Jumat, 01 November 2019

MENCARI BANTUAN





Mencari  Bantuan

Keesokan harinya, selesai salat subuh Paman bergegas menemui Pak Lurah. Tak ingin keburu Pak Lurah berangkat, Paman segera menemuinya mau menceritakan masalah dan minta bantuannya.

“Assalamualaikum,” ucap Paman di depan pintu rumah Pak Lurah.

“Waalaikum salam, tunggu sebentar.” Suara Pak Lurah dari dalam.

Tak lama suara kunci dibuka dan terlihat Pak Lurah sendiri yang membuka pintu masih memakai kain dan baju koko.

“Eh Paman Kandi ayo masuk.” kata Pak Lurah sambil mengulurkan tangannya mengajak jabat tangan. Menggandeng Paman Kandi masuk dan menyuruhnya duduk di ruang tamu.

“Ma, buatkan kopi untuk Paman Kandi.” Pak Lurah meminta istrinya untuk membuatkan kopi.

“Ya, sebentar.” terdengar suara Bu Lurah di dapur. Tak berapa lama Bu Lurah sudah membawa baki dengan dua cangkir kopi panas dan pisang goreng hangat.

“Silahkan Paman Kandi, ayo dicicipi pisang goreng dan kopinya.” Bu Lurah mempersilahkan.

“Terima Kasih Bu, maaf ya pagi-pagi sudah merepotkan.” jawab Paman.

“Ah biasa saja tidak merepotkan Paman. Saya kembali ke dapur takut gosong masih menggoreng.” pamit Bu Lurah.

“Oh iya silahkan.” jawab Paman. Setelah ditinggal Bu Lurah. Paman kembali menghadap Pak Lurah.

“Ada apa Paman pagi-pagi sudah ke sini, pasti ada yang penting.” tanya Pak Lurah penasaran.

“Begini Pak...(Paman menceritakan kejadian kemarin dengan teliti). Nah begitu Pak. Jadi maksud saya datang ke sini mau minta bantuan bagaimana menyelesaikan masalah Alisa.” Paman menjelaskan panjang lebar kejadian kemarin.

“Ehmmm saya mengerti maksud Paman. Saya akan catat di buku agenda harian. Saya akan cari tahu dulu ke bendahara berapa uang kas yang ada. Berapa yang aman dan berapa yang dipakai mendesak. Dan berapa jatuhnya nanti bisa membantu Paman. Kalau membantu saya pastikan membantu, namun untuk berapanya nanti saya telepon lagi.” jelas Pak Lurah.

“Terima kasih Pak Lurah. Saya sedikit lega.” kata Paman tak dapat menyembunyikan rasa bahagianya.

“Ayo diminum kopinya nanti keburu dingin.” tawar Pak Lurah sambil mengambil pisang goreng yang masih hangat.

“I i ya Pak ... ba... ba...baik.” Paman menjawab sambil mengambil cangkir berisi kopi lalu meminumnya. Tak butuh waktu lama pisang goreng dan kopi dicangkir pun sudah berpindah tempat. Dengan alasan mau menawarkan kambing ke Mang Adul Paman berpamitan pada Pak Lurah.

“Saya permisi dulu, takut terlalu lama mengganggu pekerjaan Bapak dan saya juga mau langsung ke rumah Mang Adul mau menawarkan kambing saya mudah-mudahan ada rezekinya.” Pamit Paman kandi.

“Sabar ya Paman, terus berdoa tawakal pada Allah dan tetap berusaha sekemampuan yang kita bisa. Adapun hasilnya kita serahkan saja pada yang Maha Kuasa.” Keduanya bersalaman saling menguatkan.

Paman bergegas meninggalkan rumah Pak Lurah kembali berjalan dengan tergesa menuju rumah Mang Adul.

“Assalamualaikum,” Paman mengucap salam di depan pintu rumah Mang Adul yang tertutup.

“Waalaikum salam.” suara istri Mang Adul yang menjawab.

“Eh Paman Kandi, mau ke bapak? bapaknya di belakang lagi memberi makan kambing.” kata istri Mang Adul.

“Oh kalau begitu saya nyusul ke belakang saja.” pinta Paman sambil melangkah menuju belakang rumah Mang Adul.

Apakah Paman berhasil mendapatkan uang untuk membayar utang? Apakah Paman dapat menepati janjinya? Bagaimana nasib Alisa selanjutnya? Penasaran ????? Yu ikuti kelanjutannya bagaimana akhir cerita ini....


1 komentar:

”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?”

  ”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?” (Part 2 tamat) Seminggu telah berlalu. Peserta didik kelas delapan kini kembali bertemu. Mereka memb...