Sabtu, 19 Februari 2022

Bab 9 Pertemuan (lanjutan)


 

Bab 9 Pertemuan (lanjutan)

 

Dokter Zaisal memberikan tisu pada Hera lalu mengelus punggung Hera dan memeluknya menyalurkan kekuatan agar Hera tetap tegar dan kuat melalui semuanya. Demikian juga dokter Alisya memberikan tisu pada Ibu Valerina dan memeluknya dari samping memberi dukungan agar bersabar menghadapinya. 

Setelah agak lama menumpahkan sesak dalam dada karena sedih, Ibu Valerina melanjutkan lagi pembicaraannya.

“Nak boleh ibu minta tolong kembali?” Tanyanya dengan ragu, tatapannya tak lepas penuh harap pada netra Hera. Tangannya dengan erat menggenggam tangan Hera.

“Ibu ingin minta tolong apa? In Sya Allah kalau Hera bisa akan Hera kabulkan.” Hera balik bertanya tak tega melihat tatapan si Ibu yang menghiba penuh damba.

Valerina tak langsung berbicara. Tatapan mata yang penuh dengan air mata kini beralih pada dokter Zaisal seakan meminta izin. Setelah yang ditatap menganggukkan kepalanya, tatapannya kini beralih pada dokter Alisya. Dokter Alisya pun memberikan anggukan, sama seperti yang dokter Zaisal lakukan.

Setelah mendapat anggukan kepala dari keduanya, seakan mendapat kekuatan Ibu Valerina kembali membuka mulut dan berkata.

“Sebenarnya setelah mendengar kisah kamu yang menolong putraku. Juga nenekmu yang menjadi korban. Ibu malu untuk meminta tolong kembali padamu. Rasanya terlalu banyak hutang budi padamu. Tapi... setelah menjalani perawatan selama sebulan terus menerus. Ibu mulai penat. Badan ibu terasa sakit. Apalagi kalau mencium bau obat. Kepala ibu rasanya pusing. Tak enak makan. Mungkin karena sudah tua. Badan Ibu Tak sekuat dulu lagi. Tak ada yang dapat menggantikan merawat Varis. Jadi...”  Ibu Valerina tak melanjutkan bicaranya.

Keraguan tampak dari sorot matanya. Tangannya gemetar terasa dingin dirasa dalam genggaman Hera. Dan genggamannya semakin kuat menahan air bening yang kembali bergelantung dibibir matanya.

Hera mengelus punggung tangan Ibu Valerina. Sesekali tangan kirinya mengusap air mata yang lolos dipipi halus Ibu Valerina.

“Jadi...” Hera masih menatap Ibu Valerina memberi kekuatan dan semangat juga harapan.

“Jadi...Ibu mohon Nak Hera mau membantu Ibu merawat Varis. Bukan Ibu tak mau merawat Varis. Cuma kalau terus-menerus badan ibu tak tahan. Jangan-jangan nanti malah sakit semua.” Tatapan mata Ibu Valerina tak lepas menatap wajah Hera. Demikian juga dengan tangannya semakin erat dan digoyang-goyangkan meminta bantuan. Seakan mau bersujud dan mencium tangan Hera, Ibu Valerina membungkukkan badannya.

Masih menggenggam tangan Ibu Valerina. Hera beranjak mendekati Ibu Valerina lalu merangkul Ibu itu dengan kasih. Sambil mengusap-ngusap punggung badannya dengan lembut.

“In Sya Allah Bu akan Hera bantu. Semoga Hera dapat membantunya. Dengan senang hati pasti akan Hera bantu.” Jawabnya meyakinkan.

“Terima kasih Nak.” Dengan senyum sumringah Ibu Valerina kembali memeluk Hera dengan perasaan lega dan merasa beban yang menghimpit didadanya seakan berkurang.

“Alhamdulillah.”

“Alhamdulillah.” dokter Zaisal dan dokter Alisya hampir bersamaan mengucap alhamdulillah.

“Akhirnya ada solusi dari permasalahan yang dihadapi.” dokter Zaisal melanjutkan.

“Ayo minum dulu” Dokter Alisya memberikan gelas air minum pada Ibu Valerina. Dan diterima oleh Ibu Valerina lalu meminumnya beberapa tegukan. Kemudian menyimpannya kembali ditempat semula.

Hera pun mengambil air minumnya lalu meneguknya beberapa tegukan setelahnya membaca doa. Setelah kerongkongannya basah dan memberikan kesegaran kembali. Hera membaca alhamdulillah lalu menyimpan kembali gelas dalam genggamannya di atas meja yang ada dihadapannya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?”

  ”MASKER DARI KAIN PERCA, EMANG BISA?” (Part 2 tamat) Seminggu telah berlalu. Peserta didik kelas delapan kini kembali bertemu. Mereka memb...