Rabu, 05 Mei 2021

Nastar

 


NASTAR

RASANYA YANG UNIK MEMBUATKU...


 

“Assalamualaikum, Bunda.... Bunda...” Adik masuk rumah setelah bermain bersama temannya dengan heboh memanggil Bunda. 

“Waalaikum salam, ya Nak, Bunda di ruang jahit.” Bunda merespon kehebohan Adik.

“Bunda Adik mau kue nastar” Adik langsung mengadu.

“Lah ...lah kan lagi saum, kenapa tiba-tiba minta kue nastar?” Tanya Bunda keheranan.

“Itu Mamanya Atang lagi buat kue nastar, baunya wangi kayanya enak deh, Adik jadi mau.” rengek Adik pada Bunda.

“Oooh begitu, tapi kan Adik lagi saum?” Tanya Bunda lagi sedikit menggoda.

“Maksud Adik,  kita buat kue nastar yu sekarang.” Ajak Adik pada Bunda.

“Oh Ayo, ajak Kakak gih bantu membuat kue nastar. Bunda membereskan dulu tempat jaitannya.” Suruh Bunda

“Oke” sahut Adik mengacungkan jempolnya. Lalu berlari ke Kamarku sambil berjingkrak kegirangan.

 

“Kakak, kakak, ...” Panggil Adik heboh.

“Heh ya ada apa” jawabku menghentikan tulisanku di buku diari.

“Kata Bunda bantu membuat kue nastar” balas Adik.

“Heh membuat kue nastar, asyiiik kita buat nastar” Teriakku kegirangan. Aku menutup buku yang sedang Aku tulis dan merapihkan mejaku kembali.

 

Kami bergerak jalan ke dapur mendekati Bunda yang sudah ada disana.

“Kak coba cek bahannya sudah lengkap belum?” Pinta Bunda sambil menunjukkan kearah meja.

“Oke” Kataku sambil mengacungkan jempol, mendekati meja makan. Disana sudah ada bahan-bahan untuk membuat kue yang sudah Bunda siapkan.

 

“Terigunya 300 gram, margarin dan batter masing-masing 100 gram, maizena 60 gram, susu bubuk 30 gram, gula halus 50 gram, 2 butir kuning telur, 1 kuning telur untuk olesan,  minyak sayur 1 sendok  makan, 1 sendok makan madu.” Bunda menyebutkan bahan-bahan untuk membuat nastar.

“Oke Bun, bahan-bahan sudah oke semuanya” balasku menyakinkan Bunda.

 

“Adik tolong ambilkan selai nanasnya di lemari pendingin.” Pinta Bunda pada Adik.

‘Oke” balas Adik sambil berjalan mengambil selai nanas, dan kembali sambil membawa toples selai nanas , lalu menyimpannya di meja.

 

“Ini tempatnya.” Bunda memberikan wadah untuk mengaduk bahan nastar. Aku mengambilnya dan menyimpannya di atas meja makan.

 

“Masukkan 2 butir kuning telur, batter, gula bubuk, dan margarian.” Pinta Bunda lagi.

“Sudah Bun” balasku.

 

“Biar Bunda saja yang ngocok, Kakak geser sedikit.”Pinta Bunda yang sudah siap dengan mixer. Kurang lebih satu menit Bunda mengocok kemudian mematikan mixernya. Mencabut kabel strum lalu membersihkannya. Dan menyimpan mesin mixer agak jauh dari meja makan.

 

“Kak masukkan tepung maizena dan susu bubuknya.” Pinta Bunda padaku sambil terus mengaduk adonan. Aku pun mengikuti instruksi Bunda.

 

“Kak tepung terigunya di ayak dulu, tempatnya dialasi pakai kertas yang bersih” Suruh Bunda.

“Dik, ambil kertas HVS yang bersih 2 lembar di meja kerja Ayah.” pinta ku pada Adik sambil berjalan mengambil ayakan tepung.

 

“Ini” Adik memberikan 2 lembar kertas HVS padaku. Aku pun menerimanya lalu menyimpannya di atas nampan, tempat untuk mengayak tepung terigu yang Bunda minta. Aku pun mengayaknya dengan perlahan dan hati-hati.

 

“Kak,masukan tepungnya sedikit-sedikit pada adonan yang sedang Bunda uleni.” Perintah Bunda padaku. Aku pun mengikuti instruksi yang Bunda berikan. Memasukkan terigu yang sudah diayak sedikit demi sedikit hingga habis.

“Nah sekarang tinggal dibentuk, Adik kalau mau ikut membuat kuenya cuci lagi tangannya.” Perintah Bunda pada Adik. Adik pun menurut lalu mencuci tangannya di wastapel.

 

“Aku mau membentuk yang seperti bunga.” Spontan Aku mengemukakan ide.

“Kalau begitu ambil dulu cetakannya di lemari lalu cuci dengan bersih.” Pinta Bunda padaku.

 

Aku berjalan mendekati lemari mengambil cetakan lalu mencucinya hingga bersih. Kemudian mengelapnya supaya cepat kering.

 

“Kak olesi dulu cetakannya dengan margarin, kuasnya ada di tempat sendok.” Pinta Bunda lagi. Sesudah selesai mengelap cetakan. Aku mengambil kuas di tempat sendok, lalu mengolesi cetakan dengan margarin seperti yang Bunda pinta.

 

Bunda sudah selesai meratakan adonan menjadi lembaran kurang lebih setengah ins. Lalu memberikannya padaku.

 

“Nih Kak tinggal dicetak pakai cetakan yang ini, lalu masukkan pada cetakan yang ini. kemudian nanti Adik yang memasukkan selai nanasnya satu sendok kecil saja ya, simpan ditengah-tengah.” Bunda menjelaskan cara mencetak adonan nastar yang akan dibuat.

 

Kami membuat kue nastar dengan senang. Bunda yang mengeleng hingga adonan berbentuk lembaran, lalu Aku mencetaknya seperti bunga dan menyimpannya dalam cetakan kecil, sedangkan Adik memasukkan selai nanasnya, kemudian kembali pada Bunda untuk memanggangnya dalam oven. Setelah dipanggang kurang lebih sekitar 20 menit, kue dikeluarhan dari oven dan didinginkan diganti dengan kue yang baru. Setelah kue yang tadi dingin lalu diolesi kuning telur dan ditaburi parutan keju lalu dipanggang lagi kurang lebih 8 menit.

 

“Emmm Bun baunya sudah wangi” Kata Adik sudah mencium wangi kue nastar yang sedang dipanggang.

“Sebentar lagi belum matang betul” terang Bunda menanggapi perkataan Adik.

“Kalau Adik mau mencoba nanti kalau sudah selesai semua dan kuenya sudah dingin. dan makannya jangan di depan Kakak juga. Kasian nanti Kakak tergoda dan mau membatalkan saumnya.” Goda Bunda sambil melirik ke Arahku.

 

“Enggaklah, mana mungkin hanya dengan wangi nastar sampai membatalkan saumku, nggaklah sayang sekali. kalau hanya godaan nastar kecil.” Kataku menanggapi candaan Bunda sambil mengerakkan ibu jari di jari kelingking menegaskan kata kecil dengan gestur tubuh.

“Bercanda, Bunda yakin kok Kakak pasti kuat, tahan terhadap godaan.” Tambah Bunda sambil tersenyum.

 

Karena dilakukan sambil bercanda dan hati senang tanpa terasa sudah terdengar kumandang Azan salat Duhur dari Masjid.

 

“Alhamdulillah sudah Duhur lagi. Ayo tunda dulu, sambil menunggu kue yang sedang dioven matang, kita rapihkan dulu yang ini. Kita lanjutkan nanti setelah salat Duhur.” Perintah Bunda.

 

Aku dan Adik bergegas menuju wastapel untuk mencuci tangan.  Kemudian berwudu di kamar mandi secara bergantian.  Tak lama Kami sudah siap melaksanakan salat Duhur bersama Bunda yang menjadi Imam.

 

#KMP4diarpus

#KMP2021

#abadidalamfiksi

#NyiHeni

#Nastar


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?”

  ”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?” (Part 2 tamat) Seminggu telah berlalu. Peserta didik kelas delapan kini kembali bertemu. Mereka memb...