Minggu, 15 September 2019

Roda Kehidupan



Roda Kehidupan

Avanza silver berhias  rangkaian bunga asli didepannya. Membentang pita warna pink, biru muda dan merah menghias depan mobil. Paduan warna-warna indah mempercantik penampilan mobil yang dipersiapkan membaca calon pengantin pria.

Dua motor gede membuka jalan mengawal mobil calon raja sehari itu. Dibelakang berjajar sekitar 10 mobil pribadi beriringan ditambah puluhan kendaraan roda dua. Iring-iringan mulai berangkat pukul 07.30 WIB menyusuri jalan yang mulai padat dengan kendaraan. Tiga puluh menit berselang iring-iringan calon pengantin akhirnya tiba di tujuan.

Disambut sang lengser dan empat penari, calon pengantin dan orang tuanya dipayungi. Pengalungan bunga oleh calon mertua sebagai tanda penyambutan dan penerimaan calon pengantin. Selanjutnya calon pengantin mengikuti jejak lengser dan ditempatkan ditempat duduk yang telah disediakan.

Sambutan serah terima dari perwakilan calon pengantin laki-laki, lalu disambut dengan penerimaan dari perwakilan calon pengantin perempuan. Penyerahan secara simbolis barang bawaan yang diserahkan secara estapet. Mukena yang dibentuk menjadi boneka pengantin, selimut berbentuk gajah, bed cover berbentuk angsa, sepatu, tas, make up, keranjang buah-buahan, dalaman, handuk berbentuk ular lengkap dengan peralatan mandi lainnya. Serta beraneka macam kue sebagai bahan hantaran calon pengantin pria untuk calon pengantin wanita. Tradisi yang sudah mendarahdaging sebagai penghormatan dan penghargaan dari keluarga laki-laki untuk keluarga perempuan.

Pemeriksaan biodata oleh petugas KUA, dilanjutkan dengan khutbah nikah dan sampailah pada acara inti ijab qabul.
“Saya nikahkan putri saya bernama ... binti .....pada ananda....dengan mas kawin .....seberat.....dan seperangkat alat shalat dibayar tunai” kata-kata ijab dari orang tua mempelai wanita dalam sekali napas. Dan langsung dijawab oleh mempelai pria dengan lantang dan tegas.
“Saya terima nikahnya putri bapak bernama....binti....dengan mas kawin tersebut dibayat tunai”. Kata-kata qabul yang diucapkan dalam satu trikan napas.
Yang disambut spontan oleh kedua saksi dengan perkataan “sah”.

Riuh senang dan gembira serta bangga pada kedua insan yang telah menjalankan tugasnya dengan baik dan sempurna. Rona bahagia terpancar dari kedua mempelai yang telah sah menjadi suami istri. Haru dan bangga tersirat dari kedua orang tua laki-laki maupun yang perempuan. Bangga karena telah lulus menjalankan tugasnya sebagai orang tua, mendidik dan membesarkan anak-anaknya hingga sampai pada tahap pernikahan. Haru karena anak-anaknya satu persatu menjauh dari sisinya dan tak lagi selalu bergantung pada dirinya, dan mempunyai kewajiban yang lebih besar tanggung jawabnya.

Kehidupan memang berputar dari sendiri, berdua, bertiga, berempat, kembali jadi bertiga, berdua dan akhirnya kembali sendiri. Dan selamanya sendiri di alam yang hakiki.

5 komentar:

”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?”

  ”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?” (Part 2 tamat) Seminggu telah berlalu. Peserta didik kelas delapan kini kembali bertemu. Mereka memb...