Sabtu, 17 April 2021

Takjil



TAKJIL

AKHIRNYA

 

 

“Alisaaa”

“Alisaaa” Suara teman-teman Alisyia memanggil dari luar rumah. Bunda yang masih mengaji mengakhiri bacaannya dengan Sodaqollahu Adhiim, lalu memberi tanda dengan pita yang tergantung dalam Al Quran. Mencium Al Quran sebentar, menutup dan menyimpannya di meja yang ada di Kamar itu.

 

Masih menggunakan mukena, tergegas Bunda membuka pintu. Tampak di luar Rani dan Ana teman-teman Alisyia sudah rapih menggunakan busana muslim lengkap dengan tas masing-masing.

“Ayo masuk dulu, Alisyia nya masih tidur, biar nanti Bunda bangunkan dulu.” Bunda menyambut teman-teman Alisyia.

 

Setelah teman-teman Alisyia duduk, Bunda melipat mukenanya dan memakai kerudung instan. Kemudian masuk kamar Alisyia untuk membangunkannya.

“Alhamdulillahilladhi Ahyana Badama Amatana Wailaihinnustur” Bunda membisikkan doa bangun tidur ditelingaku sambil mengusap-usap rambutku. Perlahan Alisyia menggeliat dan membuka matanya.

“Ayo bangun sayang teman-temannya sudah menjemput tuh.” jelas Bunda.

“Jam berapa Bun?” tanyaku pelan agak serak masih merasa lemas.

“Baru jam satu masih ada waktu untuk mandi dan bersiap” Jawab Bunda.

“Alhamdulillahilladhi Ahyana Badama Amatana Wailaihinnustur” Aku berdoa lalu perlahan bangun dari tidur, mengambil handuk dan mandi bersiap mau mengaji di Musala.

 

Setelah rapi dengan busana muslim lengkap dengan jilbabnya, menggendong tasku lalu keluar kamar.

“Hai maaf ya menunggu lama, tadi ketiduran” sapaku pada teman-teman.

“Ya tidak apa-apa masih siang juga masih ada waktu,” jawab Rani dan Ana.

“Bun ! Adik sudah siap belum” Aku memanggil Bunda menanyakan adik.

“Sebentar Adiknya masih lemas katanya.” Jawab Bunda dari kamar Adik.

 

Aku menyusul ke kamar Adik melihat kondisinya. Adik baru selesai memakai baju lalu disisir dan memakai peci tampak cemberut. Adik merajuk tidak mau ngaji karena merasa lemas, haus, dan mau berbuka lagi.

 

“Adik sekarang ngaji dulu, nanti pulang ngaji ngabuburit lagi ngajak Kakek. Kalau ngabuburit nanti tidak terasa sudah waktunya berbuka.” kata ibu merayu Adik agar mau mengaji.

“Iya ayo nanti ke rumah Kakek lagi, kemarin katanya mau membuat layangan.” Aku mencoba merayu dengan mengingatkan janji Kakek yang mau membuat layangan.

“Oh iya mau belajar membuat layangan, kemarin Kakek sudah janji.” Adik antusias.

“Yu sekarang ngaji dulu, nanti dari Musala langsung ke rumah Kakek.” Tegasku.

“Nanti pulang ngabuburit jangan lupa beli takjil. Tadi pagi Bunda tidak sempat ke tukang sayur, keasikan menanam bunga. ” pesan Bunda.

“Bun takjil makanan apa?” Tanya Adik tak mengerti.

“Ayo sambil jalan nanti Kakak jelaskan, sudah siang juga kasian teman-teman menunggu.” jawabku sambil menuntun Adik keluar.

 

“Ini uang untuk infak dan ini uang untuk membeli takjil.”Bunda memberikan uangnya padaku.

Aku mencium punggung tangan Bunda diikuti oleh Adik dan teman-temanku.

“Assalamualaikum” Ucapku sama teman-teman yang diantar Bunda sampai pintu.

“Waalaikum salam, hati-hati jalannya.” pesan Bunda setelah menjawab salam.

‘Ya” Jawab kami serempak. Lalu berjalan kaki menuju Musala.

 

“Kak apa sih takjil itu?” Dalam perjalanan Adik kembali bertanya sambil menyentakkan tanganku. Kami beriringan berjalan kaki karena Musala tidak terlalu jauh dari rumah kami.

 

Sambil berjalan Aku menjelaskan arti takjil yang aku ketahui kepada Adik.

Takjil itu berasal dari Bahasa Arab, yaitu ajjala, yu’ajjilu, ta’jilan akar katanya a’jila artinya menyegerakan. Jadi takjil bermakna perintah untuk menyegerakan berbuka puasa. Ketika takjil dipergunakan oleh masyarakat Indonesia, maknanya sedikit bergeser jadi makanan untuk berbuka puasa. Maksudnya makanan tersebut akan dinikmati dalam upaya menyegerakan berbuka puasa. Sebab ada hadisnya yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim yang artinya ‘Manusia masih berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka puasa.’ Kalau belum jelas nanti bisa bertanya pada ustadzah” Jelasku panjang lebar.

 

Tak terasa perjalanan Kami sudah sampai di Musala. Kami bergegas masuk Musala yang diawali dengan membaca doa masuk Masjid.

 

#KMP4diarpus

#KMP2021

#abadidalamfiksi

#NyiHeni

#Takjil

 

1 komentar:

”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?”

  ”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?” (Part 2 tamat) Seminggu telah berlalu. Peserta didik kelas delapan kini kembali bertemu. Mereka memb...