Selasa, 01 Februari 2022

Bab 5 Putusnya Pertunangan

 

See the source image



Bab 5 Putusnya Pertunangan

Sementara itu di Rumah Sakit,  Varis Atma Wijaya yang masih terbaring dengan selang infus yang menggantung. Ya CEO tampan pujaan para wanita ini masih terbaring lemah tak berdaya. Tapi perlahan kesadarannya mulai kembali, ia bermaksud membuka mata, tapi kembali menutup rapat matanya tatkala mendengar percakapan orang-orang yang duduk di sopa yang ada di ruangannya.

 “Pa, Ma, ayolah izinkan aku pergi, nggak mungkin kan aku mengabaikan panggilan belajar mode di Paris yang selama ini aku cita-citakan. Selama dua tahun aku menunggu panggilan untuk sekolah disana, masa sekarang sudah ditangan mau diabaikan begitu saja.”  Rengek Sherina Anggraeni Pamungkas.

Sherina Anggraeni Pamungkas adalah tunangan Varis Atma Wijaya. Mereka sudah bertunangan selama dua tahun. Sebenarnya saat mereka bertunangan baru satu tahun Varis mengajak Sherina untuk menikah, tapi Sherina belum mau menikah dengan alasan masih mau berkarir di dunia mode yang baru mengangkat namanya menjadi popular.

“Tapi bagaimana dengan tunangan mu yang masih sakit dan belum sadar, dia perlu perawatan dan perhatian dari orang-orang yang dicintainya.” Tanya Melani Pamungkas mamanya Sherina.

“Kan banyak dokter, banyak perawat minta mereka untuk merawatnya secara khusus dengan bayaran tinggi, mereka pasti mau. Lagian nggak mungkin kan aku menghabiskan waktu untuk terus merawatnya. Mana bisa aku merawat orang cacat berbulan-bulan.” Jawab Sherina pada orang tuanya.

“Hus jangan bilang begitu, yang sakit itu tunanganmu kamu harus menghargainya.” Tukas Pak Anggoro Pamungkas Papanya Sherina.

“Iya aku tahu itu tunanganku, tapi aku tidak mau mengorbankan impianku menjadi model dunia hanya gara-gara tunanganku yang sakit atau lebih baik batalkan saja pertunangannya?” Pinta Sherina pada kedua orang tuanya.

“Tapi bagaimana dengan perusahaan papa? selama ini keluarga Varis yang banyak membantu dan Varis sangat baik memperlakukan keluarga kita” Tanya Pak Anggoro.

“Ya terserah papa mau bagaimana, pokoknya aku mau pergi ke Paris mengejar cita-citaku.” Sambil mengedikakan kedua bahunya, lalu Sherina mengambil tas selempang yang ada di sopa dan berdiri.

“Aku pulang dulu mau melengkapi dokumen keberangkatan ke Paris yang harus diproses.” Katanya sambal melangkah mendekati pintu kamar rawat tanpa sedikit pun melirik ke Varis yang sedang terbaring.

Kedua orang tua paruh baya itu hanya bisa saling tatap tanpa bisa mencegah keberangkatan putrinya. Dalam pikirannya berkecamuk bagaimana cara memutuskan pertunangan anaknya. Dia terlalu segan dengan kebaikan dan keramah tamahan keluarga Varis. Hubungan kedua keluarga selama ini terjalin dengan baik. Demikian juga dengan kerja sama perusahannya. Terlalu banyak kebaikan yang dia terima dari keluarga Varis. Tapi mau bagaimana anaknya malah memilih pergi dan tak mau melanjutkan pertunangannya.

Hening beberapa saat setelah kepergian Sherina, pecah dengan suara salam dari Bu Valerina Atma Wijaya yang baru datang. Sambil menjawab salam kedua orang paruh baya itu melirik melihat kearah pintu yang terbuka.

“Varen kamu datang?” Ibu Melani mendekati pintu dan memeluk Valerina. Keduanya berpelukan dan melelehkan air mata, menuntaskan rindu dan kesedihan dengan cobaan yang menimpa. Ibu Melani mengusap-usap punggung Ibu Valerina memberi kekuatan dan semangat.

Setelah beberapa saat keduanya merenggangkan pelukan. Ibu Valerina menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada sambal mengangguk dihadapan Pak Anggoro Pamungkas sebagai ungkapan salamnya. Dan dibalas oleh Pak Anggoro dengan perlakuan yang sama. Lalu keduanya duduk berhadapan. Disusul Bu Melani yang membantu memindahkan bawaan Bu Valerina dan duduk disamping suaminya.

“Sudah lama disini?” Tanya Bu Valerina pada tamunya.

“Emmhh mungkin ada sekitar tiga puluh menit yang lalu” Jawab Bu Melani.

“Oh maaf menunggu lama, tadi belanja dulu karena kemarin kesini tanpa persiapan apa-apa. Langsung dari Beijing tidak mampir dulu ke rumah. Jadi yah banyak yang diperlukan dan harus dibeli. Eh ngomong-ngomong dimana Sherin?” Tanya Bu Valerina kepada kedua tamunya.

Mendapat pertanyaan seperti itu keduanya terdiam bingung bagaimana menjelaskannya. Wajahnya tegang, keduanya saling tatap meminta bantuan penjelasan. Untuk beberapa saat keduanya hanya bisa membisu tanpa mampu mengeluarkan suara.

1 komentar:

”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?”

  ”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?” (Part 2 tamat) Seminggu telah berlalu. Peserta didik kelas delapan kini kembali bertemu. Mereka memb...