SAJADAH
TERUKIR
SEJUTA SALAT MALAM BERSAMAMU
Sajadah
sudah digelar, mukena sudah dipakai dan Ayah sebagai imam pun sudah berdiri di
depan. Dengan ucapan “Allahu Akbar” Ayah mengimami salat diikuti Aku dan Bunda serta
Adik di belakang sebagai makmum.
Beralaskan
sajadah beludru berwarna merah yang empuk, bergambar Kabah ditengahnya tepat
ditempat sujud. Aku salat Magrib
berjamaah di kamar khusus untuk salat. Ya dimasa pandemi covid 19 ini Aku lebih
banyak berjamaah di Musala kecil yang ada di rumah dibandingkan di Masjid yang
ada di tengah kampung.
Selesai
mengucapkan salam, dilanjutkan dengan salat sunah ba’da Magrib dua rakaat.
Setelah itu baru ayah berzikir dan berdoa yang diaminkan oleh Aku, Bunda dan
Adik.
Sambil
makan Aku bertanya pada Ayah. Yah Kami memang sering berdiskusi. Aku teringat
tugas tadi pagi ketika belajar dalam jaringan dengan guru agama. Kami diberi
tugas untuk mencari tahu sejarah dan filosopi sajadah.
“Yah,
bagaimana sejarah dan Filosofi dari sajadah?” tanyaku pada Ayah.
“Kata
sajadah berasal dari bahasa Arab ‘sajada’ yang bermakna masjid dan sujud. Biasanya berukuran
panjang satu meter, hanya cukup untuk satu orang dewasa yang salat. Ada juga
yang menyebut karpet doa. Awalnya sajadah diproduksi di daerah Asia Tengah dan
Asia Barat. Fungsinya untuk menutupi tanah atau lantai yang kosong saat salat. Karena
umat Islam ketika salat membungkuk seluruh badan ke tanah. Dan Islam juga
sangat menyukai kebersihan. Maka pada waktu salat agar tidak kotor
dipakailah alas sajadah. Ujungnya selalu
di arahkan ke Mekah atau Ka’bah sebagai kiblat bagi seluruh umat Muslim di
dunia.” Jelas Ayah.
“Terus
mengapa hampir semua sajadah selalu ada lengkungan?” Tanyaku lagi mengingat
tadi ketika salat sajadahnya ada lengkungan.
“Ya
itu ciri khasnya sajadah, lengkungan itu mengibaratkan mihrab yang menandakan kita
harus menghadap sesuai dengan arahnya. Ciri mihrab ini berbeda-beda sesuai yang
memproduksi sajadah itu sendiri.” Kata ayah menambahkan lagi.
“Terus
apa filosofi dari setiap gambar yang ada pada sajadah?” Aku bertanya lagi.
“Ya
itu tergantung dari yang memprodusi. Tapi yang Ayah tahu simbol-simbol yang ada
pada sajadah diantaranya: lampu masjid pada sajadah mengingatkan pada lampu
yang ada di masjid, sisir sebagai pengingat yang mau salat untuk bersisir, kendi
air mengingatkan yang mau salat untuk berwudu, tangan mengingatkan bahwa tangan
ketika sujud harus berada disitu.
“Terima
Kasih Yah, Kakak duluan mau langsung ditulis takut keburu lupa kalau
dinanti-nanti.” Kataku sambil membawa piring kotor ke tempat cucian, lalu mencuci
piringnya bersamaan dengan mencuci tangan.
Kembali
ke meja makan, mengambil gelasku dan meminum airnya.
“Alhamdulillahi
Atamana Wastaqana Wajaalana Muslimin Aamiin.” Kataku menutup doa. Kemudian
berjalan ke kamar untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru agama.
#KMP4diarpus
#KMP2021
#abadidalamfiksi
#NyiHeni
#Sajadah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar