NASTAR
RASANYA
YANG UNIK MEMBUATKU...
“Assalamualaikum, Bunda.... Bunda...” Adik masuk rumah setelah bermain bersama temannya dengan heboh memanggil Bunda.
“Waalaikum salam, ya Nak, Bunda di ruang jahit.” Bunda merespon kehebohan Adik.
“Bunda Adik mau kue nastar” Adik langsung mengadu.
“Lah ...lah kan lagi
saum, kenapa tiba-tiba minta kue nastar?” Tanya Bunda keheranan.
“Itu Mamanya Atang
lagi buat kue nastar, baunya wangi kayanya enak deh, Adik jadi mau.” rengek
Adik pada Bunda.
“Oooh begitu, tapi
kan Adik lagi saum?” Tanya Bunda lagi sedikit menggoda.
“Maksud Adik, kita buat kue nastar yu sekarang.” Ajak Adik
pada Bunda.
“Oh Ayo, ajak Kakak
gih bantu membuat kue nastar. Bunda membereskan dulu tempat jaitannya.” Suruh
Bunda
“Oke” sahut Adik
mengacungkan jempolnya. Lalu berlari ke Kamarku sambil berjingkrak kegirangan.
“Kakak, kakak, ...”
Panggil Adik heboh.
“Heh ya ada apa”
jawabku menghentikan tulisanku di buku diari.
“Kata Bunda bantu
membuat kue nastar” balas Adik.
“Heh membuat kue nastar,
asyiiik kita buat nastar” Teriakku kegirangan. Aku menutup buku yang sedang Aku
tulis dan merapihkan mejaku kembali.
Kami
bergerak jalan ke dapur mendekati Bunda yang sudah ada disana.
“Kak
coba cek bahannya sudah lengkap belum?” Pinta Bunda sambil menunjukkan kearah
meja.
“Oke”
Kataku sambil mengacungkan jempol, mendekati meja makan. Disana sudah ada bahan-bahan
untuk membuat kue yang sudah Bunda siapkan.
“Terigunya
300 gram, margarin dan batter masing-masing 100 gram, maizena 60 gram, susu bubuk
30 gram, gula halus 50 gram, 2 butir kuning telur, 1 kuning telur untuk olesan,
minyak sayur 1 sendok makan, 1 sendok makan madu.” Bunda menyebutkan
bahan-bahan untuk membuat nastar.
“Oke
Bun, bahan-bahan sudah oke semuanya” balasku menyakinkan Bunda.
“Adik
tolong ambilkan selai nanasnya di lemari pendingin.” Pinta Bunda pada Adik.
‘Oke”
balas Adik sambil berjalan mengambil selai nanas, dan kembali sambil membawa toples
selai nanas , lalu menyimpannya di meja.
“Ini
tempatnya.” Bunda memberikan wadah untuk mengaduk bahan nastar. Aku
mengambilnya dan menyimpannya di atas meja makan.
“Masukkan
2 butir kuning telur, batter, gula bubuk, dan margarian.” Pinta Bunda lagi.
“Sudah
Bun” balasku.
“Biar
Bunda saja yang ngocok, Kakak geser sedikit.”Pinta Bunda yang sudah siap dengan
mixer. Kurang lebih satu menit Bunda mengocok kemudian mematikan mixernya.
Mencabut kabel strum lalu membersihkannya. Dan menyimpan mesin mixer agak jauh dari
meja makan.
“Kak
masukkan tepung maizena dan susu bubuknya.” Pinta Bunda padaku sambil terus
mengaduk adonan. Aku pun mengikuti instruksi Bunda.
“Kak
tepung terigunya di ayak dulu, tempatnya dialasi pakai kertas yang bersih” Suruh
Bunda.
“Dik,
ambil kertas HVS yang bersih 2 lembar di meja kerja Ayah.” pinta ku pada Adik
sambil berjalan mengambil ayakan tepung.
“Ini”
Adik memberikan 2 lembar kertas HVS padaku. Aku pun menerimanya lalu
menyimpannya di atas nampan, tempat untuk mengayak tepung terigu yang Bunda
minta. Aku pun mengayaknya dengan perlahan dan hati-hati.
“Kak,masukan
tepungnya sedikit-sedikit pada adonan yang sedang Bunda uleni.” Perintah Bunda
padaku. Aku pun mengikuti instruksi yang Bunda berikan. Memasukkan terigu yang
sudah diayak sedikit demi sedikit hingga habis.
“Nah
sekarang tinggal dibentuk, Adik kalau mau ikut membuat kuenya cuci lagi
tangannya.” Perintah Bunda pada Adik. Adik pun menurut lalu mencuci tangannya
di wastapel.
“Aku
mau membentuk yang seperti bunga.” Spontan Aku mengemukakan ide.
“Kalau
begitu ambil dulu cetakannya di lemari lalu cuci dengan bersih.” Pinta Bunda
padaku.
Aku
berjalan mendekati lemari mengambil cetakan lalu mencucinya hingga bersih.
Kemudian mengelapnya supaya cepat kering.
“Kak
olesi dulu cetakannya dengan margarin, kuasnya ada di tempat sendok.” Pinta
Bunda lagi. Sesudah selesai mengelap cetakan. Aku mengambil kuas di tempat
sendok, lalu mengolesi cetakan dengan margarin seperti yang Bunda pinta.
Bunda
sudah selesai meratakan adonan menjadi lembaran kurang lebih setengah ins. Lalu
memberikannya padaku.
“Nih
Kak tinggal dicetak pakai cetakan yang ini, lalu masukkan pada cetakan yang
ini. kemudian nanti Adik yang memasukkan selai nanasnya satu sendok kecil saja
ya, simpan ditengah-tengah.” Bunda menjelaskan cara mencetak adonan nastar yang
akan dibuat.
Kami
membuat kue nastar dengan senang. Bunda yang mengeleng hingga adonan berbentuk
lembaran, lalu Aku mencetaknya seperti bunga dan menyimpannya dalam cetakan
kecil, sedangkan Adik memasukkan selai nanasnya, kemudian kembali pada Bunda
untuk memanggangnya dalam oven. Setelah dipanggang kurang lebih sekitar 20
menit, kue dikeluarhan dari oven dan didinginkan diganti dengan kue yang baru.
Setelah kue yang tadi dingin lalu diolesi kuning telur dan ditaburi parutan
keju lalu dipanggang lagi kurang lebih 8 menit.
“Emmm
Bun baunya sudah wangi” Kata Adik sudah mencium wangi kue nastar yang sedang
dipanggang.
“Sebentar
lagi belum matang betul” terang Bunda menanggapi perkataan Adik.
“Kalau
Adik mau mencoba nanti kalau sudah selesai semua dan kuenya sudah dingin. dan makannya
jangan di depan Kakak juga. Kasian nanti Kakak tergoda dan mau membatalkan
saumnya.” Goda Bunda sambil melirik ke Arahku.
“Enggaklah,
mana mungkin hanya dengan wangi nastar sampai membatalkan saumku, nggaklah
sayang sekali. kalau hanya godaan nastar kecil.” Kataku menanggapi candaan
Bunda sambil mengerakkan ibu jari di jari kelingking menegaskan kata kecil
dengan gestur tubuh.
“Bercanda,
Bunda yakin kok Kakak pasti kuat, tahan terhadap godaan.” Tambah Bunda sambil
tersenyum.
Karena
dilakukan sambil bercanda dan hati senang tanpa terasa sudah terdengar
kumandang Azan salat Duhur dari Masjid.
“Alhamdulillah
sudah Duhur lagi. Ayo tunda dulu, sambil menunggu kue yang sedang dioven
matang, kita rapihkan dulu yang ini. Kita lanjutkan nanti setelah salat Duhur.”
Perintah Bunda.
Aku
dan Adik bergegas menuju wastapel untuk mencuci tangan. Kemudian berwudu di kamar mandi secara
bergantian. Tak lama Kami sudah siap
melaksanakan salat Duhur bersama Bunda yang menjadi Imam.
#KMP4diarpus
#KMP2021
#abadidalamfiksi
#NyiHeni
#Nastar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar