Bab 5 Putusnya Pertunangan (Lanjutan)
Mendapat pertanyaan seperti itu keduanya terdiam bingung bagaimana
menjelaskannya. Wajahnya tegang, keduanya saling tatap meminta bantuan
penjelasan. Untuk beberapa saat keduanya hanya bisa membisu tanpa mampu mengeluarkan
suara.
“Hai
mengapa kau tak menjawab pertanyaanku apakah Sherina baik-baik saja” Ibu
Valerina mengulangi pertanyaannya pada kedua calon besannya itu.
“Se..se..sebenarnya em emmm…” Ibu Melani
tergagap suaranya tak jelas keluar.
“Hai sebenarnya ada apa ini kalian
jangan membuatku khawatir, Sherina tidak apa-apakan?” Tanya Ibu Valerina kembali
sudah tak sabar ingin tahu apa yang terjadi.
“Sebenarnya kami kesini tadi dengan
Sherina, tapi Sherina tidak lama, dia kembali lagi ke Jakarta karena harus
mengusur surat-surat. Dia mendapatkan surat panggilan untuk belajar mode di
Paris yang selama ini ditunggu-tunggunya. Baru kemarin dia mendapatkan suratnya
dan dia bermaksud mau mengambil kesempatan ini untuk belajar di Paris.” Jelas
Pak Anggoro.
“Berapa lama dia disana?” Tanya Ibu
Valerina sambil menatap kedua calon besannya itu.
“Kontraknya dua tahun, dan selama dalam
masa pendidikan tidak boleh menikah. Itu salah satu sarat yang ada dalam
kontraknya.” Jelas Ibu Melani menambahkan.
“Terus bagaimana dengan pertunangannya?”
Tanya Ibu Valerina lagi.
“Nah itu, Aku juga merasa tidak enak
hati sementara keadaan Varis belum siuman, terus Sherinanya malah mau pergi,
lama lagi, mungkin untuk sementara hubungannya putus dulu, entah kedepannya mau
bagaimana terserah mereka.” Pak Anggoro Pamungkas menjelaskan.
“Maksudnya pertunangan mereka dibatalkan
begitu?” Tanya Ibu Valerina tidak yakin.
“Ya mau bagaimana lagi, sebenarnya aku
merasa sungkan membicarakan ini padamu. Keluargamu terlalu baik pada kami.
Bantuan pada perusahaan pun tidak sedikit. Perlakuan mu pada Sherina juga
seperti pada anak sendiri. Tapi aku tidak tahu harus berbuat apa? Sherina
berkeras mau mengambil pendidikannya di Paris. Daripada pertunangan ini jadi
beban bagi keduannya. Mungkin sebaiknya dibatalkan saja. Varis sedang sakit
lebih baik pokus pada kesembuhannya, dan Sherina juga mau belajar biarkan dia
pokus dengan cita-citanya dulu.” Pak Anggoro menjelaskan dengan Panjang lebar.
Ibu Valerina hanya
menunduk, tak dapat menanggapi perkataan Pak Anggoro lagi. Dirinya terlalu shok
mendengar penjelasan Pak Anggoro. Hatinya terlalu sakit tak menyangka akan
seperti ini akhir dari pertunangan anaknya. Air matanya luruh mengalir tak
terbendung. Bahunya bergetar menahan isak yang menyayat. Telapak tangannya
menutup wajahnya mengusap air mata pilu.
Ibu Melani pindah
mendekati Ibu Valerina merangkul tubuhnya dan keduanya menangis menumpahkan
rasa dalam dada yang terasa sesak. Keduanya berpelukan dengan isak yang
tertahan, Dua ibu paruh baya itu menangis pilu kehilangan asa yang telah
dirajut, kehilangan cita yang ingin diraih. Dan keduanya merasa tak kuasa untuk
merubah semuanya.
Untuk beberapa saat tak
ada kata yang terdengar. Pak Angoro pun seakan kehilangan kata-katanya. Dia
hanya menunduk seakan menghitung garis lantai dihadapannya. Kedua ibu paruh
baya dihadapannya masih saling berpelukan. Keduanya saling menenangkan dua hati
yang tersakiti mencoba saling mengobati dan menyemangati dengan elusan kembut
tangan keduanya di Pundak yang berlawanan.
“Ehmm,
Suara lenguhan dari
arah tempat tidur menyadarkan semuanya untuk melihat. Kedua ibu paruh baya itu
merenggangkan pelukannya. Keduanya bergegas menghapus sisa-sisa air mata dan
merapikan tampilannya yang kusut akibat menangis tadi. Semuanya merempak mendekati
tempat tidur yang ditempati Varis sedang berbaring lemah.
mohon masukannya agar ada perbaikan kedepannya
BalasHapus