Rabu, 21 April 2021

Berbagi

 


BERBAGI

AKU HANYA INGIN MELIHAT SENYUMNYA

 

Hari ini Kami berangkat ke Sukabumi Kota, mengantar Ayah berobat ke dokter gigi. Diperjalanan Aku dan Adik tertidur. Aku terbangun ketika merasakan mobil berhenti.

“Bun, sudah sampai?” Tanyaku pada Bunda merasakan mobil berhenti.

“Iya sudah dari tadi, Kita salat Asar dulu sebelum mencari makanan untuk berbuka.” Jelas Bunda.

“Eh Kak itu sebelah Masjid ini ada Ondemart, Kakak beli hand sanitizer  sama tisu dulu ya ini sudah habis.” Perintah Bunda.

“Nanti salatnya gantian, mukenanya kan cuma satu” Sambung Bunda.  

“Baiklah” Jawabku sambil membuka sabuk pengaman. Lalu turun dari mobil, meregangkan badan yang pegal.  

“Ini uangnya” Bunda memberikan uang selembar lima puluh ribuan.

Hand sanitizer sama tisu doang kan?” Tanyaku meyakinkan. Bunda hanya mengangguk.

 

Aku masuk Ondemart yang ada di depanku. Sebelum masuk Aku mencuci tangan ditempat yang disediakan. Lalu merapihkan masker di wajahku. Aku mengambil tisu ditumpukan yang dipajang. Aku berkeliling mencari hand sanitizer. Ternyata ada di rak paling atas. Aku berjingjit mencoba meraih hand sanitizer tapi tidak sampai.  Aku mengambil ancang-ancang akan meloncat untuk mengambilnya. Tiba-tiba kepalaku terasa berat, Aku membalikkan badan, ada tubuh besar menghalangi badanku, Aku mendongak mencari tahu siapa yang menghalangiku.

 

“Apa yang akan kau ambil anak cantik tapi masih pendek?” Tanyanya dengan tatapan ramah sambil tersenyum padaku. Aku kaget, mukaku sejajar dengan perutnya. Hampir saja terjatuh dan mengenai barang yang dipajang kalau saja tangan besar dan kokoh itu tak menahan pundakku dengan tepat.

“Ehem” Aku mendehem menetralkan suara dari kekagetanku.

“I  i itu Om Aku mau mengambil hand sanitizer.” Akhirnya suaraku keluar walau sedikit terbata.

“Oh ini” Katanya sambil mengambil hand sanitizer dijajaran paling atas. Aku menundukkan wajahku karena pandanganku terhalang oleh tubuh besar Si Om yang mengambil hand sanitizer. Walau aku memakai masker, wangi parfum dari bajunya masih tercium samar dengan bau obat khas Rumah Sakit lebih dominan.

 

“Ini” Si Om membungkukkan badannya mensejajarkan tingginya dengan ku. Aku mengulurkan tangan hendak mengambil hand sanitizer yang ada didepan wajahku. Ketika mau sampai hand sanitizer di jauhkan dari jangkauanku.

 

“Et sebutkan dulu namamu gadis cantik nan soleha.” Katanya sambil tersenyum ramah.

Aku membalas senyumnya, “Aku Alisyia Putri Iskandar dokter ganteng yang baik hati.” Kataku sambil menangkupkan kedua tanganku di depan dada.

 

“Eh Putri cantik nan soleha pintar merayu juga ternyata.” Katanya sambil mendekatkan hand sanitaizer ke depan ku.

“Itu bukan rayuan tapi kenyataan yang tak terbantahkan Om dokter, maka bersyukurlah.” Kataku dengan senyum tertahan sambil mengambil hand sanitizer dari tangannya.

 

“Terima kasih” Lanjutku sambil berjalan meninggalkannya menuju kasir.

“Hai dari mana kau tahu kalau Om dokter?” Tanyanya sambil mengikutiku ke depan kasir untuk mengantri.

“Kaca mata dan wangi parfumn di baju Om sudah tersamarkan oleh bau obat ciri khas Rumah Sakit.” Jelasku pada Si Om.

 

“Hai cerdik juga kau ternyata” Katanya sambil tertawa.

 

“Digabungkan saja sama ini, supaya cepat” Katanya pada tante penjaga kasir sambil mengambil tisu dan hand sanitizer dari tanganku dan menyimpannya di meja kasir.

“Ini uangnya Om!” Kataku sambil menyerahkan selembar lima puluh ribuan.

“Simpan saja biar pakai uang Om saja.” Katanya menolak uang dari tanganku.

“Tapi Aku tak butuh traktiran.” Kataku sambil nyengir.

“Om memang tidak sedang mentraktirmu anak kecil, Om cuma membayarkan dua macam belanjaanmu. Heh, Bukankah sesama muslim harus saling berbagi?” Katanya gemes mendengar ocehanku.

 

“Tapi Aku bukan orang miskin yang harus dibagi.” Bantahku lagi.

“Memangnya hanya orang miskin saja yang harus dibagi?” Tanyanya lagi.

“Nggak sih, berbagi bisa dalam banyak hal, bisa harta, tenaga, pikiran, kasih sayang, semangat, pengetahuan, informasi, intinya kita harus berbagi dalam hal kebaikan.” Kataku menutup rincian, karena Om dokter sudah mengambil tas belanjaan dan membawanya keluar.

“Nah itu tahu.” Katanya sambil membuka pintu Ondemart.

 

Aku berjalan keluar Ondemart mengikuti langkah si Om dokter yang panjang. Setengah berlari aku mensejajarkan langkahnya. Sesampainya di luar Om dokter mengeluarkan tisu dan hand sanitizer.

“Ini belanjaanmu” Katanya mengulurkan tangan memberikan tisu dan hand sanitizer.

“Terima kasih Om dokter yang ganteng dan baik hati.” Kataku sambil melangkah mau meninggalkannya.

 

“Hai kau tak mau tahu namaku, Putri cantik saleha ples cerewet?” Tanyanya padaku tak lupa senyum manisnya.

“Tahu tidak tahu tidak” Sambil menghitung dengan jari aku pura-pura mempertimbangkan.

“Ah kelamaan, Aku Jonathan orang-orang dilingkungan rumahku memanggilku Atang.” Katanya sambil menyerahkan kartu nama padaku. Aku mengambil dan membaca kartu nama yang dia serahkan.

"Atang ya. ha ha ha" Aku tak dapat menahan tawa. 

"Kenapa ada yang lucu?" Tanyanya melihatku tertawa.

"Bagaimana tidak tertawa namanya keren buatan luar negeri dengan postur tubuh istimewa, dengan pahatan wajah yang sangat sempurna, dokter pula. Eh panggilannya Atang, Sunda asli identik dengan badan kecil, hitam, sama dengan Atang tukang ranginang di kampungku. Sangat jauh dari espektasi." Jelasku masih dengan tawa.

"Benarkah ???" Tanyanya tak percaya. Dan sedikit bingung. 

“Tapi Aku lebih senang memanggil Om dokter yang ganteng, bolehkan?” Tanyaku sambil tersenyum dan menangkupkan kedua telapak tangan di depan dada tanda memohon.

“Terserah kau sajalah, asal kau bahagia.” Katanya sedikit tertawa.

“Assalamualaikum, semoga bertemu kembali, Salam untuk Bu Mutia Aku yakin Om mengenalnya.” Kataku menutup penbicaraan, berjalan meninggalkannya sambil melambaikan tangan.  

“Waalaikum salam, In Sya Allah.” Jawabnya masih berdiri menatapku dan membalas lambaian tanganku.

#KMP4diarpus

#KMP2021

#Abadidalamfiksi

#NyiHeni

#Berbagi 


 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?”

  ”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?” (Part 2 tamat) Seminggu telah berlalu. Peserta didik kelas delapan kini kembali bertemu. Mereka memb...