Sabtu, 12 Februari 2022

Bab 7 Mencari Tahu (lanjutan)



Bab 7 Mencari Tahu (lanjutan)

“Oh emmh” Kerutan di wajah dokter Zaisal mengurai. Raut wajah cerah kembali tampak, tanda mengerti dengan permasalahan yang dihadapi dan diinginkan sahabatnya.

Perbincangan pun terhenti sementara, karena pelayan menghampiri menyajikan makanan pesanan mereka. Tak berapa lama Alisya datang dan bergabung makan bersama.  Sekali-kali terdengar tawa yang diselingi canda terdengar dari obrolan mereka.

                Setelah semuanya menyelesaikan makannya,  Ibu Valerina kembali bertanya.

“Kembali pada pembicaraan awal jadi bagaimana?” Tanyanya tidak sabar menunggu jawaban dokter Zaisal. Alisya menatap keduanya bergantian tak mengerti dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Valerina.

“Kita bicarakan di ruanganku, sekalian Alisya juga belum tahu yang tadi diceritakan.” Ajaknya lalu ketiganya keluar dari Kantin menuju ruangan dokter Zaisal setelah membayar makanan yang mereka makan.

Setibanya di ruang dokter Zaisal mereka duduk melingkar dengan terhalang meja yang berada di tengah.

“Duduklah buat dirimu nyaman.” pinta dokter Zaisal pada Valerina temannya. Sepasang suami istri dan sahabatnya itu duduk di sopa yang ada di ruang dokter Zaisal.

Dokter Zaisal menceritakan ulang apa yang tadi diceritakan oleh Valerina padanya mengenai apa yang dilihatnya tadi pagi pada istrinya.

“Eh iya aku ngerti” Alisya mengangguk tanda mengerti apa yang dibicarakan. “Dan aku pun tahu bagaimana sikap Varis terhadap dokter lain dan perawat.” Tambahnya.

“Jadi bagaimana? kau tahu kan siapa gadis itu dan dimana rumahnya?” Valerina bertanya lagi tak sabar ingin tahu mengenai gadis itu.

DokterZaisal menarik napas berat, lalumenghembuskannya perlahan. Kemuadian mendehen menetralkan tenggorokannya yang terasa kering, sebelum bercerita.

“Sebenarnya si Hera ini sekarang jadi anak angkatku. Dia sekarang diam di rumahku, karena semua keluarganya sudah meninggal, terakhir neneknya meninggal seminggu yang lalu. Asal kau tahu dia yang menolong putramu si Varis saat kecelakaan Helikopter itu. Dan neneknya menjadi korban yang tertimpa reruntuhan kecelakaan itu. Namun dia memintaku untuk tidak memberitahu siapa pun mengenai dia yang menolong korban kecelakaan itu. Dia tidak ingin jadi pusat perhatian. Dia tak nyaman bila wartawan mengejarnya untuk mencari berita. Jadi aku pun berharap padamu tidak menceritakan lagi pada siapapun mengenai hal ini. Demi menjaga keamanan dan kenyamanan dia.” Pinta dokter Zaisal sambil menatap sahabatnya itu untuk menyakinkan.

“Ehmmm kasian sekali anak itu, aku akan tanggung jawab memberikan konvensasi atas kerugian akibat kecelakaan itu. Ya aku tidak akan menceritakannya lagi pada siapa pun, aku janji.” Ujar Valerina dengan berkaca-kaca menahan kesedihan dan merasa prihatin atas keadaan gadis itu.

“Anak itu tidak memikirkan hartanya yang hilang. Dia hanya terpukul dengan keadaannya yang sendiri, karena tidak ada lagi sanak saudara yang dia punya. Baik dipihak ayah maupun dipihak ibu, dia tidak tahu riwayat keluarganya. Makanya kami memintanya untuk tinggal di rumah kami dan mengangkatnya anak.” Jelas dokter Alisya menimpali.

“Mendengar ceritamu sepertinya gadis itu baik sekali. Rela menolong tanpa memikirkan keadaannya sendiri. Boleh aku bertemu dengannya? Aku ingin meminta maaf dan mengucapkan turut berbela sungkawa atas meninggal neneknya. Sampaikan permintaan maafku juga permohonanku. Mudah-mudahan dia mau bertemu denganku, aku ingin meminta maaf langsung padanya.” Tanya Valerina tak yakin.

“Padanya aku merasa seperti pada anak kandung saja. Apalagi kami tidak punya anak. Dulu waktu masih di Jakarta dia sering dibawa main oleh ayah dan ibunya. Dia selalu menyebutku Om dokter. Masih terdengar dia memanggilku doktel dengan mulut mungilnya yang belum bisa menyebut “R”. Dokter Zaisal terkekeh mengingat Hera diwaktu kecil.

“Sebenarnya aku masih ingin mengobrol disini. Banyak hal yang ingin aku tanyakan. Tapi Varis di ruangan sendirian, khawatir dia memerlukan sesuatu dan tak dapat menjangkaunya. Lain waktu kita ngobrol lagi, jangan bosan kau ngobrol denganku.” Pinta Valerina pada pasangan suami istri itu.

“Oh baiklah nanti akan aku coba ceritakan dan menyampaikan permintaanmu untuk bertemu langsung,  mudah-mudahan dia mau. Mudah-mudahan dia siap untuk mengingat kembali kejadian saat kehilangan neneknya yang sangat dia cintai. Mengenai hasilnya tapi aku tidak mau janji, semuanya terserah pada keputusan dia.” Tegas dokter Zaisal.

“Ya aku tunggu kabarnya, mudah-mudahan ada kabar baik. Oh iya terlalu lama meninggalkan si Varis aku pamit dulu. Terima kasih atas informasi dan bantuannya. Aku tunggu kabar selanjutnya.” Valerina beranjak dari duduknya keluar dari ruangan dokter Zaisal kembali menuju ruang rawat Varis, yang diantar oleh pasangan suami istri itu sampai pintu depan.

 

 

1 komentar:

”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?”

  ”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?” (Part 2 tamat) Seminggu telah berlalu. Peserta didik kelas delapan kini kembali bertemu. Mereka memb...