Rabu, 14 April 2021

Sirop

 


SIROP

MARJAN CINEMATICUNIVERSE

 

Ramadan tahun ini aku ingin mewujudkan beberapa rencana. Rencana yang ku susun tahun ini adalah khatam Al Quran selama bulan Ramadan, hapal Surat Al Muzammil sebanyak 20 ayat, menabung minimal Rp 100 ribu untuk sodaqah di Hari Raya Idul Fitri pada sepuluh orang anak yatim, dan terus bisa berbagi cerita pengalaman di bulan Ramadan ini, selama sebulan penuh untuk teman-teman yang senang membaca dimana pun berada.

 

“Hai sedang menulis apa cantik serius amat sampai kening mu berkerut begitu heh?” Aku tak mendengar ayah masuk, tiba-tiba sudah berada di belakang ku, mengusap rambutku dan menyelipkannya ke belakang telingaku.

“Nggak kok Yah, Cuma sedang bercerita aja.” Jawabku sambil secara spontan menutup buku diariku.

“Cerita apa sih kok langsung ditutup, memangnya Ayah tidak boleh tahu ya?” Tanya Ayah penasaran.

“Masih rahasia nanti kalau sudah tercapai baru deh Kakak cerita pada semuanya.” Kataku sambil menatap mata Ayah minta pengertian.

“Sebenarnya penasaran sih, tapi oke deh Ayah tunggu sampai Kakak mau cerita.” Kata Ayah sambil mengedikkan kedua bahunya sebagai tanda pasrah.

“Tapi sekarang ceritanya tunda dulu ya, bantu Bunda dulu menyiapkan untuk berbuka.” lanjut Ayah sambil kembali mengusap rambutku dan kembali keluar kamar.

Aku memberi tanda pada halaman buku harianku dengan pita yang ada pada buku, lalu menyimpannya kembali di rak meja belajar. Kemudian menyusul Ayah ke dapur membantu Bunda menyiapkan untuk berbuka.

 

“Kak Ais, antar ke depan yu, adik mau beli sirop untuk berbuka.” Ahmad mendekatiku minta diantar membeli sirop. Ya aku di keluarga suka dipanggil Kak Ais mengikuti panggilan Adik Ahmad, sangat jarang dipanggil lengkap dengan nama Alisyia Putri Iskandar. Sedangkan teman-teman sekolah suka memanggilku Alis. Berbeda dari semuanya kalau nenek dari pihak Ayah suka memanggilku dengan Putri dan Putra untuk Ahmad katanya lebih mudah.

“Ah kaya yang saum saja, memang masih saum?” kataku sedikit meledek sambil menata gelas di meja makan.

“Saum Kak tadi buka jam 12.00, terus saum lagi sampai sekarang belum berbuka lagi mau nunggu sampai magrib. Makanya mau sirop, tadi teman-teman juga pada beli kayanya seger.” Adik Ahmad memegang tanganku dengan tatapan memohon agar permintaannya dikabulkan.

“Dik dengerin yah!” Aku mendudukan Adik Ahmad di kursi makan, lalu aku pun duduk dan melanjutkan pembicaraan.

“Rosulullah mensunahkan untuk mensegerakan berbuka bila sudah waktunya, berbuka dengan yang manis-manis tapi bukan manis buatan, maka lebih utama dengan kurma dan jumlahnya ganjil. Nah kalau sirop manis buatan atau manis alami?” tanyaku pada Ahmad.

“Manis buatan.” Jawab Adikku secara sepontan.

“Nah itu Adik tahu, Sudah pinter itu.” Kataku memuji.

“Nah sekarang Adik dalam puasa ini mau dapat laparnya atau mau dapat berkahnya?” Tanyaku kembali.

“Yah mau dapat berkahnya dong.” jawab adikku lagi dengan manja.  

“Kalau mau dapat berkahnya berarti saumnya harus sesuai dengan petunjuk yang dicontohkan oleh Rosulullah. Jangan hanya menahan lapar saja, begitu berbuka seperti balas dendam memakan semua yang diinginkan, tanpa mempertimbangkan kadar asupan dan jumlah yang dibutuhkan.” lanjutku menerangkan.

 

“Bagaimana, masih mau sirop?” Tanyaku sambil menatap Adikku.

“Tidak usah Kak, sop buah buatan Bunda juga cukup.” Kata Adikku sambil tersenyum.

“Ehem” Ayah mendekati meja makan sambil membawa sambel kacang yang tadi dibuatnya untuk teman karoket. Lalu mengacungkan jempol padaku sambil menatapku dan tersenyum.

“Supaya tidak penasaran, nanti deh pulang taraweh dari Masjid Kakak belikan sirop, lalu Adik bandingkan rasanya dengan sop buah buatan Bunda enak yang mana?” Kataku sambil melanjutkan kembali menata meja.

Aku menyiapkan air putih, menuangkan sop buah ke mangkuk kecil tak ketinggalan kurma dan karoket lengkap dengan sambal kacangnya paporitku.

 

Ibu membawa pisang goreng uli yang masih hangat dan menyimpannya di meja makan. Tak lama terdengar suara azan dari Masjid komplek.

“Alhamdulillah akhirnya sampai waktunya berbuka, ayo semuanya berdoa dulu” Ayah memimpin doa yang diaminkan oleh semuanya. Dan kami pun berbuka bersama.

 

#KMP4diarpus

#KMP2021

#abadidalamfiksi

#NyiHeni

#OneDayOnePost

 


1 komentar:

”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?”

  ”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?” (Part 2 tamat) Seminggu telah berlalu. Peserta didik kelas delapan kini kembali bertemu. Mereka memb...