Mencari Bantuan
Keesokan harinya, selesai salat subuh
Paman bergegas menemui Pak Lurah. Tak ingin keburu Pak Lurah berangkat, Paman
segera menemuinya mau menceritakan masalah dan minta bantuannya.
“Assalamualaikum,” ucap Paman di depan
pintu rumah Pak Lurah.
“Waalaikum salam, tunggu sebentar.”
Suara Pak Lurah dari dalam.
Tak lama suara kunci dibuka dan terlihat
Pak Lurah sendiri yang membuka pintu masih memakai kain dan baju koko.
“Eh Paman Kandi ayo masuk.” kata Pak
Lurah sambil mengulurkan tangannya mengajak jabat tangan. Menggandeng Paman
Kandi masuk dan menyuruhnya duduk di ruang tamu.
“Ma, buatkan kopi untuk Paman Kandi.”
Pak Lurah meminta istrinya untuk membuatkan kopi.
“Ya, sebentar.” terdengar suara Bu Lurah
di dapur. Tak berapa lama Bu Lurah sudah membawa baki dengan dua cangkir kopi
panas dan pisang goreng hangat.
“Silahkan Paman Kandi, ayo dicicipi
pisang goreng dan kopinya.” Bu Lurah mempersilahkan.
“Terima Kasih Bu, maaf ya pagi-pagi
sudah merepotkan.” jawab Paman.
“Ah biasa saja tidak merepotkan Paman.
Saya kembali ke dapur takut gosong masih menggoreng.” pamit Bu Lurah.
“Oh iya silahkan.” jawab Paman. Setelah
ditinggal Bu Lurah. Paman kembali menghadap Pak Lurah.
“Ada apa Paman pagi-pagi sudah ke sini,
pasti ada yang penting.” tanya Pak Lurah penasaran.
“Begini Pak...(Paman menceritakan
kejadian kemarin dengan teliti). Nah begitu Pak. Jadi maksud saya datang ke sini
mau minta bantuan bagaimana menyelesaikan masalah Alisa.” Paman menjelaskan
panjang lebar kejadian kemarin.
“Ehmmm saya mengerti maksud Paman. Saya
akan catat di buku agenda harian. Saya akan cari tahu dulu ke bendahara berapa
uang kas yang ada. Berapa yang aman dan berapa yang dipakai mendesak. Dan
berapa jatuhnya nanti bisa membantu Paman. Kalau membantu saya pastikan
membantu, namun untuk berapanya nanti saya telepon lagi.” jelas Pak Lurah.
“Terima kasih Pak Lurah. Saya sedikit
lega.” kata Paman tak dapat menyembunyikan rasa bahagianya.
“Ayo diminum kopinya nanti keburu
dingin.” tawar Pak Lurah sambil mengambil pisang goreng yang masih hangat.
“I i ya Pak ... ba... ba...baik.” Paman
menjawab sambil mengambil cangkir berisi kopi lalu meminumnya. Tak butuh waktu
lama pisang goreng dan kopi dicangkir pun sudah berpindah tempat. Dengan alasan
mau menawarkan kambing ke Mang Adul Paman berpamitan pada Pak Lurah.
“Saya permisi dulu, takut terlalu lama
mengganggu pekerjaan Bapak dan saya juga mau langsung ke rumah Mang Adul mau
menawarkan kambing saya mudah-mudahan ada rezekinya.” Pamit Paman kandi.
“Sabar ya Paman, terus berdoa tawakal
pada Allah dan tetap berusaha sekemampuan yang kita bisa. Adapun hasilnya kita
serahkan saja pada yang Maha Kuasa.” Keduanya bersalaman saling menguatkan.
Paman bergegas meninggalkan rumah Pak
Lurah kembali berjalan dengan tergesa menuju rumah Mang Adul.
“Assalamualaikum,” Paman mengucap salam
di depan pintu rumah Mang Adul yang tertutup.
“Waalaikum salam.” suara istri Mang Adul
yang menjawab.
“Eh Paman Kandi, mau ke bapak? bapaknya
di belakang lagi memberi makan kambing.” kata istri Mang Adul.
“Oh kalau begitu saya nyusul ke belakang
saja.” pinta Paman sambil melangkah menuju belakang rumah Mang Adul.
Apakah Paman berhasil mendapatkan uang
untuk membayar utang? Apakah Paman dapat menepati janjinya? Bagaimana nasib
Alisa selanjutnya? Penasaran ????? Yu ikuti kelanjutannya bagaimana akhir
cerita ini....
Mohon masukannya
BalasHapus