu memberi
tanda dengan pita yang tergantung dalam Al Quran. Mencium Al Quran sebentar,
menutup dan menyimpannya di meja yang ada di Kamar itu.
Masih menggunakan mukena, tergegas Bunda
membuka pintu. Tampak di luar Rani dan Ana teman-teman Alisyia sudah rapih
menggunakan busana muslim lengkap dengan tas masing-masing.
“Ayo masuk dulu, Alisyia nya masih
tidur, biar nanti Bunda bangunkan dulu.” Bunda menyambut teman-teman Alisyia.
Setelah teman-teman Alisyia duduk, Bunda
melipat mukenanya dan memakai kerudung instan. Kemudian masuk kamar Alisyia
untuk membangunkannya.
“Alhamdulillahilladhi Ahyana Badama
Amatana Wailaihinnustur” Bunda membisikkan doa bangun tidur ditelingaku sambil
mengusap-usap rambutku. Perlahan Alisyia menggeliat dan membuka matanya.
“Ayo bangun sayang teman-temannya sudah
menjemput tuh.” jelas Bunda.
“Jam berapa Bun?” tanyaku pelan agak
serak masih merasa lemas.
“Baru jam satu masih ada waktu untuk
mandi dan bersiap” Jawab Bunda.
“Alhamdulillahilladhi Ahyana Badama
Amatana Wailaihinnustur” Aku berdoa lalu perlahan bangun dari tidur, mengambil
handuk dan mandi bersiap mau mengaji di Musala.
Setelah rapi dengan busana muslim
lengkap dengan jilbabnya, menggendong tasku lalu keluar kamar.
“Hai maaf ya menunggu lama, tadi
ketiduran” sapaku pada teman-teman.
“Ya tidak apa-apa masih siang juga masih
ada waktu,” jawab Rani dan Ana.
“Bun ! Adik sudah siap belum” Aku
memanggil Bunda menanyakan adik.
“Sebentar Adiknya masih lemas katanya.”
Jawab Bunda dari kamar Adik.
Aku menyusul ke kamar Adik melihat
kondisinya. Adik baru selesai memakai baju lalu disisir dan memakai peci tampak
cemberut. Adik merajuk tidak mau ngaji karena merasa lemas, haus, dan mau
berbuka lagi.
“Adik sekarang ngaji dulu, nanti pulang
ngaji ngabuburit lagi ngajak Kakek. Kalau ngabuburit nanti tidak terasa sudah
waktunya berbuka.” kata ibu merayu Adik agar mau mengaji.
“Iya ayo nanti ke rumah Kakek lagi,
kemarin katanya mau membuat layangan.” Aku mencoba merayu dengan mengingatkan
janji Kakek yang mau membuat layangan.
“Oh iya mau belajar membuat layangan,
kemarin Kakek sudah janji.” Adik antusias.
“Yu sekarang ngaji dulu, nanti dari
Musala langsung ke rumah Kakek.” Tegasku.
“Nanti pulang ngabuburit jangan lupa beli
takjil. Tadi pagi Bunda tidak sempat ke tukang sayur, keasikan menanam bunga. ”
pesan Bunda.
“Bun takjil makanan apa?” Tanya Adik tak
mengerti.
“Ayo sambil jalan nanti Kakak jelaskan,
sudah siang juga kasian teman-teman menunggu.” jawabku sambil menuntun Adik
keluar.
“Ini uang untuk infak dan ini uang untuk
membeli takjil.”Bunda memberikan uangnya padaku.
Aku mencium punggung tangan Bunda
diikuti oleh Adik dan teman-temanku.
“Assalamualaikum” Ucapku sama
teman-teman yang diantar Bunda sampai pintu.
“Waalaikum salam, hati-hati jalannya.”
pesan Bunda setelah menjawab salam.
‘Ya” Jawab kami serempak. Lalu berjalan kaki
menuju Musala.
“Kak apa sih takjil itu?” Dalam
perjalanan Adik kembali bertanya sambil menyentakkan tanganku. Kami beriringan
berjalan kaki karena Musala tidak terlalu jauh dari rumah kami.
Sambil berjalan Aku menjelaskan arti
takjil yang aku ketahui kepada Adik.
“Takjil
itu berasal dari Bahasa Arab, yaitu ajjala, yu’ajjilu, ta’jilan akar
katanya a’jila artinya menyegerakan.
Jadi takjil bermakna perintah untuk
menyegerakan berbuka puasa. Ketika takjil
dipergunakan oleh masyarakat Indonesia, maknanya sedikit bergeser jadi makanan
untuk berbuka puasa. Maksudnya makanan tersebut akan dinikmati dalam upaya
menyegerakan berbuka puasa. Sebab ada hadisnya yang diriwayatkan oleh Bukhori
dan Muslim yang artinya ‘Manusia masih berada dalam kebaikan selama mereka
menyegerakan berbuka puasa.’ Kalau belum jelas nanti bisa bertanya pada ustadzah” Jelasku panjang lebar.
Tak terasa perjalanan Kami sudah sampai
di Musala. Kami bergegas masuk Musala yang diawali dengan membaca doa masuk
Masjid.
#KMP4diarpus
#KMP2021
#abadidalamfiksi
#NyiHeni
#Takjil
Beri masukannya dong
BalasHapus