Rabu, 11 September 2019

Lanjutan keseharian



(Bagian ke 2)
Selesai salat magrib berjamaah ibu tidak langsung membuka mukenanya. Ibu mendengarkan bacaan Al quran yang ku baca dengan nyaring. Sambil terus berzikir dengan tasbih di tangannya.

Selesai membaca Al Quran ku buka mukena lalu mempersiapkan makan malam.
“Yang makan!” Tawarku pada bapak yang asik melihat berita di televisi.
“Ayo” jawab bapak sambil beranjak menuju dapur dan mencuci tangan.

Ku sodorkan piring berisi nasi pada bapak. Bapak mengambilnya dan menambahkan tempe goreng dan udang krispi kesukaannya.
“Mau dipisah atau disatukan sayurnya” tanyaku pada bapak.
“Kesini aja sekalian” jawab bapak sambil menyodorkan piring nasinya untuk di isi sayur. Ku siduk sayur bayam jagung manis dan menuangkannya pada piring bapak. Tak lama Bapak sudah memakannya tak lupa baca doa sebelum suapan pertama masuk mulutnya.

“Yang, si Jalu (julukan untuk anak laki-laki) sudah menelepon lagi?”tanya bapak membuka obrolan saat makan malam itu.
“Belum, biasanya kalau tidak ada keperluan jarang menelepon, tapi kata si teteh masih liburan terlihat di instragamnya lagi naik unta di gurun”.  Jelasku mengenai si Jalu anak kedua.
“Oooh syukur kalau terlihat sehat dan ada kegiatan”. Kata Bapak sambil menghabiskan makannya.

Selesai makan bapak kembali ke depan televisi sambil membawa buku dan Al Quran serta pulpen menunggu waktu Isya, aku membereskan meja makan dan mempersiapkan untuk makan ibuku. Ibu biasanya makan malam selesai salat Isya.

Ketika azan Isya berkumandang bapak mendengarkannya sampai selesai, setelah itu membaca doa setelah azan lalu ke kamar mandi mau wudu lagi barulah kami salat berjamaah Isya bertiga. Selesai shalat bapak kembali ke mejanya melanjutkan pekerjaannya.

Tok...tok...tok...”Assalamualaikum”. ada yang mengetuk pintu dan mengucapkan salam.
“Waalaikum salam” jawab ku. “Pak ada tamu” kataku agak keras kelihatannya bapak tidak mendengar ada yang mengucap salam mungkin sedang konsentrasi atau tidak terdengar karena samar dengan suara dari televisi.
“Ya sebentar” kata bapak sambil beranjak dari kursinya dan mendekati pintu karena tahu aku sedang menyuapi ibu.
“Oh nak Imam sama Intan” silahkan masuk ayo kata bapak memberi jalan menyuruh tamunya masuk setelah cium tangan lalu bapak menutup kembali pintunya.

“Ma... ada nak Imam sama Intan nih” kata bapak memberitahu.
“Masuk, masuk, ayo masuk” kataku sambil memegang piring nasi makan ibu. Mereka masuk kamar salam padaku dan ibuku.
“Ayo silahkan duduk di depan ya sebentar ibu selesaikan dulu menyuapi ibu” kata ku mempersilahkan supaya tamunya duduk.

Selesai menyuapi ibu aku menyiapkan minuman dan cemilan ada keripik singkong dan rebus ubi jalar ku tata di meja tamu.
“Ayo diminum ini ada rebus ubi jalar maaf lagi tidak punya kue” Kataku mempersilahkan sambil menyimpan air minumnya.
“Nak Imam mau dibuatkan kopi?” tanyaku menawarkan.
“Nggak Bu, tidak usah, cukup ini saja, terima kasih” jawab Imam

Setelah ngobrol banyak hal kesana kemari baru bapak bertanya pada keduanya.
“Sebenarnya ada apa Nak Imam sama Intan kemari, nggak biasanya?” tanya bapak sambil menatap keduanya.
“Ini Pak, saya mau minta bantuan bapak untuk melamar Intan ke orang tuanya di Lampung. Orang tua saya tidak bisa bulak balik ke sini atau ke Lampung karena sekarang berdinas di Papua, paling nanti pada waktu pernikahan saja orang tua saya bisa hadir”. Imam menjelaskan.
“Oh begitu, syukur kalau begitu kalian mau menikah. Kira-kira kapan acara lamarannya?” tanya bapak.
“Rencananya sih bulan September lamaran dan acara akad pernikahannya bulan Desember, tapi nanti dimusyawarahkan lagi dengan kedua belah pihak.” Imam menjelaskan.
“Oh baik kalau begitu In Sya Allah bapak siap membantu beri kabar lagi saja kapan kepastian acaranya. Kadang-kadang bapak suka lupa kalau tidak diingatkan lagi.” Pinta bapak pada Imam.
“Oh iya Pak sekalian juga saya mau bapak memberikan pembekalan atau nasihat pernikahan seminggu sebelum akad dalam acara syukuran nanti, untuk kepastian waktunya nanti saya beritahukan kembali.” Pinta Imam pada bapak.
“Terima kasih Pak, sekalian saya pamit sudah malam bapak juga mau istirahat maaf sudah merepotkan.” Kata Imam pamitan sambil cium tangan.
“Iya nggak apa-apa tidak merepotkan kok malah saya senang kalau bisa membantu sering-sering main ke sini kalau ada waktu.”
“Iya Pak, Bu permisi.” Setelah bersalaman Imam dan Intan pun pulang.



6 komentar:

  1. Nak Imam ini masih saudara Bapak?

    BalasHapus
  2. Perlu tanda koma atau titik sebagai jeda dalam tulisan. Supaya lebih enak dibacanya.👍😆 udah bagus ceeitanya.

    BalasHapus
  3. tanda baca yang masih perlu diperhatikan bun 😊

    BalasHapus
  4. Ceritanya menarik, hanya perlu perhatian pada tanda baca, spasi & pemenggalan kalimat agar tidak kabur arti yg dimaksud.

    BalasHapus
  5. Wew cerita menarik alurnya. Soal editing bisa sambil jalan, tetap menulis dan berkarya ya

    BalasHapus

”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?”

  ”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?” (Part 2 tamat) Seminggu telah berlalu. Peserta didik kelas delapan kini kembali bertemu. Mereka memb...