AKU DIJADIKAN PEMBAYAR UTANG AYAH
Bibi sangat terkejut dengan apa yang ada dihadapannya. Tubuh ibu yang sudah kaku ditindih oleh tubuh kecil mungil anak usia 5 tahun. Alisa tertidur di atas tubuh ibunya, Sesekali isak dan sesenggukan masih terlihat dari tarikan napasnya. Suara tangisannya sudah tidak terdengar lagi.
Perlahan Bibi menyimpan makanan yang tadi dibawanya. Untung tidak jatuh sehingga tidak membangunkan Alisa yang tertidur sambil memeluk ibunya. Dengan berurai air mata Bibi mengangkat tubuh Alisa yang masih tertidur. Membawa Alisa ke rumahnya dan memberitahukan suaminya kalau ibu Alisa sudah meninggal.
Sepeninggalan ibunya Alisa tinggal bersama Paman dan Bibi karena bapaknya jarang pulang dan tak peduli dengan Alisa. Walau masih kecil Alisa sangat mandiri. Kehidupan serba sulit memaksa Alisa untuk rajin dan mengerjakan segala sesuatu sendiri.
Suatu hari Alisa pamit pada Bibinya mau melihat rumah peninggalan ibunya. Alisa merusaha membersihkan rumahnya dari debu dan kotoran lainnya. Ketika sedang asik bersih-bersih tiba-tiba ayahnya datang bersama dengan teman-temannya. Alisa takut ia jongkok di sudut ruangan bersembunyi dekat lemari. Badannya bergetar, tangannya berkeringat dingin, wajahnya pucat. Samar-samar terdengar ada yang berkata. Alisa tidak mengenali suara itu. Mungkin teman ayahnya.
“Hanya ini yang kau punya?” tanyanya orang itu
“Iya tak ada lagi, hanya ini yang tersisa dari harta mantan istriku.” Kata Fahmi.
“Apa yang harus aku bawa? tak ada satu pun yang dapat dijual.” kata Malih teman ayahnya. Lalu orang itu berjalan-jalan mencari-cari barang yang berharga. Tapi tak menemukan satu pun barang yang dapat dijual. Sambil menendang kaleng kosong bekas minuman orang itu beranjak pergi.
Bruk...
“Aduh,” Alisa memegang kakinya yang terkena tendangan kaleng kosong. Mendengar ada suara yang mengaduh orang itu berbalik. mengedarkan pandangannya mencari sumber suara. Dan ternyata di balik lemari butut ada gadis kecil kurus sedang berjongkok. Laki-laki itu mendekati Alisa, Alisa hanya tertunduk menutup mukanya dengan kedua tangannya yang gemetar. Wajahnya yang pucat menandakan ketakutan yang tak terkira. Dengan kasar orang itu menggendongnya.
“Tolong Ayah Alisa takut, Ayah....” Alisa berteriak-teriak minta tolong. Tangannya memohon minta pertolongan pada ayahnya. Tapi Ayahnya hanya membisu. Tak ada rasa kasihan sedikit pun pada Alisa, padahal Alisa meronta-ronta minta tolong tak mau dibawa.
“Turunkan anak itu!” Suara berat penuh keberanian menghentikan langkah orang asing itu. Masih menggendong Alisa orang itu berbalik melihat siapa yang menyuruhnya. Keningnya mengernyit dan bertanya.
“Kamu siapa berani memerintahku?” tanyanya masih menggendong Alisa.
“Aku paman dari anak itu.” Jelas Paman pada orang itu tanpa rasa takut sedikit pun.
“Apa hak mu terhadap anak ini, dia milikku ayahnya sudah menyerahkannya padaku untuk membayar hutangnya.” jelas orang asing itu.
“Dimana Ayahnya sekarang?” tanya Paman pada orang asing itu.
“Tuh dia masih di dalam.” Jawab orang itu sambil menunjuk ke dalam rumah.
“Fahmi, keluar kau, mengapa kau serahkan anakmu pada orang itu?” tanya Paman penuh emosi dan khawatir bercampur. Dengan langkah gontai Fahmi keluar dari rumah. Ada rasa takut tergambar diwajahnya melihat wajah geram Paman.
Dengan lirih Fahmi berkata” Aku kalah main judi, aku berhutang padanya satu juta. Dia ikut ke rumah mau mengambil apa pun yang dapat diambilnya untuk membayar utangku. lagi pula aku tak menginginkan anak pembawa sial itu” Fahmi menjelaskan.
“Astagfirullahaladzim... Fahmi, Fahmi...” sambil geleng-geleng kepala Paman mencerna apa yang ayah katakan.
Paman berbalik pada orang asing yang memegang Alisa yang sudah tidak digendong lagi. Tapi pegangan pada tangan Alisa sepertinya masih erat. Terlihat Alisa seperti merasa kesakitan.
Bagaimana kelanjutan ceritanya? ikuti terus ...
Bersambung....
ooooooooooOOOooooooo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar