(Bagian ke 2)
Selesai salat magrib
berjamaah ibu tidak langsung membuka mukenanya. Ibu mendengarkan bacaan Al
quran yang ku baca dengan nyaring. Sambil terus berzikir dengan tasbih di
tangannya.
Selesai membaca Al Quran ku buka mukena lalu mempersiapkan makan malam.
“Yang makan!” Tawarku
pada bapak yang asik melihat berita di televisi.
“Ayo” jawab bapak sambil
beranjak menuju dapur dan mencuci tangan.
Ku sodorkan piring
berisi nasi pada bapak. Bapak mengambilnya dan menambahkan tempe goreng dan udang
krispi kesukaannya.
“Mau dipisah atau
disatukan sayurnya” tanyaku pada bapak.
“Kesini aja sekalian”
jawab bapak sambil menyodorkan piring nasinya untuk di isi sayur. Ku siduk
sayur bayam jagung manis dan menuangkannya pada piring bapak. Tak lama Bapak sudah
memakannya tak lupa baca doa sebelum suapan pertama masuk mulutnya.
“Yang, si Jalu (julukan untuk anak laki-laki) sudah
menelepon lagi?”tanya bapak membuka obrolan saat makan malam itu.
“Belum, biasanya kalau
tidak ada keperluan jarang menelepon, tapi kata si teteh masih liburan terlihat
di instragamnya lagi naik unta di gurun”. Jelasku mengenai si Jalu anak kedua.
“Oooh syukur kalau
terlihat sehat dan ada kegiatan”. Kata Bapak sambil menghabiskan makannya.
Selesai makan bapak
kembali ke depan televisi sambil membawa buku dan Al Quran serta pulpen
menunggu waktu Isya, aku membereskan meja makan dan mempersiapkan untuk makan
ibuku. Ibu biasanya makan malam selesai salat Isya.
Ketika azan Isya
berkumandang bapak mendengarkannya sampai selesai, setelah itu membaca doa
setelah azan lalu ke kamar mandi mau wudu lagi barulah kami salat berjamaah
Isya bertiga. Selesai shalat bapak kembali ke mejanya melanjutkan pekerjaannya.
Tok...tok...tok...”Assalamualaikum”.
ada yang mengetuk pintu dan mengucapkan salam.
“Waalaikum salam” jawab
ku. “Pak ada tamu” kataku agak keras kelihatannya bapak tidak mendengar ada
yang mengucap salam mungkin sedang konsentrasi atau tidak terdengar karena
samar dengan suara dari televisi.
“Ya sebentar” kata
bapak sambil beranjak dari kursinya dan mendekati pintu karena tahu aku sedang
menyuapi ibu.
“Oh nak Imam sama
Intan” silahkan masuk ayo kata bapak memberi jalan menyuruh tamunya masuk
setelah cium tangan lalu bapak menutup kembali pintunya.
“Ma... ada nak Imam
sama Intan nih” kata bapak memberitahu.
“Masuk, masuk, ayo
masuk” kataku sambil memegang piring nasi makan ibu. Mereka masuk kamar salam
padaku dan ibuku.
“Ayo silahkan duduk di
depan ya sebentar ibu selesaikan dulu menyuapi ibu” kata ku mempersilahkan
supaya tamunya duduk.
Selesai menyuapi ibu
aku menyiapkan minuman dan cemilan ada keripik singkong dan rebus ubi jalar ku tata
di meja tamu.
“Ayo diminum ini ada
rebus ubi jalar maaf lagi tidak punya kue” Kataku mempersilahkan sambil menyimpan
air minumnya.
“Nak Imam mau dibuatkan
kopi?” tanyaku menawarkan.
“Nggak Bu, tidak usah,
cukup ini saja, terima kasih” jawab Imam
Setelah ngobrol banyak
hal kesana kemari baru bapak bertanya pada keduanya.
“Sebenarnya ada apa Nak
Imam sama Intan kemari, nggak biasanya?” tanya bapak sambil menatap keduanya.
“Ini Pak, saya mau
minta bantuan bapak untuk melamar Intan ke orang tuanya di Lampung. Orang tua
saya tidak bisa bulak balik ke sini atau ke Lampung karena sekarang berdinas di
Papua, paling nanti pada waktu pernikahan saja orang tua saya bisa hadir”. Imam
menjelaskan.
“Oh begitu, syukur
kalau begitu kalian mau menikah. Kira-kira kapan acara lamarannya?” tanya
bapak.
“Rencananya sih bulan
September lamaran dan acara akad pernikahannya bulan Desember, tapi nanti
dimusyawarahkan lagi dengan kedua belah pihak.” Imam menjelaskan.
“Oh baik kalau begitu In
Sya Allah bapak siap membantu beri kabar lagi saja kapan kepastian acaranya. Kadang-kadang
bapak suka lupa kalau tidak diingatkan lagi.” Pinta bapak pada Imam.
“Oh iya Pak sekalian
juga saya mau bapak memberikan pembekalan atau nasihat pernikahan seminggu sebelum
akad dalam acara syukuran nanti, untuk kepastian waktunya nanti saya beritahukan
kembali.” Pinta Imam pada bapak.
“Terima kasih Pak,
sekalian saya pamit sudah malam bapak juga mau istirahat maaf sudah merepotkan.”
Kata Imam pamitan sambil cium tangan.
“Iya nggak apa-apa
tidak merepotkan kok malah saya senang kalau bisa membantu sering-sering main
ke sini kalau ada waktu.”
“Iya Pak, Bu permisi.” Setelah
bersalaman Imam dan Intan pun pulang.
Mohon sarannya!
BalasHapusNak Imam ini masih saudara Bapak?
BalasHapusPerlu tanda koma atau titik sebagai jeda dalam tulisan. Supaya lebih enak dibacanya.👍😆 udah bagus ceeitanya.
BalasHapustanda baca yang masih perlu diperhatikan bun 😊
BalasHapusCeritanya menarik, hanya perlu perhatian pada tanda baca, spasi & pemenggalan kalimat agar tidak kabur arti yg dimaksud.
BalasHapusWew cerita menarik alurnya. Soal editing bisa sambil jalan, tetap menulis dan berkarya ya
BalasHapus