Senin, 19 April 2021

Sajadah

 


SAJADAH

TERUKIR SEJUTA SALAT MALAM BERSAMAMU

 

Sajadah sudah digelar, mukena sudah dipakai dan Ayah sebagai imam pun sudah berdiri di depan. Dengan ucapan “Allahu Akbar” Ayah mengimami salat diikuti Aku dan Bunda serta Adik di belakang sebagai makmum.

 

Beralaskan sajadah beludru berwarna merah yang empuk, bergambar Kabah ditengahnya tepat ditempat sujud.  Aku salat Magrib berjamaah di kamar khusus untuk salat. Ya dimasa pandemi covid 19 ini Aku lebih banyak berjamaah di Musala kecil yang ada di rumah dibandingkan di Masjid yang ada di tengah kampung.

 

Selesai mengucapkan salam, dilanjutkan dengan salat sunah ba’da Magrib dua rakaat. Setelah itu baru ayah berzikir dan berdoa yang diaminkan oleh Aku, Bunda dan Adik.

 

Sambil makan Aku bertanya pada Ayah. Yah Kami memang sering berdiskusi. Aku teringat tugas tadi pagi ketika belajar dalam jaringan dengan guru agama. Kami diberi tugas untuk mencari tahu sejarah dan filosopi sajadah.

 

“Yah, bagaimana sejarah dan Filosofi dari sajadah?” tanyaku pada Ayah.

“Kata sajadah berasal dari bahasa Arab ‘sajada’ yang  bermakna masjid dan sujud. Biasanya berukuran panjang satu meter, hanya cukup untuk satu orang dewasa yang salat. Ada juga yang menyebut karpet doa. Awalnya sajadah diproduksi di daerah Asia Tengah dan Asia Barat. Fungsinya untuk menutupi tanah atau lantai yang kosong saat salat. Karena umat Islam ketika salat membungkuk seluruh badan ke tanah. Dan Islam juga sangat menyukai kebersihan. Maka pada waktu salat agar tidak kotor dipakailah  alas sajadah. Ujungnya selalu di arahkan ke Mekah atau Ka’bah sebagai kiblat bagi seluruh umat Muslim di dunia.” Jelas Ayah.

 

“Terus mengapa hampir semua sajadah selalu ada lengkungan?” Tanyaku lagi mengingat tadi ketika salat sajadahnya ada lengkungan.

 

“Ya itu ciri khasnya sajadah, lengkungan itu mengibaratkan mihrab yang menandakan kita harus menghadap sesuai dengan arahnya. Ciri mihrab ini berbeda-beda sesuai yang memproduksi sajadah itu sendiri.” Kata ayah menambahkan lagi.

 

“Terus apa filosofi dari setiap gambar yang ada pada sajadah?” Aku bertanya lagi.

“Ya itu tergantung dari yang memprodusi. Tapi yang Ayah tahu simbol-simbol yang ada pada sajadah diantaranya: lampu masjid pada sajadah mengingatkan pada lampu yang ada di masjid, sisir sebagai pengingat yang mau salat untuk bersisir, kendi air mengingatkan yang mau salat untuk berwudu, tangan mengingatkan bahwa tangan ketika sujud harus berada disitu.

 

“Terima Kasih Yah, Kakak duluan mau langsung ditulis takut keburu lupa kalau dinanti-nanti.” Kataku sambil membawa piring kotor ke tempat cucian, lalu mencuci piringnya bersamaan dengan mencuci tangan.

Kembali ke meja makan, mengambil gelasku dan meminum airnya.

“Alhamdulillahi Atamana Wastaqana Wajaalana Muslimin Aamiin.” Kataku menutup doa. Kemudian berjalan ke kamar untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru agama.

 

 

#KMP4diarpus

#KMP2021

#abadidalamfiksi

#NyiHeni

#Sajadah 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?”

  ”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?” (Part 2 tamat) Seminggu telah berlalu. Peserta didik kelas delapan kini kembali bertemu. Mereka memb...