Bab 7 Mencari Tahu (lanjutan)
“Oh
emmh” Kerutan di wajah dokter Zaisal mengurai. Raut wajah cerah kembali tampak,
tanda mengerti dengan permasalahan yang dihadapi dan diinginkan sahabatnya.
Perbincangan
pun terhenti sementara, karena pelayan menghampiri menyajikan makanan pesanan
mereka. Tak berapa lama Alisya datang dan bergabung makan bersama. Sekali-kali terdengar tawa yang diselingi
canda terdengar dari obrolan mereka.
Setelah
semuanya menyelesaikan makannya, Ibu
Valerina kembali bertanya.
“Kembali
pada pembicaraan awal jadi bagaimana?” Tanyanya tidak sabar menunggu jawaban
dokter Zaisal. Alisya menatap keduanya bergantian tak mengerti dengan
pertanyaan yang dilontarkan oleh Valerina.
“Kita
bicarakan di ruanganku, sekalian Alisya juga belum tahu yang tadi diceritakan.”
Ajaknya lalu ketiganya keluar dari Kantin menuju ruangan dokter Zaisal setelah
membayar makanan yang mereka makan.
Setibanya
di ruang dokter Zaisal mereka duduk melingkar dengan terhalang meja yang berada
di tengah.
“Duduklah
buat dirimu nyaman.” pinta dokter Zaisal pada Valerina temannya. Sepasang suami
istri dan sahabatnya itu duduk di sopa yang ada di ruang dokter Zaisal.
Dokter
Zaisal menceritakan ulang apa yang tadi diceritakan oleh Valerina padanya
mengenai apa yang dilihatnya tadi pagi pada istrinya.
“Eh
iya aku ngerti” Alisya mengangguk tanda mengerti apa yang dibicarakan. “Dan aku
pun tahu bagaimana sikap Varis terhadap dokter lain dan perawat.” Tambahnya.
“Jadi
bagaimana? kau tahu kan siapa gadis itu dan dimana rumahnya?” Valerina bertanya
lagi tak sabar ingin tahu mengenai gadis itu.
DokterZaisal
menarik napas berat, lalumenghembuskannya perlahan. Kemuadian mendehen
menetralkan tenggorokannya yang terasa kering, sebelum bercerita.
“Sebenarnya
si Hera ini sekarang jadi anak angkatku. Dia sekarang diam di rumahku, karena
semua keluarganya sudah meninggal, terakhir neneknya meninggal seminggu yang
lalu. Asal kau tahu dia yang menolong putramu si Varis saat kecelakaan
Helikopter itu. Dan neneknya menjadi korban yang tertimpa reruntuhan kecelakaan
itu. Namun dia memintaku untuk tidak memberitahu siapa pun mengenai dia yang
menolong korban kecelakaan itu. Dia tidak ingin jadi pusat perhatian. Dia tak
nyaman bila wartawan mengejarnya untuk mencari berita. Jadi aku pun berharap
padamu tidak menceritakan lagi pada siapapun mengenai hal ini. Demi menjaga
keamanan dan kenyamanan dia.” Pinta dokter Zaisal sambil menatap sahabatnya itu
untuk menyakinkan.
“Ehmmm
kasian sekali anak itu, aku akan tanggung jawab memberikan konvensasi atas
kerugian akibat kecelakaan itu. Ya aku tidak akan menceritakannya lagi pada
siapa pun, aku janji.” Ujar Valerina dengan berkaca-kaca menahan kesedihan dan
merasa prihatin atas keadaan gadis itu.
“Anak
itu tidak memikirkan hartanya yang hilang. Dia hanya terpukul dengan keadaannya
yang sendiri, karena tidak ada lagi sanak saudara yang dia punya. Baik dipihak
ayah maupun dipihak ibu, dia tidak tahu riwayat keluarganya. Makanya kami memintanya
untuk tinggal di rumah kami dan mengangkatnya anak.” Jelas dokter Alisya
menimpali.
“Mendengar
ceritamu sepertinya gadis itu baik sekali. Rela menolong tanpa memikirkan
keadaannya sendiri. Boleh aku bertemu dengannya? Aku ingin meminta maaf dan
mengucapkan turut berbela sungkawa atas meninggal neneknya. Sampaikan
permintaan maafku juga permohonanku. Mudah-mudahan dia mau bertemu denganku,
aku ingin meminta maaf langsung padanya.” Tanya Valerina tak yakin.
“Padanya
aku merasa seperti pada anak kandung saja. Apalagi kami tidak punya anak. Dulu
waktu masih di Jakarta dia sering dibawa main oleh ayah dan ibunya. Dia selalu
menyebutku Om dokter. Masih terdengar dia memanggilku doktel dengan mulut mungilnya
yang belum bisa menyebut “R”. Dokter Zaisal terkekeh mengingat Hera diwaktu
kecil.
“Sebenarnya
aku masih ingin mengobrol disini. Banyak hal yang ingin aku tanyakan. Tapi
Varis di ruangan sendirian, khawatir dia memerlukan sesuatu dan tak dapat
menjangkaunya. Lain waktu kita ngobrol lagi, jangan bosan kau ngobrol denganku.”
Pinta Valerina pada pasangan suami istri itu.
“Oh
baiklah nanti akan aku coba ceritakan dan menyampaikan permintaanmu untuk
bertemu langsung, mudah-mudahan dia mau.
Mudah-mudahan dia siap untuk mengingat kembali kejadian saat kehilangan
neneknya yang sangat dia cintai. Mengenai hasilnya tapi aku tidak mau janji,
semuanya terserah pada keputusan dia.” Tegas dokter Zaisal.
“Ya aku tunggu kabarnya, mudah-mudahan ada kabar baik. Oh iya terlalu lama meninggalkan si Varis aku pamit dulu. Terima kasih atas informasi dan bantuannya. Aku tunggu kabar selanjutnya.” Valerina beranjak dari duduknya keluar dari ruangan dokter Zaisal kembali menuju ruang rawat Varis, yang diantar oleh pasangan suami istri itu sampai pintu depan.
Mohon masukakannya
BalasHapus