Selasa, 20 April 2021

Tarawih



TARAWIH

AMBIL 20 ATAU 8 RAKAAT?

 

“Usholi Sunnatat Taraawih Rokataini Mustaqbilal Qiblati Makmuman Lillahi Taalaa.” Aku mengucapkan niat salat sunah tarawih. Tak lama Ayah mengucapkan Takbir sambil mengangkat kedua tangan sampai ke bahu, untuk memulai salat diikuti olehku dan Ibu serta Adik.

 

Ayah yang bertindak sebagai imam. Aku dan Ibu serta Adik sebagai makmum. Salat yang Aku lakukan dua rakaat-dua rakaat. Setelah empat rakaat diselingi dengan doa ayah yang memimpin. Aku dan Ibu hanya mengaminkan. Sedangkan adik sudah tersungkur lagi ketiduran di atas sajadah.

 

Selesai berdoa Ayah berdiri lagi melanjutkan salat tarawih dua rakaat dan dua rakaat lagi.  Setelah empat rakaat lagi diselingi oleh doa lagi, kembali Ayah yang berdoa. Doa yang ini lebih panjang dibanding doa yang sebelumnya.

 

Selesai berdoa Ayah menoleh ke belakang “Sekarang witir tiga rakaat”. Katanya lalu memulai mengucapkan niat. “Usalli Sunnatal Witir Tsalaasa Rokataini Mustakbillal Qiblati Adaan Imaaman Lillahi Taala.” Lalu mengucapkan “Allahu Akbar” sambil mengangkat kedua tangan tangan sebagai tanda memulai lagi salat. Aku mengikuti ucapan Ayah dan gerakannya demikian juga Ibu yang berdiri sejajar denganku.

 

Setelah selesai salat witir tiga rakaat. Lalu Ayah berzikir dan kembali berdoa setelah salat witir. tidak terlalu panjang bila dibandingkan dari doa setelah salat tarawih.

 

Aku dan Ayah melanjutkan kegiatan dengan membaca Al Quran. Sedangkan Ibu langsung ke dapur untuk memasak mempersiapkan hidangan untuk sahur. Ibu biasanya lebih lama membaca Al Quran kalau selesai salat Duha dan salat Zuhur.

 

Selesai membaca Al Quran Aku ngemil makanan ringan didepan televisi bersama Ayah. Sedangkan Adik dibiarkan tertidur di atas sajadah.  

“Yah, Mengapa disebut salat tarawih sih?” Tanyaku pada Ayah membuka percakapan.

“Tarawih itu berasal dari bahasa Arab yaitu ‘Raha-Yaruuhu- Tarwiyatun” artinya waktu sesaat untuk istirahat. Ada juga yang mengartikan santai. Sedangkan tarawaih menurut istilah adalah salat malam yang dilaksanakan pada bulan Ramadan mulai setelah salat Isya hingga sebelum fajar.” Jelas Ayah.

 

“Terus mengapa ada yang dilakukan sendiri ada juga yang berjamaah?”Tanyaku lagi.

“Ya memang tidak mengapa, bisa dilakukan sendiri bisa juga dilakukan secara berjamaah. Rosulullah pernah melaksanakannya secara berjamaah juga pernah melaksanakan secara sendiri.” Jawab Ayah menjelaskan.

 

“Terus Yah mengapa ada yang melaksanakan sekitar jam tujuh ada juga yang jam dua pagi, bagaimana tuh Yah?” Tanyaku lagi.

“Yah karena memang waktunya setelah salat Isya. Berarti sekitar jam tujuh sampai jam empat pagi.” Jelas Ayah lagi.

 

“Kalau rakaatnya bagaimana Yah?” Tanyaku lagi ingin tahu.

“Kalau rakaatnya minimal dua rakaat maksimalnya dua puluh rakaat. Caranya juga bisa kalau yang 8 rakaat 4, 4, witir 3 jadi 11 atau 2, 2, 2, 2, witir 2, 1  jadi 11 atau 2, 2, 2, 2, witir 3 jadi 11 yang 20 rakaat juga sama tambah witir 3 rakaat jadi 23 rakaat.” kembali Ayah menjelaskan sambil mengupas buah apel.

 

“Terus kalau dalil yang memerintahkan salat tarawih dan witir ada nggak Yah?” Tanyaku lagi semakin penasaran, sambil mengambil apel yang sudah dipotong Ayah.

“Ya ada  lah banyak kok salah satunya hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dan juga Aisyah istri Rosulullah. Nih Kakak baca saja sendiri ini ada bukunya, yang ada pitanya.” Kata Ayah sambil menyerahkan buku hadis Bukhori yang tebal.

 

Aku membuka buku hadis dan membacanya.

Hadis  yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwasanya Nabi Muhammad SAW bersabda “Barangsiapa ibadah (Tarawih) di bulan Ramadan seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau.” (H.R. Bukhori)

 

Aisyah Radiyallahuanha berkata “Dari setiap malam Rosulullah SAW pernah mengerjakan salat witir pada permulaan malam, tengah malam, akhir malam, dan berakhir pada waktu subuh,” (H.R. Bukhari Muslim).

 

“Kakak Ais bacanya tunda dulu, ayo sahur dulu. Yah, Adik tuh bangunkan lagi ajak sahur.” Kata Bunda mengajak sahur.

 

Ayah langsung berangkat untuk menggendong Adik mengajaknya sahur. Aku menutup lagi buku yang tadi dibaca lalu menyusul Bunda yang sudah berjalan keruang makan. 


#KMP4diarpus

#KMP2021

#abadidalamfiksi

#NyiHeni

#Tarawih  

 

1 komentar:

”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?”

  ”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?” (Part 2 tamat) Seminggu telah berlalu. Peserta didik kelas delapan kini kembali bertemu. Mereka memb...