Bab 7 Mencari Tahu
Aku
“Assalamualaikum,
Dok mau minta waktu mau
konsultasi mengenai Varis.”
Setelah
lama belum ada tanda-tanda WA nya dibaca. Ibu Veleria menyimpan kembali
teleponnya di atas meja. Lalu merebahkan badannya di sopa tak lama dia pun tertidur.
***
Setelah salat duhur dan menyuapi Varis makan siang. Ibu
Valerina pamit pada Varis mau menghadap pada dokter Zaisal.
“Ris,
Bunda ke kantin dulu yah tadi sudah janjian sama dokter Zaisal ada sesuatu yang
ingin Bunda tanyakan.” Pamit Bunda sambil berjalan keluar. Menutup pintu
kembali dan terus berjalan menuju kantin.
Sesampainya
di Kantin, penglihatannya menyisir mencari keberadaan dokter Zaisal. Tak lama dia
menemukan lambaian tangan dokter Zaisal yang duduk dekat jendela.
“Assalamualaikum,
sudah lama Sal?” Salam dan tanyanya lalu duduk di kursi yang sudah digeser oleh
dokter Zaisal.
“Waalaikum
salam, baru sampai juga.” Jawab dokter Zaisal sambil duduk kembali. Lalu
mengangkat tangannya memanggil pelayan kantin.
“Val,
mau pesen apa?” Tanya dokter Zaisal pada Ibu Valerina.
“Kayanya,
sop daging, nasi putih, kerupuk sama jus alpukat deh.” Pesan Ibu Valerina.
“Nasi
putih 2, soto ayam 1, lotek 1, gurame asam manis 1, jeruk hangat 1, es jeruk 1
tambah kerupuk.” Pinta dokter Zaisal pada pelayan.
Setelah
mengulang membacakan pesanan pelayan pun pergi meninggalkan mereka berdua.
“Alisya
tidak dinas?” Tanya Valerina pada dokter Zaisal sambil menatapnya.
“Dinas,
sebentar lagi nyusul ke sini, tadi masih menulis laporan setelah operasi.”
Jawabnya. Karena merasa kegerahan dokter Zaisal membuka stelli lalu
menyampirkannya di sandaran kursi yang didudukinya.
“Eh
Sal, aku mau tanya yang tadi pagi menyuapi Varis makan siapa?” Tanya Valerina
tak sabar. Dirinya ingin segera tahu siapa anak gadis itu.
“Aku,
eh sebentar eemmm si Hera ya si Hera,” sambil agak berpikir mengingat kejadian
tadi pagi dokter Zaisal menjawab pertanyaan ibu Valerina.
“Oh
iya dia tadi mau pamitan ke istriku, karena istriku sedang sibuk dan aku di
telpon tidak diangkat karena aku lupa telponku ada diruanganku, sedangkan
akunya ada di ruang rawat si Varis, jadi menyuruh Si Hera untuk menyusul ke
ruangan rawat inap dan menyuruhku untuk segera ke ruang operasi karena keadaan
darurat, terus ya aku suruh si Hera untuk menyuapi makan si Varis dan buru-buru
ke ruang operasi.” lanjutnya menjelaskan.
“Oh
iya saya baru keluar dari ruang operasi dan buka Hp ada WA dari kamu jadi
langsung aja ajak kesini sambil makan. Memangnya ada apa? Apa si Varis tidak
mau makan?” Tanya dokter Zaisal heran.
“Kamu
tahu dimana rumahnya gadis itu?” TanyaValerina penuh harap.
“Ya
aku tahu siapa dan dimana rumah gadis itu, memangnya ada apa? mengapa kamu
ingin tahu tentang gadis itu?” Tanya dokter Zaisal random. Wajahnya agak
berkerut heran dengan pertanyaan teman SMA nya ini.
“Ehm
tadi pagi, aku melihat kamu keluar dari ruangan rawat Varis, kamu terlihat
tergesa-gesa. Tadinya aku mau masuk siapa tahu anakku belum makan. Tapi aku
menghentikan langkahku saat melihat seorang gadis sedang menyuapi anakku. Aku
kembali dan duduk dibangku di luar kamar
rawat. Sesekali aku melihat sambil berjaga-jaga kalau-kalau anakku
berbuat kasar atau mengeluarkan kata-kata kasar. Aku heran dan sekaligus
gembira terhadap sikap anakku pada gadis itu, tidak seperti pada perawat atau
dokter lainnya. Kalau bisa aku mau meminta gadis itu untuk membantu merawat
anakku.” Dengan berbinar Valerina menceritakan yang dilihatnya. Dan dengan penuh harap menginginkan gadis itu
dapat membantu menyelesaikan masalahnya.
“Oh
emmh” Kerutan di wajah dokter Zaisal mengurai. Raut wajah cerah kembali tampak,
tanda mengerti dengan permasalahan yang dihadapi dan diinginkan sahabatnya.
Perbincangan
pun terhenti sementara, karena pelayan menghampiri menyajikan makanan pesanan
mereka. Tak berapa lama Alisya datang dan bergabung makan bersama. Sekali-kali terdengar tawa yang diselingi
canda terdengar dari obrolan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar