BERBAGI
AKU
HANYA INGIN MELIHAT SENYUMNYA
Hari ini Kami berangkat ke Sukabumi
Kota, mengantar Ayah berobat ke dokter gigi. Diperjalanan Aku dan Adik
tertidur. Aku terbangun ketika merasakan mobil berhenti.
“Bun, sudah sampai?” Tanyaku pada Bunda
merasakan mobil berhenti.
“Iya sudah dari tadi, Kita salat Asar dulu sebelum mencari makanan untuk berbuka.” Jelas Bunda.
“Eh Kak itu sebelah Masjid ini ada
Ondemart, Kakak beli hand sanitizer sama tisu dulu ya ini sudah habis.” Perintah
Bunda.
“Nanti salatnya gantian, mukenanya kan cuma
satu” Sambung Bunda.
“Baiklah” Jawabku sambil membuka sabuk
pengaman. Lalu turun dari mobil, meregangkan badan yang pegal.
“Ini uangnya” Bunda memberikan uang selembar
lima puluh ribuan.
“Hand sanitizer sama tisu doang kan?”
Tanyaku meyakinkan. Bunda hanya mengangguk.
Aku masuk Ondemart yang ada di depanku.
Sebelum masuk Aku mencuci tangan ditempat yang disediakan. Lalu merapihkan masker di wajahku. Aku mengambil tisu
ditumpukan yang dipajang. Aku berkeliling mencari hand sanitizer. Ternyata ada
di rak paling atas. Aku berjingjit mencoba meraih hand sanitizer tapi tidak
sampai. Aku mengambil ancang-ancang akan
meloncat untuk mengambilnya. Tiba-tiba kepalaku terasa berat, Aku membalikkan
badan, ada tubuh besar menghalangi badanku, Aku mendongak mencari tahu siapa
yang menghalangiku.
“Apa yang akan kau ambil anak cantik
tapi masih pendek?” Tanyanya dengan tatapan ramah sambil tersenyum padaku. Aku
kaget, mukaku sejajar dengan perutnya. Hampir saja terjatuh dan mengenai barang
yang dipajang kalau saja tangan besar dan kokoh itu tak menahan pundakku dengan
tepat.
“Ehem” Aku mendehem menetralkan suara dari kekagetanku.
“I
i itu Om Aku mau mengambil hand
sanitizer.” Akhirnya suaraku keluar walau sedikit terbata.
“Oh ini” Katanya sambil mengambil hand sanitizer dijajaran paling atas. Aku
menundukkan wajahku karena pandanganku terhalang oleh tubuh besar Si Om yang
mengambil hand sanitizer. Walau aku
memakai masker, wangi parfum dari bajunya masih tercium samar dengan bau obat
khas Rumah Sakit lebih dominan.
“Ini” Si Om membungkukkan badannya
mensejajarkan tingginya dengan ku. Aku mengulurkan tangan hendak mengambil hand sanitizer yang ada didepan wajahku.
Ketika mau sampai hand sanitizer di
jauhkan dari jangkauanku.
“Et sebutkan dulu namamu gadis cantik
nan soleha.” Katanya sambil tersenyum ramah.
Aku membalas senyumnya, “Aku Alisyia
Putri Iskandar dokter ganteng yang baik hati.” Kataku sambil menangkupkan kedua
tanganku di depan dada.
“Eh Putri cantik nan soleha pintar
merayu juga ternyata.” Katanya sambil mendekatkan hand sanitaizer ke depan ku.
“Itu bukan rayuan tapi kenyataan yang
tak terbantahkan Om dokter, maka bersyukurlah.” Kataku dengan senyum tertahan sambil
mengambil hand sanitizer dari
tangannya.
“Terima kasih” Lanjutku sambil berjalan
meninggalkannya menuju kasir.
“Hai dari mana kau tahu kalau Om dokter?” Tanyanya sambil mengikutiku ke depan kasir untuk mengantri.
“Kaca mata dan wangi parfumn di baju Om
sudah tersamarkan oleh bau obat ciri khas Rumah Sakit.” Jelasku pada Si Om.
“Hai cerdik juga kau ternyata” Katanya
sambil tertawa.
“Digabungkan saja sama ini, supaya cepat”
Katanya pada tante penjaga kasir sambil mengambil tisu dan hand sanitizer dari tanganku dan menyimpannya di meja kasir.
“Ini uangnya Om!” Kataku sambil
menyerahkan selembar lima puluh ribuan.
“Simpan saja biar pakai uang Om saja.”
Katanya menolak uang dari tanganku.
“Tapi Aku tak butuh traktiran.” Kataku
sambil nyengir.
“Om memang tidak sedang mentraktirmu
anak kecil, Om cuma membayarkan dua macam belanjaanmu. Heh, Bukankah sesama
muslim harus saling berbagi?” Katanya gemes mendengar ocehanku.
“Tapi Aku bukan orang miskin yang harus
dibagi.” Bantahku lagi.
“Memangnya hanya orang miskin saja yang
harus dibagi?” Tanyanya lagi.
“Nggak sih, berbagi bisa dalam banyak
hal, bisa harta, tenaga, pikiran, kasih sayang, semangat, pengetahuan,
informasi, intinya kita harus berbagi dalam hal kebaikan.” Kataku menutup
rincian, karena Om dokter sudah mengambil tas belanjaan dan membawanya keluar.
“Nah itu tahu.” Katanya sambil membuka
pintu Ondemart.
Aku berjalan keluar Ondemart mengikuti
langkah si Om dokter yang panjang. Setengah berlari aku mensejajarkan
langkahnya. Sesampainya di luar Om dokter mengeluarkan tisu dan hand sanitizer.
“Ini belanjaanmu” Katanya mengulurkan
tangan memberikan tisu dan hand sanitizer.
“Terima kasih Om dokter yang ganteng dan
baik hati.” Kataku sambil melangkah mau meninggalkannya.
“Hai kau tak mau tahu namaku, Putri cantik
saleha ples cerewet?” Tanyanya padaku tak lupa senyum manisnya.
“Tahu tidak tahu tidak” Sambil
menghitung dengan jari aku pura-pura mempertimbangkan.
“Ah kelamaan, Aku Jonathan orang-orang
dilingkungan rumahku memanggilku Atang.” Katanya sambil menyerahkan kartu nama
padaku. Aku mengambil dan membaca kartu nama yang dia serahkan.
"Atang ya. ha ha ha" Aku tak dapat menahan tawa.
"Kenapa ada yang lucu?" Tanyanya melihatku tertawa.
"Bagaimana tidak tertawa namanya keren buatan luar negeri dengan postur tubuh istimewa, dengan pahatan wajah yang sangat sempurna, dokter pula. Eh panggilannya Atang, Sunda asli identik dengan badan kecil, hitam, sama dengan Atang tukang ranginang di kampungku. Sangat jauh dari espektasi." Jelasku masih dengan tawa.
"Benarkah ???" Tanyanya tak percaya. Dan sedikit bingung.
“Tapi Aku lebih senang memanggil Om
dokter yang ganteng, bolehkan?” Tanyaku sambil tersenyum dan menangkupkan kedua
telapak tangan di depan dada tanda memohon.
“Terserah kau sajalah, asal kau bahagia.”
Katanya sedikit tertawa.
“Assalamualaikum, semoga bertemu kembali,
Salam untuk Bu Mutia Aku yakin Om mengenalnya.” Kataku menutup penbicaraan,
berjalan meninggalkannya sambil melambaikan tangan.
“Waalaikum salam, In Sya Allah.” Jawabnya masih berdiri menatapku dan membalas lambaian tanganku.
#KMP4diarpus
#KMP2021
#Abadidalamfiksi
#NyiHeni
#Berbagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar