TANTANGAN
PEKAN 1
Pagi-pagi
sekali aku sudah berangkat sekolah. Tiba di sekolah baru beberapa orang saja
yang datang termasuk aku. Kusimpan tas di rak bangku dan aku mulai merapihkan
meja kursi yang kemarin siang telah di sapu oleh tim piket. Karena hari ini
giliran aku piket jadi aku berangkat lebih pagi dari biasanya. Setelah bangkunya
diturunkan semua, lalu aku sapu mejanya dengan kamoceng. Tidak seperti biasanya
teman-teman piket ku hari tidak datang pagi, setelah selesai piket baru mereka datang dan tidak langsung masuk kelas malah pada nongkrong ngobrol di
depan kantin.
“Hai bukannya piket
malah nongkrong di sini.” Tayaku pada Zulpa. Bukannya minta maaf Zulfa malah
pergi begitu saja tanpa menghiraukan teguranku.
Aku beranjak mendekati Ihsan yang juga
masih duduk santai di depan kelas.
“Kenapa datangnya siang
sih, aku piket sendirian, cape tahu!” kataku pada Ihsan.
“Emang gue pikirin”
jawab Ihsan sambil berlalu meninggalkanku yang melongo mendengar jawaban Ihsan.
(ini anak tak biasanya seperti ini ada apa ya) pikirku tak mengerti.
Aku masuk ke dalam mengambil
buku tabungan, di kelas ada Zira kusapa dia.
“Zi, antar ke kantor yu
mau nabung.” Pintaku pada Zira. Tapi Zira tidak menanggapi dia cuek saja seakan
tak mendengar ajakanku. Akhirnya aku ke kantor sendiri dan memberikan buku
tabunganku pada Bu Rini.
Mulai dari jam pertama masuk sampai istirahat semua
teman-teman tidak mempedulikan aku tak mengerti apa kesalahanku. Aku mulai tak
betah di kelas semua teman-teman tidak ada yang menyapaku dan yang aku sapa tak
ada yang menjawab. Aku pindah ke barisan bangku paling belakang yang biasa oleh
teman laki-laki. Eeehhhh teman-teman malah pindah menjauh dari kursiku.
Pada jam pelajaran terakhir aku duduk dipojok sendirian
karena teman-teman menjauh. Pak Rudi guru olah raga yang killer mulai masuk jam
terakhir. Setelah mengabsen dan mau memulai pelajaran beliau bertanya padaku
karena melihat aku melamun.
“Hai kamu mengapa duduk
di pojok sendiri? Itu barisan bangku untuk laki-laki.” Tanya Pak Rudi padaku.
“Eeeehhhhh...”. Belum
sempat aku menemukan kata-kata untuk menjawab Pak Rudi sudah menyuruhku untuk
ke depan.
“Hai hayo kamu ke
depan!” perintahnya padaku dengan garang. Aku takut dan ingin menangis dengan
gemetar aku ke depan.
“Kamu meresa punya salah
nggak?” tanya Pak Rudi lagi.
Aku berpikir dan
mengingat-ngingat kembali apa salahku, tapi tak aku ingat telah berbuat salah,
aku mengingat lagi barangkali terlewat, tapi tetap tak merasa.
“Ayo jawab merasa nggak
kamu punya salah” Pak Rudi bertanya lagi.
“Tidak Pak saya tidak
merasa salah apa pun dan pada siapa pun.” Jawabku sambil terbata-bata suaraku
tersendat dikerongkongan. Air mata tak dapat dibendung lagi mengalir dengan
deras.
“Kamu mau tahu apa
salahmu.” tanya Pak Rudi lagi. Aku bukannya menjawab malah semakin keras
tangisanku.
“Salah kamu adalah kamu
tak mengingat tanggal lahir mu.” Kata Pak Rudi. Diiringi nyanyian “Selamat
Ulang Tahun” oleh teman-teman sekelas sambil membawa kue. Aku belum sadar dengan apa yang terjadi kagetku belum hilang aku disuruh berdoa
dan tiup lilin lalu digiring ke luar.
Di halaman sekolah aku dikejutkan lagi tak menyangka
kalau teman-teman sudah menyiapkan air yang disembunyikan. Mereka menyiramku
dengan air yang dibawa dengan ember kecil, ada yang pakai botol plastik bekas
minuman bahkan ada juga yang pakai gelas plastik bekas yang mereka temukan.
Badan dan bajuku basah
kuyup, aku tak bisa menghindar dari mereka. Mereka keroyokan tadinya ada yang
mau pakai telur tapi di larang oleh Bu Nita “Jangan berlebihan mubazir.”Katanya.
Aku baru mengerti
pantas saja teman-teman sekelas pada jutek, mereka sekongkol mengerjai aku
sejak pagi. Aku juga tak marah pada teman-teman, tangisku kini tangis bahagia
ternyata teman-teman perhatian padaku dan mengingat ulang tahunku padahal aku
sendiri tak sadar dengan tanggal kehadiranku.
Aku senyum-senyum
sendiri mengingat kejadian di sekolah tadi siang. Walau aku harus malu memakai
baju basah pulang sekolah mana macet lagi. Tapi untung Rio merelakan jaketnya
untuk aku pakai pulang jadi tidak terlalu kedinginan. Mencium bau parfun dari
jaket Rio aku jadi membayangkan Rio yang memeluk
tubuhku dengan lembut dan hangat. Terima kasih teman kalian is the best.
👍 suka Kak 😊
BalasHapusJempol
BalasHapus